Part 2

7 3 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Akan ada pertemuan lagi, lagi, dan lagi…

---

Hari yang telah dinantikan Aira akhirnya tiba. Apalagi kalau bukan hari pertama di tahun ajaran baru. Tas baru, seragam baru, dan sepatu baru. Mungkin itu salah satu alasan Aira  semangat sekolah. Memamerkan hasil buruan dengan mamaknya dipasar dengan diskon diluar akal. Bukan penjual  yang menawarkan diskon, melainkan mamak Aira. Harga barang dibanting habis oleh mamaknya. Bahkan Aira takut jika penjual nya dibuat bangkrut. Apalagi dengan tingkah pura-pura pergi ketika menawar, Aira meringis ketika mengingatnya.

Di rumah ini hanya dihuni oleh Aira dan kedua orangtuanya. Aira memiliki seorang kakak laki-laki, namun sudah tiada, kurang lebih 5 tahun lalu kejadian kakak laki-laki nya meninggal. Ayahnya  bekerja tidak menentu. Terkadang serabutan. Bahkan tugas pemadam kebakaran bisa diambil alih oleh bapaknya.
Aira ingat dengan perkataan bapaknya, “Tugas bomba lebih dari pada itu, bomba ni penyelamat. Kucing atas pohon, kerbau masuk parit, kuda terlepas, ular dalam rumah, semua kami selamatkan.”

Sebelum berangkat sekolah, Aira menyempatkan diri untuk sarapan terlebih dahulu. Biasalah dipaksa mamaknya, diancam nanti akan pingsan. Sebenarnya Aira tidak mau karena dia tidak terbiasa makan terlalu pagi.

Selesai sarapan, bapak Aira dengan setelan sarung andalannya melangkah menuju tempat duduk di meja makan. “Gimana tangkapan bapak? Enak kan?”

Krik krik krik

Aira maupun mamak Aira  hanya terdiam membisu.

Bapak Aira  mendecak kesal,” Ck, bapak tuh ngomong sama kamu loh Aira. Dosa kamu.”

Aira  memutar matanya dengan malas, “Bapak tuh yang dosa. Emangnya bapak lagi ngomong sama siapa?”

“Ya kamulah sama siapa lagi?”

“Yah kasihan mamak ngak dianggap. Lagian bapak kalau mau ngomong tuh panggil namanya dulu.”

“Iya iya. Jadi gimana?”

“Maksudnya pak?” Aira sengaja pura-pura tak tahu, “Masih muda aja pikun. Pantes kemarin temen mu nagih utang kamunya pura-pura lupa.”

Aira yang tidak peduli, tetap kekeuh dengan pura-pura tidak tahu. “Maksud bapak tadi yang mana loh pak?”

“Yang mana? Yang dimana-mana hatiku senang, lalalalalalala….”

“ Apa sih bapak. Freak banget. Enak kok ikannya. Yang namanya tangkapan nelayan pasti enak lah pak. Apalagi bapak pasti susah nawar ikan di pasar. Tanpa mamak lagi perginya. Kasihan ya bapak,” ucap Aira dengan tatapan prihatin kepada bapaknya.

“Ngak lagi bapak mau ke pasar. Kapok. Pergi bawak uang 100, pulang nya cuman bawak 3 permen kiss.”

“Iya pak.” Aira tertawa pelan melihat bapaknya belum menyadari perkataannya.

Radar kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang