PART 11

3 3 0
                                    

*Esoknya setelah pulang sekolah:*

*Author POV*

Setelah bel pulang berbunyi, Embun menunggu Ithaar di depan gerbang sekolah. Hari ini, dia sudah memutuskan untuk mengajak Ithaar ke dokter, meskipun pacarnya itu berusaha mengelak.

"Hey, Kak! Yuk, kita langsung ke dokter sekarang," panggil Embun ketika melihat Ithaar keluar dari gerbang.

Ithaar tersenyum dan menggelengkan kepala. "Beneran deh, Mbun. Aku gak papa. Ini cuma batuk biasa."

"Mbun? Kakak manggil aku tanpa embel-embel?." Dramatis Embun dimulai.

"Ya ampun sayang ini kan di sekolah, biasanya kamu minta di panggil nama atau dek aja." Ithaar menjelaskan dengan sabar.

"Tetep aja, ya udah ayok periksa. Aku khawatir. Kita cek aja biar tenang," kata Embun dengan nada memaksa namun penuh perhatian.

"Yaudah deh, kalau kamu yang maksa," Ithaar akhirnya menyerah.

Mereka pun berjalan menuju klinik terdekat. Setelah menunggu beberapa saat, mereka dipanggil masuk oleh dokter.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" sapa dokter dengan ramah.

"Sore, Dok. Pacar saya ini sering batuk-batuk akhir-akhir ini. Saya khawatir, jadi saya ajak dia periksa," jelas Embun.

Dokter mengangguk dan mulai memeriksa Ithaar. Setelah beberapa pemeriksaan, dokter memberikan kesimpulan.

"Sepertinya ini hanya alergi dingin. Coba hindari udara dingin berlebihan, dan saya akan berikan obat antihistamin," kata dokter sambil menuliskan resep.

Embun menghela napas lega. "Syukurlah cuma alergi. Makasih ya, Dok."

Setelah selesai, mereka berjalan keluar dari klinik. Ithaar merangkul Embun. "Tuh kan, aku bilang juga apa. Kamu tuh berlebihan deh, sayang."

Embun mendengus pelan. "Biarin aja. Aku cuma gak mau kamu kenapa-napa."

Mereka melanjutkan perjalanan pulang. Saat tiba di depan rumah Embun, mereka berhenti sejenak.

"Makasih ya, sayang. Kamu perhatian banget," kata Ithaar sambil tersenyum.

"Iya, Kak. Aku sayang sama kamu, jadi aku harus perhatian," balas Embun dengan nada manja.

Ithaar tertawa kecil. "Aku juga sayang sama kamu. Janji deh aku bakal jaga kesehatan."

"Oke, tapi ingat ya. Kalo batuk lagi, langsung bilang aku," ujar Embun dengan tegas.

"Deal," jawab Ithaar sambil mengangguk.

Mereka berdiri sejenak di depan rumah, menikmati momen kebersamaan. Ithaar menggenggam tangan Embun erat.

"Besok kita jalan, ya?" tanya Ithaar.

"Ya lihat nanti aja. Yang penting kamu cepet sembuh dulu," jawab Embun sambil tersenyum.

"Oke, aku nurut deh," kata Ithaar sambil mencubit pipi Embun dengan gemas.

"Dari mana?" Tanya Sandy kepada Embun yang baru pulang saat matahari terbenam.

"Abis nganterin kak Ithaar periksa, kenapa?"

"Dia sakit? Sakit apa?" Tanya Sandy

"Kata dokter sih alergi dingin, dia suka batuk-batuk gitu kalo kedinginan. Terang Embun.

"Oh, syukur deh kirain sakit apa."

"Mama sama papa gak ada niatan pulang?" Embun bingung mengapa orang tuanya sering tidak pulang padahal uang mereka sudah lebih dari cukup.

"Ntar malem deh gue telpon, makan sana." Jawab Sandy.

"Okey. Btw gimana kabar kak Virly."

Embun bertanya dengan polosnya, sedangkan Sandy berfikir keras apakah Ithaar belum cerita tentang mereka, mengapa adiknya masih sering mencari Virly.

"Udah putus, ga usah nanya alasannya. Nanti Lo juga tau." Sandy berlalu pergi karena tak ingin adiknya bertanya lagi.

"Ishhh selalu aja gitu."

Bunga Matahari Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang