4. PERTEMUAN YANG DIIZINKAN

14 1 0
                                    

Follow Instagram
@mutiizaa_
@nasastro_


4. PERTEMUAN YANG DIIZINKAN

Beberapa hal terjadi bukan untuk diulang nanti, tapi untuk menghargai kesempatan sekarang yang tidak akan datang dua kali.

***

Harusnya, pertemuan itu diciptakan bukan hanya sekedar untuk nanti berpisah. Justru yang paling indah dalam pertemuan itu ketika manusia dapat mengenal beberapa orang baru yang bisa mengubah setiap perjalanan menjadi lebih sempurna.

"Nau, lo yang kasih nomor gue ke kak Dipta kan?" Ujar Lusiana mengejutkan Naura yang baru saja keluar dari kelasnya.

Lusiana baru saja datang, mengenakan jas almet-nya dan kemudian tas merah maroon yang tersampir di bahu kirinya, seperti biasa dengan earphone yang terpasang di telinganya.

"Hehe, biar gue dapat nomor kak Naufal, Lus," ucap Naura tanpa rasa bersalah.

Semalam, Lusiana mendapat pesan dari Dipta, katanya, ia dapat nomornya dari temannya sendiri.

Padahal, beberapa kali Lusiana memperingati Naura untuk tidak memberikan nomornya kepada siapapun tanpa izinnya.

"Tapi it's okay, buku DPK gue ada sama kak Dipta," balas Lusiana.

"Maksudnya?"

"Waktu itu, gue pernah dibantuin dia pas gue di lab, dan gue lupa kalo buku gue ketinggalan," Jelas Lusiana singkat. "Then, yah, sekarang buku itu ada sama kak Dipta."

"Nah, Lus, kenapa lo nggak sama kak Dipta aja? Kata kak Naufal, kak Dipta cowok yang pikirannya matang, dan itu tipe lo kan?" Ucap Naura menawarkannya.

Perempuan dengan tas merah maroonnya itu terdiam sembari menatap sinis temannya. Lusiana sudah beberapa kali juga mengingatkan temannya untuk tidak melibatkan dirinya dengan cowok manapun.

"Lus, pesona kakel, Lus, pesona kakel yang datangnya siang." Semeringah Naura menatap ke arah lapangan.

Lusiana beralih menatap lapangan juga, yang pertama kali ia lihat adalah laki-laki yang berjalan berada di paling depan, dengan kondisi rambut yang acak-acakan, serta almamater kejuruan berwarna hitam yang sama seperti yang dikenakannya.

"Lus, kak Dipta lumayan ganteng juga yah," ucap Naura.

Lusiana melirik ke arah temannya. "Yang bilang dia cantik siapa?" Ujar Lusiana pasrah, hampir setiap hari ia mendengar temannya bilang seperti itu pada setiap laki-laki yang dilihatnya.

***

Sekarang Lusiana sedang berjalan di koridor disaat jam KBM masih berlangsung, setelah tadi ia mendapat izin dari gurunya untuk pergi ke koperasi karena pulpen yang ia pakai untuk menulis kehabisan tinta.

Di koperasi, tidak hanya Lusiana, tapi beberapa siswa kelas lain juga sedang membeli beberapa peralatan yang di butuhkan.

"Bu, pulpen lagi kosong?" Tanya Lusiana.

"Ya wis ayu, mung kari siji tak beli sama masnya," ucap pengurus koperasi sembari menunjuk ke arah laki-laki yang sudah membayar pas barangnya.

"Nih," ucap Dipta menyerahkan pulpennya, bersamaan dengan gerakan Lusiana yang melihat ke sebelah laki-laki itu juga.

Entah apa yang ada dipikiran laki-laki itu, yang semudahnya memberikan barang yang sengaja ia beli. Tapi mungkin, perempuan itu lebih membutuhkannya.

"Lo butuh kan?" Lanjut Dipta.

"E-eh, nggak usah deh kak, nanti gue pinjam sama teman gue aja," tolak Lusiana yang merasa tidak enak dengan kakak kelasnya.

ALMAMATER 485 KMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang