Pernahkah kau membayangkan ketika kau terbangun dari tidurmu, kau berada di tempat yang tidak kau kenal?
Inilah yang sedang dialami Liam.
Saat ini Liam masih memandang dirinya sendiri dengan wajah pucat dan mata membelalak, masih tidak percaya atas apa yang sedang dia alami. Dia berusaha memikirkan tentang apa yang sebenarnya terjadi padanya. Sudah lebih dari 10 menit berlalu, tetapi Liam tidak melakukan apapun kecuali menatap wujudnya—yang bahkan itu bukan tubuhnya sendiri.
Benar. Lebih tepatnya adalah Liam berada di dalam tubuh seseorang.
Masalahnya adalah Liam kenal orang ini. Mungkin karena dia berada di dalam tubuh orang ini sehingga membuat ingatan pemiliknya dan Lian bercampur. Berkat itu, ada satu hal yang bisa Liam simpulkan, meskipun dia masih sulit mempercayai semua ini.
Liam ada di dalam tubuh Leo Forward, karakter figuran sampah dari novel I Catch You.
Bagaimana bisa?! Liam berteriak dalam hati seraya menjambak rambut coklatnya. Memangnya ini masuk akal?! Apakah Liam bermimpi? Tapi tidak mungkin sampai senyata ini! Astral projection? Tidak tidak. Itu lebih tidak mungkin. Melintasi dimensi memang mungkin saja jika melalui astral projection, sayangnya ... dunia novel I Catch You itu fiksi! Tidak mungkin ada di dunia nyata!
Namun Liam harus mencari penjelasan macam apalagi?! Ia juga bisa mengingat ingatan Leo yang bahkan tidak disebutkan di novel—ya lagipula dia hanya karakter figuran dan pasti penulisnya terlalu malas menjelaskan latar belakangnya.
“Tenangkan dirimu, Liam ... tenang ...” Liam terus bergumam seraya berjalan mondar-mandir di depan cermin. Dia harus menjernihkan pikirannya. Apa yang harus dia lakukan?! Sialan! Apakah itu artinya dia harus menjalani hidup sebagai Leo si sampah ini?! Liam tidak sudi! Dari sekian banyak karakter, mengapa harus Leo yang dia masuki, karakter paling bermasalah di novel ini!
“Baiklah, semoga harapanmu menjadi kenyataan—“
Ah.
Mendadak Liam jadi teringat perkataan Kirana sebelum dia tidur. Tidak mungkin ucapan Kirana menjadi kenyataan, ‘kan?! Memangnya kuntilanak bisa melakukan hal semacam itu! Energinya saja kalah besar dari setan-setan lainnya!
“Kepalaku jadi sakit ...” keluh Liam seraya memijat kepalanya. Sudahlah. Mau bagaimana lagi. Tidak ada gunanya mengeluh. Lebih baik hadapi saja dulu apa yang ada di depan mata. Memikirkan semua ini hanya akan membuat kepalanya menjadi botak. Nanti ia akan selesaikan pelan-pelan supaya dia bisa kembali ke dunia aslinya. Lagipula jika jiwanya ada disini, lalu bagaimana nasib tubuhnya yang ada di dunia asalnya? Mana mungkin jiwa Leo bersemayam disana. Apa artinya mereka bertukar tubuh.
“ ... haha.”
Semakin dipikirkan, semakin pening dibuatnya.
Baik. Pertama-tama Liam harus memperjelas seluruh situasi terkini. Dia berada di dalam tubuh Leo Forward.
Liam memegang sisi-sisi meja dan memelototi cermin di depannya. Jadi inikah wujud asli Leo? Selama ini Liam membayangkan wujud pria ini sebagai sosok yang kurus dan jelek, mengingat pola hidupnya yang berantakan dan tidak terurus. Tidak heran saat ia terbangun tadi, semua yang ada di dalam kamarnya ini berantakan dan botol-botol alkohol berceceran.
Tapi apa-apaan ini? Liam mengusap dagu dan pipinya yang halus. Dia jadi kesal. Bagaimana bisa ternyata sosok Leo justru ... tidak jelek?! Tidak, maksud Liam adalah Leo tidak memiliki rupa yang jelek dan cenderung tampan—sungguh khas seorang bule. Matanya berwarna coklat susu dan garis wajahnya tegas. Liam menyilangkan tangannya sekalian menegakkan tubuhnya. Ya ampun. Dia tidak kurus. Dia sangat tinggi, mungkin sekitar 180 atau 185 cm. Badannya sangat kokoh dan otot-ototnya terbentuk—tapi ini diwajarkan Liam mengingat Leo memang seorang biang kerok di keluarganya dan hobinya bertengkar dengan siapapun yang membuatnya kesal.
Jika berdasarkan novel yang hanya menceritakan sedikit latar belakang Leo, dia telah dibuang oleh ayahnya yang bergelar baron karena sudah tidak tahan dengan perilaku Leo yang sulit dikendalikan. Beruntung sekali ayahnya tidak sampai mencabut marganya. Akhirnya Leo pun pergi ke kota dan entah mendapat ide darimana, dia pun menyewa bangunan kayu ini sebagai tempat bisnisnya, yaitu pemburu hantu. Katanya, dia bisa menyelesaikan hal-hal berbau supranatural. Dia sering mengarang cerita dan membual kesana-kemari. Sayangnya banyak kliennya yang percaya, lalu bisnisnya pun laris-manis. Namun satu-satunya kesalahannya adalah dia mulai serakah dengan memasuki ranah kasus yang hanya bisa diselesaikan oleh para detektif dan malah mulai mengganggu Sean. Alhasil perlahan-lahan bisnisnya pun bangkrut karena dikorek habis oleh Sean dan Leo pun menghilang. Benar, dia tak pernah diceritakan lagi. Dia hanya muncul di volume 1 dari keseluruhan series novel I Catch You.
Menyedihkan. Liam tidak mau mengalami nasib yang sama.
Liam mengitari pandangannya. Dia bisa melihat berbagai hantu atau roh yang melakukan aktifitasnya masing-masing. Berjalan-jalan, berdiam diri di sudut ruangan, dan lain-lain. Keren sekali. Ternyata kelebihan Liam juga ikut terbawa sampai ke dunia fiksi ini.
Bagus. Liam mengepalkan tangannya penuh tekad. Jelas sekali dia sangat ingin bertemu dan melihat langsung sosok Sean Carter. Tapi sesuai perkataannya sebelumnya: jika dia menjadi Leo, dia tidak akan menemui Sean dan hidup dengan tenang. Sean tenang, dia juga tenang. Liam akan membangun ulang bisnis ini dan bertahan hidup! Liam memegang dadanya, berusaha menenangkan degupan jantungnya yang bersemangat. Dia berada di dunia yang sama dengan Sean. Dia harus tenang dan fokus pada bisnisnya kali ini. Mengurusi hidupnya di dunia ini adalah tujuan utamanya.
“Aku tidak akan menjadi Leo si sampah itu dan menjadi Leo yang baru.”
💀💀💀
Hal pertama yang Liam—tidak, Leo lakukan adalah membersihkan bangunan rapuh ini.
Jujur saja, bangunan kayu yang menjadi kantornya ini sangat menyedihkan. Tidak heran pemiliknya menyewakannya dengan harga murah. Cocok sekali dengan kondisi kantong uang Leo yang menipis. Benar-benar bodoh. Dia pergi ke kota hanya berbekalkan sedikit uang. Padahal biaya hidup di kota jauh lebih tinggi daripada di pedesaan tempat dia tinggal.
Sambil menggerutu, Leo mencuci tumpukan piring kotor. Ah, dia tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Dia jarang mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Selama ini dia menggunakan asisten rumah tangga di dunia asalnya. Tapi mau bagaimana lagi. Leo hidup sendiri. Itu artinya dia harus melakukan semuanya sendiri.
Leo kembali mengingat-ingat dari ingatan Leo. Sudah seminggu dia ada di kota ini dan baru membuka bisnisnya selama dua hari. Belum ada klien. Tentu saja, apa yang Leo harapkan. Dia akan memasang papan buka/tutup di depan pintunya nanti.
Selama 2 jam lebih, Leo membersihkan kamar dan rumah kecilnya ini hingga benar-benar bersih. Itu menurutnya. Rasanya dia ingin menangis, tapi dia tahan. Bagaimana bisa Leo hidup sejorok ini?! Lantai berdebu, ruangan yang pengap, tumpukan baju kotor yang baunya luar biasa—Leo lelah! Belum dia harus mengusir hantu-hantu tidak berguna ini! Bersyukurlah Leo bisa menyelesaikan semuanya selama kurang-lebih 2 jam.
Leo mengusap peluhnya, menatap puas pada hasilnya yang jauh lebih baik daripada saat ia membuka mata tadi. Jendela sudah dibuka, sehingga ruangan jadi lebih segar karena terjadinya pertukaran udara. Cahaya matahari pagi memasuki ruangan. Selanjutnya apa yang harus Leo lakukan? Leo berkacak pinggang, ada sedikit rasa puas yang timbul di hatinya karena menyadari bahwa teknologi di dunia ini tidak secanggih dunianya. “Tahun delapan puluhan ...” Leo mengeluh lagi. Dia berharap dia tidak gila saja. Rasanya hampa tanpa ada handphone di genggaman tangannya.