Semester terus bergulir, dan Widya semakin tenggelam dalam hiruk-pikuk kehidupan kampus. Selain akademis dan organisasi, persahabatan yang ia bangun di asrama juga semakin erat. Bersama Fitri dan beberapa teman lainnya, Widya sering menghabiskan waktu bersama, baik untuk belajar maupun sekadar bersantai.
Suatu hari, Fitri mengajak Widya untuk mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang diadakan di luar kota. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih kepemimpinan dan kerjasama tim melalui berbagai aktivitas outdoor. Widya awalnya ragu karena kegiatan tersebut akan memakan waktu selama tiga hari, dan ia merasa khawatir akan meninggalkan tugas-tugas kuliahnya. Namun, Fitri berhasil meyakinkan Widya bahwa kegiatan ini akan sangat bermanfaat.
"Ini kesempatan bagus untuk kita belajar banyak hal, Widya. Lagipula, kita juga butuh sedikit waktu untuk bersantai dan menikmati alam," kata Fitri dengan penuh semangat.
Akhirnya, Widya setuju dan mereka pun berangkat bersama rombongan mahasiswa lainnya ke lokasi kegiatan. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan pemandangan alam yang indah dan udara segar yang jauh berbeda dari suasana kota. Widya merasa rileks dan semangat untuk mengikuti berbagai aktivitas yang telah disiapkan panitia.
Selama tiga hari, Widya dan teman-temannya mengikuti berbagai kegiatan seperti hiking, outbond, dan diskusi kelompok. Melalui kegiatan ini, Widya belajar banyak tentang kepemimpinan, kerjasama tim, dan bagaimana mengatasi berbagai tantangan di lapangan. Ia juga semakin mengenal teman-temannya, termasuk Fitri, yang ternyata memiliki banyak kesamaan dengannya.
Pada malam terakhir kegiatan, diadakan api unggun sebagai penutup. Semua peserta duduk melingkari api unggun sambil berbagi cerita dan pengalaman mereka selama kegiatan. Ketika giliran Widya tiba, ia berbicara tentang betapa berharganya persahabatan dan dukungan teman-teman dalam menjalani kehidupan kampus.
"Di sini, aku belajar bahwa kita tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan dan persahabatan adalah hal yang sangat berharga. Aku beruntung memiliki teman-teman seperti kalian," kata Widya dengan tulus.
Setelah kembali ke kampus, Widya merasa semangatnya kembali terisi penuh. Ia merasa lebih siap menghadapi segala tantangan yang ada di depan mata. Namun, tak lama setelah itu, datanglah ujian yang menguji kekuatan mental dan emosionalnya.
Suatu hari, Fitri mendapati dirinya dalam masalah besar. Adiknya yang masih SMA terlibat kecelakaan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Fitri yang berasal dari keluarga sederhana merasa kebingungan dan tertekan karena tidak tahu bagaimana mendapatkan uang tersebut. Ia menceritakan masalahnya kepada Widya dengan mata yang berlinang air mata.
"Aku tidak tahu harus bagaimana, Widya. Biaya pengobatan adikku sangat besar, dan keluargaku tidak mampu membayarnya," kata Fitri dengan suara bergetar.
Widya merasakan kesedihan sahabatnya dan berpikir keras bagaimana bisa membantu. Ia tahu bahwa meskipun dirinya sendiri tidak memiliki banyak uang, ia harus melakukan sesuatu untuk menolong Fitri. Setelah berdiskusi dengan teman-teman lainnya, mereka memutuskan untuk mengadakan penggalangan dana di kampus.
Penggalangan dana dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari menjual makanan, mengadakan bazar, hingga meminta sumbangan sukarela dari mahasiswa dan dosen. Widya dan teman-temannya bekerja keras untuk mengumpulkan dana tersebut. Dalam waktu singkat, mereka berhasil mengumpulkan sejumlah uang yang cukup untuk membantu biaya pengobatan adik Fitri.
Fitri sangat terharu dengan bantuan dari teman-temannya. "Terima kasih banyak, Widya. Aku tidak tahu bagaimana membalas kebaikan kalian," kata Fitri sambil memeluk Widya erat.
"Tidak perlu berterima kasih, Fitri. Kita semua di sini untuk saling membantu. Keluargamu adalah keluarga kami juga," jawab Widya dengan lembut.
Peristiwa ini semakin mempererat persahabatan antara Widya dan Fitri, serta teman-teman lainnya. Mereka belajar bahwa dalam setiap ujian, selalu ada kekuatan dalam persahabatan dan solidaritas. Widya merasa semakin yakin bahwa perjalanan hidupnya di kampus ini bukan hanya tentang akademis dan pencapaian pribadi, tetapi juga tentang bagaimana menjadi pribadi yang peduli dan membantu sesama.
Seiring berjalannya waktu, Widya terus menunjukkan dedikasi dan kerja kerasnya dalam segala hal yang ia lakukan. Ia tidak hanya berprestasi dalam akademis, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan kemahasiswaan. Pengalaman dan pelajaran yang ia dapatkan dari berbagai kegiatan tersebut semakin membentuk karakternya menjadi pribadi yang kuat, bijaksana, dan penuh empati.
Dengan setiap langkah yang ia ambil, Widya semakin mendekat pada impian dan harapannya. Ia tahu bahwa jalan yang ia tempuh tidak selalu mudah, tetapi ia percaya bahwa dengan kerja keras, doa, dan dukungan dari orang-orang tercinta, ia akan mampu mencapai semua yang ia impikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Jejak Langkah Widya"
Short StoryWidya adalah seorang gadis sederhana dari gang kecil di sekitaran Pampang, Kota Makassar, yang bertekad untuk mengubah nasib keluarganya melalui pendidikan. Dengan latar belakang keluarga petani, Widya merasakan langsung kerasnya kehidupan dan betap...