34 : Garis Waktu

1.1K 163 28
                                    

"Gak mau, adek ikut kakak pokoknya!"

"Gak boleh, kakakmu itu ngontrak di rumah yang kecil, kotor dan menjijikkan." Jelas Kanghan menolak Pin tinggal di rumah kontrakan tersebut, oleh karena itulah dia bicara seperti itu.

"Kalau begitu adek ikut mama..."

"Tidak bisa, kamu pikir aku mau pergi liburan."

"Tapi adek gak mau tinggal di rumah jika kakak gak ada di rumah." Baik Pin maupun Kanghan, tidak ada yang mau mengalah diantara keduanya, membuat Perth yang ada diantara mereka hanya bisa menjadi penonton.

"Keras kepala banget sih, siapa yang kamu tiru?"

"Mama!" Jawab dia tanpa pikir panjang sukses membuat Kanghan kalah telak. Lantas Kanghan melirik Perth, dan memberikan bahasa isyarat tuk mencoba membujuk Pin supaya dia mau tinggal di rumah.

"Adek, dengarkan kakak bicara."

"Gak mau, pokoknya adek ikut kakak! Titik!" Potong dia membuang muka dengan kedua hamba. Yang bersedekap di depan dada.

"Adek gak akan merepotkan kakak apalagi sampai menjadi beban. Adek hanya buta bukan lumpuh!" Tambah Pin muak diperlakukan begini.

"Gak bisa, di tempat kakakmu itu ada banyak Alpha, nanti kamu kenapa-kenapa gimana? Kamu itu omega dominan!" Tidak akan Kanghan izinkan.

"Kan mama bisa memberikan adek gelang seperti kakak!"

Sebenarnya bukan itu yang Kanghan permasalahkan, dia hanya tak ingin putranya mendapatkan perlakuan yang menyakitkan hatinya di luar sana. Setidaknya jika dia di rumah, maka tidak ada yang memperlakukan dia seperti orang cacat. Tahu sendiri kan, Kanghan itu tidak punya yang namanya kesabaran apalagi kontrol amarah yang baik.

"Nanti adek bosan selama kakak tinggal kuliah dan kerja?" Lembutnya dia bicara membuat Pin luluh dan bertingkah manja.

"Gak akan kak, ada Bee yang menemani adek kak... adek tinggal sama kakak ya, boleh ya... kakak sayang kan sama adek..." Bujuk dia membuat Perth berkeringat dingin sebab Kanghan menatap Perth dengan niat membunuh.

"Ya udah, kalau begitu kakak pulang balik, jadi adek gak perlu ikut dengan kakak tinggal di rumah kontrakan." Perth rasa inilah keputusan terbaik saat ini.

"Jauh kakak... emang kakak mau berangkat ke kampus jam 5 pagi?"

"Gampang, kakakmu bisa pergi ke kampus dengan helikopter." Tukas Kanghan setelahnya dia merasakan banyak mendarat di kepalanya. Sekalipun Pin buta, dia bisa merasakan posisi seseorang dari suhu, pergerakan dan aroma tubuhnya.

"Ha, ha, ha, ha..." Perth hanya bisa tertawa di saat Kanghan sudah berapi-api kepalanya. Dia melempar kembali bantal itu namun dengan cepat Perth tangkap. "Walaupun mama wanita yang telah melahirkanku, tapi demi adek kakak rela menjadi anak durhaka." Siapapun tidak boleh menyakiti kembarannya termasuk mamanya.

Pecah sudah kemarahan Kanghan yang sedari tadi dia tahan, membuat para Humanoid yang ada di sekitar mereka langsung menghadap dinding. Tidak mungkin mereka menonton pertengkaran tuan mereka.

Kali ini Pin yang tertawa, dia suka dengan keramaian ini.

⏩️⏩️

"Santa kenapa?" War bertanya kepada Keng yang sedang menyeduh kopi hitam, dia mau begadang bikin tugas di saat kota ini dilanda gerimis.

"Gak tahu, sudah sejak kemarin dia gitu." Keng berbicara tanpa memikirkan apapun. Dia manusia yang malas menggunakan otaknya. Tapi jika memang diharuskan berpikir, maka dia akan menjadi pemikir yang hebat. Dia itu pria easy going yang ingin hidup damai dengan menjadi pengangguran kaya raya.

The Abyss : PerthSanta - The EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang