Bagian 31

363 43 9
                                    

Adnan menatap sedu dari jendela kamarnya yang langsung menghadap taman dimana Alister berjalan gontai menuju mobilnya setelah pertengkaran mereka beberapa menit lalu di dapur.

"Adnan udah hancurin mental Alister. Ibu udah puas?" desisnya pelan. Matanya memanas mendapati Alister menangis menatap kamarnya. Mata lelaki dibawah sana basah, tubuhnya bergetar.

Renata yang berada dibelakang Adnan hanya diam menatap Anaknya yang sedari tadi tak mau turun kembali. Dia juga turut menyaksikan bagaimana seorang Alister yang berhati lembut menangis memohon pada Adnan agar Anaknya itu tidak meninggalkan Alister.

Adnan memutar tubuhnya menatap Renata yang juga mempunyai mata yang lebih tajam dan jernih daripada miliknya.

"Adnan ngga mau lanjutin ini semua" ucap Adnan.

Renata masih diam menatap anak lelakinya satu-satunya. Dia menghela nafas karena sudah tak heran dengan keputusan Adnan yang sudah lama dia prediksi. Dan benar, anak itu meminta menyudahi semua yang sudah mereka mulai. Karena sesuai dengan prediksinya, Adnan mulai jatuh pada Alister.

"Kenapa?"

"Adnan ngga tega sama Alister, Bu..."

"Ngga tega atau karna kamu udah mulai jatuh cinta juga sama anak itu?" tanya Renata retorik.

Adnan membeku di tempatnya, dia tak bisa menimpali apapun karena semua yang Renata ucapkan adalah fakta.

"Dari kapan Ibu tau?" Adnan mengepalkan tangannya.

"Dari awal, Ibu udah yakin kalo kamu akan jatuh cinta sama Alister" ucap Renata kelewat santai.

"Ibu sengaja?"

"Iya"

Adnan semakin mengeratkan rahangnya keras, menahan semua gejolak yang ada di dalam dirinya, "Ibu ngga kaget kalo memang benar iya, karena Alister memang mudah untuk dicintai" sambungnya.

Renata tersenyum amat tipis, dia memang menyukai Alister karena tanggung jawab dan kebaikan lelaki itu. Apalagi melihat bagaimana ketidakberdayaan Alister.

"Dan Alister ngga pantes jadi kambing hitam balas dendam Ibu" ucap Adnan menohok.

Renata menghela nafas pelan, "Jadi kamu mau berhenti?"

"Karena Adnan ngga akan sanggup nyakitin Alister. Ibu bener, Adnan udah jatuh cinta ke Alister" ucapnya yakin.

"Jadi lebih baik Ayahmu yang akan menginjak-injak orang yang kamu sayang?" tanya Renata lagi.

Adnan diam, dia kembali mengingat perlakuan Ayahnya di meja makan. Lelaki itu dengan tanpa hati memojokkan dan mengatai Alister sepanjang makan malam. Dan dia lebih marah lagi pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apapun untuk lelaki yang dia cintai.

"Kamu tau sendiri watak Ayahmu, Nan. Dia ngga akan berhenti memaki Alister dan merendahkan lelaki itu walaupun Alister dan Karin sudah resmi menikah nantinya. Dan mungkin penderitaan lelaki itu akan semakin bertambah"

Ucapan Renata bisa jadi seratus persen benar. Mengingat Hendrik tidak merestui secara keseluruhan hubungan Karin dan Alister. Ditambah Alister yang tak pernah membela diri akan semakin membuat Hendrik berlaku sesuka hati. Membayangkannya saja mampu membuat dia naik darah.

"Alister butuh kamu, pun dengan kamu yang butuh dia..."

Adnan menatap Ibunya dalam, "Tapi bukan begini caranya, Bu"

"Kenapa ngga?"

"Ini akan nyakitin Alister nantinya"

"Justru dengan kamu sama Alister sekarang, Kamu bisa jagain Anak itu dari Hendrik. Dan anggap aja warisan Karin sebagai bonusnya" jelas Renata.

Kamu akan menyukai ini

          

"Kalo Ibu lupa, Adnan udah punya Talita sekarang. Ibu sendiri yang ngingetin Adnan supaya ngga jatuh ke Ali, dulu" ucap Adnan.

Mereka saling menatap dalam, Adnan bisa melihat kilat kecewa itu kembali hadir di manik cantik Renata ketika membahas Talita. Perempuan yang dia nikahi 3 tahun lalu, yang hingga kini keberadaanya seperti ada dan tiada di keluarga O'Niel. Adnan masih ingat hari dimana dia mengatakan ingin menikahi Talita, Ibunya menangis meraung menolak.

"Dunia ini ngga selalu putih, Nan. Sedikit hitam juga bukan masalah"

Adnan menggelengkan kepala mendengar ucapan Renata yang menurutnya terlalu jahat.

"Ngga sesederhana itu, Bu"

"Kita sebagai manusia yang kadang bikin rumit sendiri. Kayak kamu, nikahin perempuan karena kasihan itu sama aja memperumit diri sendiri"

Adnan menatap Renata yang berjalan keluar dengan langkah lebar. Dia selalu merasa bersalah karena menikahi Talita tanpa restu Ibunya. Hingga sekarang, perempuan itu hanya akan bersikap seadanya pada Talita ketika mereka berdua dalam satu atap yang sama. Sekedar menghormati perempuan itu walau nyatanya hingga sekarang Renata tidak menerima kehadiran Talita secara resmi. Dia hanya mencoba mengerti pada pilihan Adnan.

Ya, fakta bahwa dia menikahi Talita karena kasihan adalah benar. Talita adalah temannya sedari kecil. Bahkan mereka sekolah bersama di London beberapa tahun lalu. Hingga secara tiba-tiba, Talita memberitahunya jika perempuan itu hamil. Dan pacarnya pergi begitu saja tanpa kabar.

Talita menangis menceritakan hal itu karena Ayah tirinya begitu kejam dan tegas. Jika tau Talita hamil tanpa jelas Ayah dari anaknya, sudah jelas perempuan itu akan dihabisi. Jadilah dia sebagai sahabatnya membantu dengan menikahi perempuan itu. Walau ternyata anak dari Talita tak bisa diselamatkan di usia kehamilan 6 bulan.

Adnan menghela nafas kasar memikirkan hidupnya yang mulai berantakan sejak hadirnya Alister di hidupnya. Dia sudah terbiasa hidup tanpa cinta, tapi Alister menawarkan semua dengan mudah. Walau nyatanya jalan mereka sangat terjal untuk bisa bersatu.

***
Adnan menidurkan tubuhnya di sofa sesampainya di rumah. Dia menutup wajahnya dengan lengannya yang lebar. Ucapan Alister dan Renata terus terngiang di kepalanya. Seperti kaset rusak, suaranya membuat dia merasakan sakit kepala.

"Mas, kamu ngga tidur di kamar?" tanya Talita pada Adnan yang langsung memejamkan matanya.

Dia menatap lelaki yang sudah tiga tahun menjadi suaminya. Walau Adnan lebih sering tidur di Apartemen atau rumah keluarga O'Niel, lelaki itu tak lupa juga menengok dirinya disini.

Walau menikah tanpa cinta, tetapi Adnan sangat baik dalam memperlakukannya. Lelaki itu akan tetap menemaninya jika dia butuh teman. Atau mengirim Danu agar dirinya tak kesepian.

Adnan juga sangat bertanggung jawab dengan memenuhi kebutuhan hidupnya. Dia tak pernah merasa kekurangan apapun. Bahkan tanpa diminta, Adnan akan memberikan semua yang dia ingikan.

Talita tau, hingga kini Adnan tak pernah sekalipun mencintai dirinya. Adnan hanya memperlakukannya dengan baik sebagai seorang suami. Walau tanpa cinta, mereka hidup bahagia masing-masing. Adnan masih bersikap mesra hanya sebatas memenuhi naluri seorang suami istri. Pun begitu, Talita merasa semua cukup baginya. Adnan dan kehadiran lelaki itu cukup baginya untuk melanjutkan hidup.

"Mas..."

Adnan membuka matanya, menatap Talita yang sudah tersenyum amat sangat manis padanya.

"Kamu tidur duluan, nanti aku nyusul" ucap Adnan.

Talita hanya mengangguk kecil, sudah pasti Adnan berujung tidur di sofa jika seperti itu. Dia menatap Adnan kali ini, mungkin ada banyak masalah dan pikiran yang sedang dihadapi suaminya. Mengingat Adnan terlihat lebih lesu dan berantakan. Beberapa kali lelaki itu juga lepas kendali dengan emosinya sendiri.

"Kamu ada masalah?" tanya Talita pelan. Adnan masih diam dengan posisi yang sama. Dia menatap Talita dari bawah.

Matanya tak sejernih milik Alister. Hidungnya juga tak setajam lelaki itu. Tapi wanita ini sangat cantik dan anggun.

Adnan membawa tubuhnya untuk duduk, lalu menurunkan kedua kakinya ke lantai. Dia menatap lembut Talita.

"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu" ucap Adnan.

Talita mengangguk siap dengan berita baru yang akan dia terima.

"Hubungan kamu sama Rendi gimana?" tanya Adnan.

"Rendi?"

"Iya, aku beberapa kali tau Rendi ajak kamu keluar. Jadi?" tanya Adnan lagi.

Talita diam sebentar, "Aku sama Rendi cuma temenan, Mas" ucap Talita.

Adnan mengangguk paham, sudah paham jika Rendi memang belum mengungkapkan isi hatinya pada Talita.

"Kamu cuma mau nanyain itu?"

Adnan menggeleng, dia kembali menatap Talita dalam. Ada perasaan berat yang menyelimuti hatinya.

"Aku jatuh cinta sama orang lain, Ta" ucap Adnan pelan.

Talita membeku di tempatnya, walau dia tau hubungan mereka tanpa cinta tapi mendengar fakta bahwa Adnan sudah menemukan cintanya sendiri membuat dia cukup terpukul. Dia kira mereka akan terus bersama hingga akhir walau tanpa cinta. Tapi nyatanya, Adnan lebih dulu memilih cintanya.

"Siapa manusia beruntung itu, Mas?" Sekuat mungkin dia mengukir senyum untuk suaminya yang sudah menemaninya selama ini.

"Ada, aku belum bisa ngasih tau ke kamu"

"Alister? Aku tadi sempet denger kalian ribut di dapur"

Adnan sudah tak bisa mengelak karena Talita sudah melihat sendiri faktanya.

"Apa ngga ada orang lain, Mas? Alister calon suami Adik kamu" ucap Talita.

"Ngga ada yang bisa bikin aku jatuh cinta selain dia, Ta"

Hati Talita seperti diremas kuat mendengar hal tersebut. Sebagai teman kecil, dia juga tentu percaya karena sejak mereka berteman hingga menikah, Adnan tidak pernah tertarik dengan lelaki atau perempuan manapun. Jika Adnan sudah berkata demikian, itu artinya memang hanya Alister yang Adnan mau.

"Tapi Karin gimana, Mas?" tanya Talita, walau bagaimanapun dia sudah menganggap Karin sebagai adiknya sendiri. 

"Aku akan ngomong ke Karin, tapi sebelum itu Aku mau ke kamu dulu. Kamu gimana?" tanya Adnan lembut. Dia sama sekali tidak mau menyakiti Talita.

Talita tersenyum, dia meraih jemari Adnan untuk di genggam, "Awalnya aku kira kita akan hidup bersama sampe akhir. Tapi aku seneng karna kamu akhirnya jatuh cinta, Alister beruntung dapetin hati kamu. Mas, sedari awal juga kamu udah tegas kalo akan nikahin Aku doang tanpa cinta. Dan aku ngga masalah sama hal itu. Kalo akhirnya kamu mau sama Alister, aku dukung" jelas Talita.

Sedari awal memang Adnan sudah memberitahunya jika dia tak boleh berharap tentang cinta. Jadi sudah sepatutnya dia tak memberatkan langkah Adnan.

"Tapi kamu beneran cinta sama Alister kan, Mas?" tanya Talita lagi.

"Satu-satunya yang aku cinta cuma dia, Ta. Ngga pernah ada orang lain lagi"

Talita mengangguk dengan senyum lebar, "Kamu berhak dapet bahagia kamu, Mas. Setelah semua kesakitan-kesakitan kamu di masa lalu"

"Thankyou, Ta. Karna kamu udah mau nemenin Aku sampe sejauh ini"

"Justru Aku yang makasih ke kamu, Mas. Kamu udah ngorbanin diri kamu untuk terikat sama Aku. Bertanggung jawab atas dosa yang bukan dari kamu. Terimakasih banyak"

Adnan tersenyum lembut lalu membawa tubuh kecil Talita untuk dia peluk erat. Dia sudah menyayangi Talita seperti Adiknya sendiri.

TBC!



everything, in time. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang