Chapter 2, Garda Pelita.

30 18 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Setelah meminta hal yang sangat sulit, hubungan nya dengan sang Ibunda kian tidak membaik sama sekali. Hanya saja kali ini Shiela mengalah demi keinginan Thea.

"Ibu tidak lupa kan? Bahwa peraturan sekolah ini menaatkan bahwa untuk siswa-siswi kelas 10-11 diwajibkan tinggal di asrama" cetus lelaki dengan pakaian stelan jas, lagak nya seperti kepala sekolah, penanda nama memberikan identitas nya sebagai Danu.

Shiela menghela nafas berat. "Saya tahu Pak Danu, tapi apa boleh anak saya tidak perlu tinggal di asrama? Soal nya saya masih paranoid mengenai Tara" ungkap Shiela berusaha menjelaskan apa yang dia rasakan.

Rasa takut, cemas, dan semuanya tercampur aduk dalam perasaan nya, sulit untuk menaruh kepercayaan kepada Garda Pelita untuk kedua kalinya.

"Tenang saja bu, lagipula keamanan di asrama sangat ketat, untuk yang di masa lampau kami masih ingin meminta maaf terhadap ibu" papar Danu dengan nada yang pelan, berusaha meyakinkan bahwa kejadian yang berbahaya tidak akan terulang kembali.

Dalam situasi itu Thea hanya bisa menyimak dalam percakapan dua orang tersebut, netra nya menangkap raut wajah sang Ibunda yang gusar, entah ingin memilih pilihan yang mana.

"Bu Shiela, pihak sekolah masih ber-simpati pada anda dan sekeluarga, terutama ketika putri anda yang satu nya lagi memutuskan untuk pindah kesini, kami menyambut nya dengan baik" ujar Danu disertai senyuman tipis, mata nya tertuju pada Thea yang hanya diam dan tidak berkomentar apapun.

Shiela menoleh kepada Thea, menatap wajah putri satu-satunya yang kini dia miliki.

"Kamu yakin Sa? Mau pindah?" Shiela kembali mengajukan pertanyaan nya lagi terhadap Thea, berharap bahwa putri bungsunya it berubah pikiran.

Thea mengangguk kan kepala nya pelan. "Iya Ma, aku yakin" jawab nya tegas.

"Bahkan sekalipun di asrama?" tambah Shiela.

"Iya Ma, gapapa"

"Nama nya Sagittarius Almathea?" celetuk Danu, membuat perhatian Shiela dan Thea teralih pada nya.

"Iya Pak, Bapak bisa panggil saya Sagi atau Thea" cetus Thea mengenalkan dirinya, tidak lupa menyertakan sebuah ukiran senyuman.

Danu membalas senyuman Thea, lelaki kepala 4 itu seolah merasa bahwa wajah Thea cukup mirip dengan Tara. Yah lagipula hubungan darah tidak bisa diputus.

"Kalau begitu Bapak akan panggil kamu Sagi saja" ucap Danu, lelaki itu menjeda kalimat nya, tangan nya mengambil beberapa dokumen yang tertera di meja. Secara perlahan membuka nya, dokumen itu tentang Sagittarius Almathea.

"Sagittarius, prestasi kamu cukup bagus di bidang fisika, sejak kelas 10 kamu sudah meraih sertifikat OSN. Dan bahkan memenangkan kejuaraan FLS2N bidang lomba gitar solo" Danu melanjutkan kalimat nya, membacakan beberapa prestasi yang Thea raih selama kelas satu SMA.

Locked : Nonexistent ClarityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang