4 - Surat pembawa duka

154 123 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Nyonya Evellyn Von Ehrlichmann, janda permaisuri kekaisaran Württemberg, sekaligus Ibunda dari Normandd, turun dari kereta api di stasiun Wellenberg, yang baru kembali dari Ibukota mendapat panggilan dari Kerajaan. Pertemuan yang biasa dihadiri para kerabat kekaisaran hingga keluarga bangsawan, termasuk dari dirinya.

Normandd, menjemput Evellyn dengan sigap menunggu di peron. Yang diikuti beberapa barisan pengawal yang mendampingi hingga ke belakang. Ketika Evellyn turun, tangan kanannya segera menengadah, meraih tangan Ibunda yang kini berada dalam genggamannya.

"Marquess, kukira kamu tidak akan menjemputku," ujar Evellyn padanya.

"Tidak, Ibu. Aku pasti akan menjemputmu."

Evellyn berjalan mendahuluinya begitu sempurna, menampilkan sosok seorang permaisuri yang pernah bertahta. Meski tahu Ibunya memiliki sifat seperti itu, dia pun akan melakukan hal yang sama. Cara membuat orang lain tertarik ketika melihat dirinya yang berwibawa. Dan itu adalah hal yang sebenarnya tidak dia suka. Normandd, hanya ingin menjadi orang yang seperti pada umumnya. Baginya, memiliki kekuasaan saja sudah cukup, hidup selebihnya hanya perlu menjalani seperti biasa. Tidak perlu lagi ada cara-cara yang harus dilakukannya.

Perjalanan dari stasiun menuju Mansion membutuhkan waktu yang cukup lama. Di dalam mobil, dia melihat pemandangan kota yang begitu ramai. Banyak orang berlalu-lalang melakukan aktivitasnya dengan santai, seperti tanpa ada beban yang pernah dijanjikan. Andai dia bisa merasakan hal seperti itu, bergabung bersama orang-orang itu dan hidup selayaknya saja, apakah dia sudah bisa mendapatkan semuanya? Apakah dia bisa bebas berlari kemana saja tanpa perlu ada yang mengejarnya?

Keluarganya yang bertahta, adalah besar dari garis keturunan Ibunya —Evellyn. Evellyn adalah tuan putri sekaligus pewaris tunggal pada masa kekaisaran Württemberg. Dan menikah dengan seorang Perwira Angkatan Darat, Arvin Roderick Quilon, yang adalah Ayahnya. Akan tetapi, pada dasarnya, dia adalah seorang pangeran. Hanya saja, pada masa sebelum Württemberg runtuh.

Dia adalah pangeran yang dikekang oleh Ibunya. Yang menyuruhnya untuk selalu memiliki perilaku terpercaya pada dunia. Hingga pada akhirnya, apa yang akan menjadi mimpinya kini berjalan dengan baik. Kekaisaran telah runtuh, bersama dengan tahta yang pernah dia kukuh.

Sekarang dia adalah pria bebas. Bukan lagi seorang pangeran yang hidup penuh tugas. Jalannya, menjadi seorang tentara, adalah impiannya. Cita-cita yang dianutnya melalui inspirasi sang Ayah adalah tentara. Sebab menjadi tentara adalah kebebasan baginya. Dan dia, ingin mendapatkannya dengan tenang. Tanpa lagi ada rasa yang mengekang. Walau Evellyn juga tidak pernah membiarkannya seperti itu. Evellyn tetap menyuruhnya untuk menjadi seorang perwira dan berbangga, selayaknya kekaisaran pada dulunya. Yang harus menjalani semua dengan aturan-aturan yang ada. Dan hal itu, cukup membuatnya dilema, merasa ingin melepas dan pergi meninggalkan begitu saja.

Hingga, tidak terasa perjalanan sudah sampai di depan gerbang Württemberg, yang sebentar lagi akan masuk ke dalam Mansion. "Ibu, aku turun di sini," ucapnya ketika berada di depan gerbang.

Nona IleanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang