24 || Rencana Kematian Zayden

35 0 0
                                    

"Welcome to the dark story!"

Dengan cepat Edwin meniup senapan tersebut dan mengincar bagian kaki dan leher Zayden

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan cepat Edwin meniup senapan tersebut dan mengincar bagian kaki dan leher Zayden.

Tas!

Satu buah peluru berhasil tertancap di bagian leher kiri Zayden, membuat pria itu sontak berteriak. "Argh! Sialan!"

Peluru yang Edwin pakai cukup kecil sehingga akan mudah masuk ke pori-pori. Tugas dari sang peluru lah untuk menyebarkan pelumpuh ke titik yang dikenai.

Selang beberapa detik, leher Zayden mulai kaku dan kepanasan. "Kenapa? Sakit? Itu nggak seberapa sama yang dirasakan mama! Bahkan, mama lebih sakit daripada yang lo rasain, sekarang, giliran lo buat gantiin mama ke surga, eh, jangan, mending ke neraka, oke?"

Tas! tas!

Dua buah peluru kembali melaju menuju dua kaki Zayden. Sontak, dalam beberapa detik, Zayden tersimpuh dan merasakan kram dan mati rasa pada kakinya. "A-apa yang terjadi pada kakiku? Arghhhh! Dasar manusia sialan!"

Tanpa berbicara kembali, Edwin mengganti pelurunya dengan peluru yang tak terlalu berbahaya karena hanya berisi obat tidur.

Remaja itu, mengarahkan peluru ke dahi Zayden, sekali tiup, tepat sasaran. Pengaruh peluru obat tidur terbilang cepat, setelah kena, tak lama Zayden abruk tak sadarkan diri.

Edwin yang melihatnya, hanya menyeringai. "Gue kira bakal susah, ternyata lebih gampang nangkep bossnya dibanding nangkep anak buahnya. Kalian! Bawa nih manusia ke markas Sandra Mafia!" titah Edwin ke arah para bawahannya.

"Siap, Tuan!" Mereka segera membopong Zayden menuju mobil yang sudah disiapkan lalu melaju menuju markas mafia.

Edwin tak ikut, dia akan membuat kejutan untuk beberapa orang terdekatnya.

Edwin segera menghubungi mereka yang akan ia berikan kejutan. Tentu saja, hal ini  menjadi kejutan terbaik untuk orang-orang itu. Dia tak takut kehilangan siapa pun kecuali keluarganya, ketika kehilangan Aney, sang ibu, Edwin sudah menganggap dunianya hancur.

Di pikirannya hanya ada dendam atas kematian Aney dulu. Maka dari itu, Edwin sudah menyiapkan diri untuk kehilangan mereka yang ada di sampingnya.

"Halo," sapa Edwin ke penelpon pertama.

"..."

"Gue denger, mama lo dibunuh."

"..."

"Turut berduka, gue baru aja diskusi sama papa, gue tau pembunuhnya. Tapi lokasinya jauh, lo mau ketemu?"

"..."

"Lokasi di Jepang, tepatnya Kota Osaka. Nanti kalau mau, gue siapin transportasi ke Osaka biar lo ga ribet mesen tiket, gimana?"

"..."

Ya udah, lo hubungin dulu aja papa lo. Kalau emang ga bisa, lo tinggal bilang, nanti ada bawahan papa gue yang jemput lo, kapan pun."

"..."

"Oke, sans!"

Tut!

"Liat aja, lo pasti nyari gue!" gumam Edwin. Kini, dia akan beralih ke Levi, anak dari sekutu papanya.

"Halo, Vi."

"Napa, Win? Tumben?"

"Gue lagi di Jepang, mau mampir nggak?"

"Anjir, jauh amat. Ya ... gue dari Jepang sih. Bentar, emang mau ngapain?"

"Gue mau ngasi liat sesuatu sama lo, seru. Mau liat? Gue juga udah nyuruh Daniam dateng."

"Oh, ya udah. Besok gue sampe Jepang, gue mau ngubungin papa gue dulu, kebetulan dia ada tugas di Jepang."

"Oke!"

Sambungan terputus, Edwin hanya menampilkan senyum simpul dan membayangkan apa yang akan terjadi nantinya.

Malam tiba, Edwin masih berada di markas Sandra Mafia Jepang, tepatnya, di ruang pribadi yang khusus dibuat untuk Win yang datang mengunjungi markas tersebut.

Notif ponselnya berbunyi, dilihat sebuah bubble chat Daniam dari aplikasi hijau, saat dibuka seketika Edwin tertawa puas. "Hahahah! Udah gue duga, lo akan masuk perangkap gue! Besok adalah hari mainnya, selamat menikmati tangisan yang bakal bikin lo menderita Daniam Malvares Bratajaya!"

 "Hahahah! Udah gue duga, lo akan masuk perangkap gue! Besok adalah hari mainnya, selamat menikmati tangisan yang bakal bikin lo menderita Daniam Malvares Bratajaya!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Two Face About Me [END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang