52 | War Is Over

3.1K 267 89
                                    

Napas Elka masih belum stabil saat ia menatap langit-langit putih kamarnya. Tangannya terkulai lemas pada masing-masing sisi tubuh. Daniyal tidak waras. Ini bukan semacam metafora atau sejenisnya. Elka kewalahan mengimbangi sisi liar Daniyal yang ia yakini belum sepenuhnya ditunjukkan oleh lelaki tersebut. Dia tidak main-main menyiksa Elka dari dua jam lalu saat ia masuk seenaknya ke dalam rumah, lalu mengajak Elka berperang lidah.


Bukannya berbicara dari hati ke hati, melepas perasaan kurang nyaman di dada setelah lama perang dingin, dia malah memakan dada Elka. Memikirkan hal yang mereka lakukan tadi membuatnya malu bukan main. Ya, dia cinta Daniyal, tapi melakukan intimasi seperti demikian di saat mereka belum sepenuhnya berbaikan, sensasinya luar biasa menegangkan.

Elka memaksa beranjak dari atas ranjang. Memungut bra, serta mengambil dress hitam sedengkul yang tadi ia siapkan sebelum mandi. Dia sebenarnya harus mandi lagi karena berkeringat. Beruntung, lengket yang tadi mengganggu telah dibersihkan Daniyal dengan amat telaten.

Gentleman sialan.

Gemericik air terdengar dari arah kamar mandi di mana Daniyal berada sekarang.

Apa dia bergabung saja dengan Daniyal? Elka menggeleng tak habis pikir. Ia terkekeh atas pemikirannya sendiri. Glori pasti akan mengatainya pemilik rumah bordil jika tahu dia berpikiran begitu. Jika beginilah keadaannya, dia sama saja tidak jauh berbeda dari Daniyal yang juga seorang freak dalam urusan begini.

Menggelikan.

Elka putuskan keluar kamar. Dia ingat belum menyalakan lampu di teras rumah dan malah fokus membersihkan isi rumahnya yang berdebu setelah sebulan lebih ditinggalkan sebab Rafael dan Sus Ami juga telah diboyong Glori ke rumahnya.

"Ka!"

Samar, Elka mendengar teriakan tersebut hingga membuatnya menoleh ke belakang. Suara Daniyal. Dia menunggu dua detik demi mendengar kata-kata selanjutnya. Hening. Ia mengedik, melanjutkan langkah ke lantai bawah rumah.

"Elka!"

Perempuan itu berjengit saat baru menekan saklar untuk menyalakan lampu teras. Ketika hendak berbalik, bahunya terdorong ke belakang kala Daniyal merengkuhnya begitu erat.

"Uh, ada apa?" Elka bertanya sambil memperbaiki posisi dagunya di bahu Daniyal yang sekaku besi. Tubuh lelaki ini juga tampak tegang. Dan sadar bahwa Daniyal hanya memakai boxer, dengan kondisi badannya masih sangat basah, Elka dibuat mengernyit.

Hal paling mengerikan bagi Daniyal adalah mendapati ranjang perempuan yang sedang dia rengkuh ini berada dalam keadaan kosong. Ingatnya, Elka sedang berbaring di atas situ sebelum ia masuk ke kamar mandi.

Elka melarikan diri. Lagi. Begitulah skenario yang tersusun di otak Daniyal hingga ia menyeru nama kekasihnya tadi sembari diselingi nada panik.

Daniyal sudah bertekad akan memperbaiki semuanya mulai sekarang. Semuanya. Menunda hanya akan membuat Elka semakin membentangkan jarak dengannya.

"Pakai baju dulu. Masuk angin nanti kamu. Bawa pakaian lebih?"

Masih dalam posisi berpelukan, Daniyal mengangguk singkat. Dia selalu menyiapkan pakaian kantor lebih di mobil.

"Aku ambilin."

Niat Elka yang hendak beranjak langsung dicegah Daniyal. "Tunggu di sini," ucapnya setelah menuntun Elka duduk di sofa ruang tamu.

Entah mengapa mood di antara mereka berangsur-angsur mendung. Elka bukannya tak sadar Daniyal menampilkan ekspresi pahit selepas memastikan dirinya duduk di sofa dan kemudian berbalik pergi. Menyembunyikan wajahnya yang tampak dibayangi oleh rasa takut.

Sonder [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang