SEMBILAN

564 104 38
                                    

$$$

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

$$$

"Dek, ngobrol yuk sama Mas? Kami janji gak akan marah," bujuk Alvin pada si adik bungsu yang langsung masuk ke dalam kamar dan mengurung diri.

Kimi yang berada di balik pintu sebenarnya kini sedang dilanda panik. Ia tidak sanggup menghadapi keluarganya dan menjawab apapun pertanyaan yang akan dilontarkan padanya. Ia bahkan tidak sanggup menatap mata orang-orang tersayangnya itu.

"Mas Alvin, boleh kasih aku waktu? Aku janji besok pagi aku buka pintu," cicit Kimi pelan.

Alvin menghembuskan napas panjang setelah mendengar suara adiknya terdengar pelan dari balik pintu. "Oke. Kalau udah siap, kita ngobrol ya, Dek?"

Kimi menjawab iya dan setelah itu Alvin menatap dua kembarannya yang sedari tadi ikut berdiri di depan pintu kamar Kimi. Tiga laki-laki berumur tiga puluhan ini luar biasa kalut dan cemas. Berita yang dilemparkan si bungsu sangat mengguncang keluarga mereka.

"Mami gimana?" tanya Alvin pada Anthony dan Aaron.

"Barusan Tante Selena dateng, Mami lagi ditenangkan sama Tante," jelas Aaron.

"Papi?"

"Ada, lagi telepon keluarga nya Jovan kedengarannya," kali ini Anthony yang menjawab.

"Anjing, lah. Gue sama si Cio ini sering banget golf bareng, dia gak pernah ngomong apa-apa soal punya hubungan sama si Adek," lanjut Anthony kesal.

"Emang backstreet kali?" simpul Alvin. "Adek juga gak pernah ngomong apa-apa, kan? Gue sempat ngira dia belum puber beneran."

Aaron berdecak pelan. "Dia pernah cerita sama gue sekali pas dia mau masuk kuliah. Dia malah kegirangan karena gak jadi ke Amerika dan bisa sekampus sama si Cio itu. Katanya dia udah naksir dari lama."

"Astaga," lirih Anthony. "Gue mau buat perhitungan sama dia nanti."

"Udah, lah," cegah Alvin. "Kalau dia tanggung jawab, gue yakin mereka dinikahkan segera, kan? Lo mau adek lo nangis lihat suaminya babak belur di altar?"

Kali ini Anthony yang berdecak mencoba menahan kesal. "Minimal gue tatar dulu."

"Yaudah, gue ikut," ucap Aaron setuju.

"Gue juga," timpal Alvin.

Kimi ini, sudah punya tiga kakak laki-laki yang protektif padanya tapi tetap kecolongan. Tentu saja tiga turunan Adam ini frustasi luar biasa.

$$$

Kimi hamil? Tentu saja tidak! Kalau Kimi memang hamil ia tidak akan berjalan mondar-mandir seperti setrika yang sudah panas sambil mencari jalan keluar atas tindakan impulsifnya.

Memang Kimi lebih senang bertindak terlebih dahulu sebelum berpikir.

"Kimberly ayo mikir! Kamu pintar!" lirih Kimi sepelan mungkin.

Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang