Jangan lupa pencet bintang nya cintaa
"Omaygat mata gue ternodai." ujar Dewa sambil menutup matanya.
"Gue gak nyangka kalian ngelakuin itu." Sahut Stevan
"Ternyata lo gak gay." celetuk Sean
"Kalian mainnya terlalu jauh." seloroh Rafli
"Samudra apa yang lo lakuin." marah Atlas
"Kenapa lo gak terima? " jawab Samudra sambil tersenyum miring
"Brengsek lo."
"Gue sama Elisa sama-sama mau kok disini gak ada unsur pemaksaan."
"Kalian salah paham." sanggah Elisa
Elisa berniat bangun dari kasur untuk menjelaskan semuanya namun ia kembali berbaring karena Samudra memeluk nya erat.
"Ananta lepasin dulu."
"Gak mau."
"Ananta"
"Gak mau Sa udah nyaman."
"Kalau lo gak lepasin gue marah sama lo."
"Ck yaudah."
Akhirnya Elisa bisa terbebas dari pelukan Samudra meski terlihat raut terpaksa di wajah Samudra.
"Wahai saudara-saudaraku dengar dulu penjelasan dari saya." ucap Elisa
"Halah palingan lo ngebantahkan." sahut Rafli
"Udah lah El ngaku aja gapapa." kata Stevan
"Iya El gapapa kita ngerti kok." ujar Dewa
"Kita memaklumi." balas Sean
"El gue kecewa." sahut Atlas
"DIEM LO SEMUA" teriak Elisa.Mereka yang mendengar itu langsung diam tak bersuara. Elisa menatap mereka kesal bisakah mereka mendengarkan dulu penjelasan darinya. Elisa menghembuskan nafasnya.
"Gue sama Ananta gak ngelakuin seperti yang kalian pikirkan liat gue masih pake baju lengkap." jelas Elisa sambil turun dari kasur lalu berdiri di hadapan mereka.
"Tapi kenapa Samudra gak pakai baju? " tanya Dewa
"Tanyain aja sama tuh bocah minggir gue mau balik, Ananta gue marah sama lo jangan nunjukin muka depan gue." ujar Elisa sambil berjalan keluar.
"SA KENAPA LO MARAH? " teriak Samudra karena Elisa sudah keluar.
"PIKIR SENDIRI"
Terdengar bunyi pintu yang tertutup. Mereka semua diam sampai ketika Dewa tertawa mereka pun tertawa kecuali Samudra.
"Hahaha kasian Elisanya ngambek." ejek Stevan
"Yah gak bisa peluk lagi." sahut Dewa
"Lagian lo sih pakai acara ngibul ngelakuin begituan sama Elisa." ucap Rafli
"Rasain." ujar Atlas sambil tersenyum mengejek.
"Gue cuma bercanda." balas Samudra
"Bercanda lo berlebihan." timpal Sean
"Iya gimana kalau yang datang tadi bukan kita tapi warga udah di nikahin lo berdua." sahut Rafli
"Ide yang bagus harusnya kalian tadi ngajak warga." ucap Samudra
"Buat apa? " tanya Dewa
"Agar gue sama Elisa bisa nikah." enteng Samudra
"Anjir ide yang sangat membagongkan." ucap Stevan
"Emang Elisa nya mau? " ledek Atlas
"Iya Sam si Elisa kan menganggap lo sahabatnya." sahut Dewa
"Kita liat aja nanti." ucap Samudra sambil tersenyum miring.
"Lo pasti di tolak." seloroh Atlas
"Kenapa? " bukan Samudra yang bertanya melainkan Stevan.
"Elisa masih cinta sama gue." ucap Atlas percaya diri.
"Kayaknya enggak deh si Elisa udah ilfeel sama lo." ujar Stevan
"Iya dia gak mau dekat sama lo lagi." timpal Stevan
"Lagian kenapa kalian ngerebutin Elisa sih." ucap Rafli
"Karena dia orang yang special di hidup gue." ujar Samudra
"Karena dia orang yang gue suka." timpal Atlas
"Bukannya lo suka Mira ya." tanya Rafli
"Itu dulu sekarang gue suka Elisa." jawab Atlas
"Orang yang lo suka itu bisa berubah kapanpun sedangkan orang yang special di hidup lo gak akan pernah tergantikan." ucap Samudra
******
Makasih yang udah baca cerita aku semoga kalian suka yaa
kalo ada typo atau saran kirim di kolom komentar
KAMU SEDANG MEMBACA
Change the flow of the antagonist's life
Teen FictionIni mustahil bagaimana bisa ia berada di dunia novel. Elisa Keinna Joscelyn, seorang gadis yang gemar membaca novel dan pencinta second male lead terdampar ke dalam novel kesukaannya. Elisa masih ingat saat itu ia sedang tidur setelah selesai membac...