Part 15

99 4 0
                                    

Kookie mengawasi Taehyung dari seberang ruang tamu, gelas anggur tergenggam di tangannya.
Taehyung terlihat sangat tampan dalam balutan tuxedo, potongan elegan pakaiannya menekankan sosok tegap pria itu, juga barunya yang lebar serta pinggangnya yang langsing.

Kookie Tak pernah benar-benar menyadari kelebihan-kelebihan itu sebelumnya. Ia meneguk anggurnya.
Tapi ia pernah melihat Taehyung mengenakan tuxedo. Taehyung mengenakan tuxedo pada pernikahan Jinnie. Mungkin itulah alasan ia meminta Taehyung menciumnya. Pria yang mengenakan tuxedo memang sulit ditolak. Taehyung terbukti sulit ditolak.

Sekarang setelah mengakui betapa tertarik dirinya pada Taehyung, sepertinya hanya itu yang bisa ia pikirkan. Jelas hanya itu yang bisa ia rasakan. Dan ia bertanya-tanya apa yang bisa terjadi bahkan, malam ini jika ia membiarkannya.

Kookie melirik tempat Taehyung berdiri, bersandar ke salah satu pilar putih tinggi ruang tamu tersebut. Tatapannya masih tertuju pada leher Taehyung. Ia membayangkan pria itu membuka dasi kupu-kupu hitam kecil tersebut, persis seperti Taehyung membuka kancing kemeja, menunjukkan kulit hangat di baliknya.... Kelihatannya Kookie tertarik pada leher Taehyung, dan beberapa bagian tubuh lain pria itu.

Dan Taehyung pun sepertinya memikirkan hal yang sama tentang dirinya. Pikiran itu menimbulkan sensasi dingin yang menjalar turun di sepanjang punggung Kookie hingga ke jemari tangan serta kakinya. Dingin sekaligus hangat. Panas.

Mungkin Ia demam.

Tidak, ini demam yang sama sekali berbeda. Dan jika Taehyung menginginkannya, jika Taehyung menyiratkan sesuatu, bagaimana Kookie akan merespon? Semuanya terasa terlalu luar biasa, terlalu mustahil. Taehyung bisa saja menoleh ke arahnya sambil tersenyum simpul, menggeleng, dan berdecak.

Oh, Kookie... Kau tidak benar-benar menganggap....

Kookie bisa, mungkin saja, mempermalukan diri sendiri. Ia harus berhati-hati, tapi ia memang selalu cukup berhati-hati dalam masalah hati. Paling tidak, hatinya sendiri. Dia sudah cukup impulsif dengan hati Yoona.

Meski tentu saja, Taehyung tidak menerapkan ketertarikan pada hatinya. Cinta sama sekali mustahil, dan Taehyung sudah bilang tidak menganggap Kookie sebagai calon istri yang pantas. Bukannya Kookie sendiri tertarik. Tidak, ketertarikan diantara mereka murni berkaitan dengan fisik.

Tatapan Kookie kembali tertuju pada Taehyung, pria itu bahkan tidak sedang melihatnya. Taehyung tidak melihat ke arahnya sepanjang malam, dan kesadaran itu membuat Kookie sedikit jengkel. Ia cukup yakin Taehyung mengabaikannya, menggodanya dengan sengaja.

Ia mendesah, memandang ke sekeliling ruangan, mengamati setiap orang yang sedang menikmati suasana meski tak terlalu kentara, dan hatinya sedikit mencelus ketika melihat Yoona berdiri dekat jendela, terlihat bingung dan murung. Kookie menyadari dengan secercah rasa bersalah bahwa ia begitu tenggelam dalam pikiran-pikiran penuh hasrat terhadap Taehyung hingga benar-benar melupakan Yoona.

“semuanya baik-baik saja?” Jiwon datang dan berdiri di sampingnya, lengan wanita itu melingkar di pinggang suaminya.

Sebagai mantan Kepala divisi SDM, Jiwon masih berada dalam daftar tamu untuk acara eksklusif ini. Dia dan Soo hyun baru kembali dari bulan madu minggu lalu, dan keduanya masih memiliki sinar kebahagiaan yang membuat Kookie gembira dan sedih sekaligus agak iri.

Ia belum pernah merasa seperti ini, mendekati pun tidak, dan meski tak ada yang benar-benar hilang dari hidupnya, berdiri di samping sahabatnya yang berseri-seri bahagia membuat Kookie merasa sedikit.. kehilangan. Sepertinya ada sesuatu atau seseorang yang hilang, dan ia tak tahu apa atau siapa itu.

Apakah itu Taehyung ?

Pertanyaan itu muncul tiba-tiba dan menyusup ke benaknya hingga benak Kookie terasa hampa. Bagaimana mungkin ia bisa memikirkan hal semacam itu? Apa maksud semua itu?

Jodoh Bagi Kookie  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang