Chapter 73: Akhir Yang Diinginkan

3.9K 148 38
                                    

"Reygan."

"Kamu di mana sih?"

"Aku di depan sayang," teriak balik Reygan dari teras depan rumahnya.

Mendengar sahutan dari Reygan, Geisha langsung bergegas berlari menuju teras rumahnya. Perempuan itu terlalu bersemangat sampai lupa jika dirinya sedang dalam keadaan hamil.

"Astaghfirullah sayang, jangan lari-lari atuh ya Allah anak gue." Reygan yang melihat Geisha berlari dengan tidak sabarannya merinding sendiri. Oh ayolah, ia hanya takut anaknya kenapa-kenapa di dalam sana akibat ulah ibunya sendiri yang ceroboh. Sudah berulang kali, ia memperingati sang istri agar tidak ceroboh mengingat sang istri sedang hamil muda di mana kondisi tersebut masih sangat rentan keguguran.

"Sayang bisa nggak jangan lari-lari? Nanti kamu jatuh anak aku kenapa-kenapa gimana? Belum juga liat ayahnya yang ganteng ini." Reygan langsung menuntun sang istri agar ikut duduk di sebelahnya.

"Iya maaf, abisnya aku mau ngasih tau kamu kalau kue buatan aku udah jadi." Senyum penuh kebahagiaan masih terlihat jelas di wajah yang nampak lelah itu.

Seharian ini Geisha begitu excited untuk mencoba resep kue dari Karina yang di ajarkannya beberapa waktu yang lalu. Hari ini ia sendiri baru sempat untuk mencobanya sendiri sebab beberapa hari yang lalu tubuhnya benar-benar tidak bisa di ajak kompromi yang mengharuskan ia istirahat total karena efek hamil mudanya.

"Cuma karena itu kamu se excited ini?" tanya Reygan geleng-geleng kepala.

Geisha mengangguk semangat. "Ayo cobain kue buatan aku di dalam."

Reygan pasrah saat lengannya ditarik begitu saja oleh Geisha ke dalam. Ingin menolak pun rasanya tak tega karena melihat istrinya yang terlalu bersemangat menunjukkan kue hasil masakannya.

Sebagai suami yang baik dan pengertian ia harus menghargai kerja keras istrinya jika pun nanti hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi.

Geisha mempersilahkan Reygan duduk di salah satu kursi yang terletak di area dapur. Setelahnya ia berjalan ke arah dapur untuk menyiapkan kue buatannya untuk di cicipi oleh Reygan.

Geisha tersenyum membawa kue buatannya yang sudah ia tata dengan rapih di atas piring putih di tangannya.

"Ayo cobain, enak atau nggak nya kamu bilang aja. Biar kalau ada yang kurang bisa aku perbaiki lain kali."

"Apapun yang di buat sama istri aku, pasti bakal aku makan kok." Reygan tersenyum dengan tatapan teduhnya.

"Aku coba, ya.."

Geisha mengangguk semangat.

Reygan mengambil satu potong kue buatan Geisha lalu memasukan nya ke dalam mulut, mengunyahnya secara perlahan. Matanya sempat melotot merasakan manis yang begitu mendominasi saat kue itu masuk ke dalam mulutnya. Dia yang memang tidak terlalu menyukai makanan manis, jujur kurang menyukai kue ini tapi tetap saja demi menjaga perasaan sang istri ia akan memakannya habis setidaknya satu potongan ini.

Rasanya dominan sekali manis, entah berapa kilo gula yang di masukkan Geisha saat membuatnya.

"Gimana? Enak nggak?" tanya Geisha penasaran akan komentar suaminya.

Reygan menormalkan kembali raut wajahnya seperti semula agar Geisha tidak mencurigainya.

Kepalanya pun mengangguk cepat. "Enak kok, enak banget malah. Entah kuenya emang yang terlalu manis atau kamu yang manis jadi rasanya lebih dominan manis."

"Serius enak nggak?"

"Iya enak sayang."

"Seriusan?"

          

"Iya sayang ku. Istri aku ini 'kan pinter masak."

"Aku mau coba juga deh," ujar Geisha berniat ingin mengambil potongan kue buatannya. Namun tangannya di tahan oleh Reygan.

"Kenapa? Aku cuma mau coba kue buatan aku."

"Ah itu mending sekarang kamu mandi udah sore, aku 'kan janji mau ajak kamu jalan malam ini," kata Reygan berusaha mengalihkan perhatian Geisha agar tidak mencoba kue buatannya.

Bukan apa-apa hanya saja kue yang di buatnya itu benar-benar sangat manis, manis sekali. Jika Geisha tetap memakannya ia hanya tak ingin membuat perempuan itu kecewa, sebab ia tahu betul sebesar apa effort yang di lakukan Geisha untuk membuat kue tersebut sejak siang tadi.

"Nanti aja deh, aku pengen coba kue nya dulu."

Baru saja Reygan akan menahannya kembali. Namun terlambat, kue coklat tersebut dulu lebih dulu masuk ke dalam mulut Geisha.

"Mati gue," batin Reygan.

Baru saja satu gigitan itu masuk lalu berakhir keluar saat Geisha memuntahkannya.

"Sayang kamu nggak papa?" Reygan memegang pundak Geisha panik.

"Manis banget, kayaknya aku kebanyakan masukin gulanya deh. Maaf ya aku gagal." Geisha menunduk merasa bersalah pada Reygan.

Reygan mengangkat dagu Geisha, menatapnya dengan tatapan lembut memuja. "Nggak, kmu nggak gagal sayang. Aku tetep suka kok. Kamu nggak gagal, cuma ada kesalahan sedikit. Besok-besok bisa di perbaiki lagi."

"Maaf.." Lagi, kata maaf itu keluar dengan suara begitu lirih.

"Udah nggak papa," ucapnya lembut.

"Jangan nangis ah, udah mau jadi mama masa' cengeng sih." Jempol tangan Reygan bergerak mengusap sudut mata Geisha yang mulai berembun.

"Kenapa kamu bohong?" tanya Geisha berusaha menahan isak nya.

"Bohong kenapa?"

"Kenapa kamu nggak jujur aja kalau kue nya terlalu manis? Manis banget malah, kamu sendiri 'kan nggak suka makanan yang terlalu manis."

"Aku cuma nggak mau buat istri aku kecewa, lagian aku nggak papa kok kue nya tetep enak. Nanti aku abisin."

"Jangan! Biar nanti aku buang aja."

"Kenapa di buang? Kamu udah buat susah-susah lho dari siang tadi. Aku tau seberapa besar effort kamu buat bikin kue itu. Sayang dong kalo di buang. Selagi perut aku masih muat buat nampung, aku bakal tampung. Apapun masakan istri aku pasti bakal aku abisin. Sekalipun itu manis, asin, pedas, hambar apapun itu bakal aku makan."

Geisha menangis haru, memeluk tubuh Reygan dengan begitu eratnya. Mengucap banyak kata terima kasih pada suaminya itu.

"Makasih banyak, aku beruntung punya kamu."

"Aku jauh lebih beruntung, Gei. Kamu bagi aku itu segalanya, termasuk nyawa aku sendiri."

***

Sesuai janjinya siang tadi, malam ini Reygan mengajak Geisha keluar untuk menghabiskan waktu berdua mereka. Sekaligus malam mingguan.

Kini keduanya duduk saling bersebelahan di sebuah bukit yang menyajikan pemandangan kota dari atas sana. Lampu jalanan yang menyala terlihat sangat indah dari atas sana. Suasana yang sejuk berhasil menghadirkan rasa nyaman di sana.

Bising akibat banyaknya pengunjung yang hadir pun tak sama sekali menganggu ketenangan keduanya.

Sepasang anak manusia itu saling menautkan tangannya satu sama lain. Cuaca malam hari ini juga cukup mendukung dengan banyaknya gemerlap bintang yang bertebaran di atas sana juga dengan bulan yang menunjukkan sinar nya.

REYGANSHA [END]Where stories live. Discover now