He's Not You, Yaya POV+Hali POV

661 65 10
                                    

Semua karakter milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.

~ Spesial Chapter Ephemeral.
📌 Song recomended 'He's Not You' by Alan Walker

Seruan dosen yang menjelaskan tentang power point bergema dalam telingaku, aku mendengar semuanya tapi entah mengapa pikiranku terus berkelana. Merasa bosan aku lalu membuka buku bersampul hitam dengan tulisan 'For Yaya, From Taufan' yang tertulis di depannya.

Aku sejenak tertegun kala melihat potret Taufan dengan diriku di dalamnya, saat itu aku tidak tahu jika Taufan tersenyum sangat manis di sebelahku, namun sekarang aku tahu jika Taufan selalu tersenyum bahagia dan penuh cinta padaku. Hal tersebut juga dibuktikan dengan perkataan Shielda yang mengatakan jika aku adalah cinta pertama dan terakhir Taufan.

"Yaya?" aku tersentak kaget saat seseorang menepuk pundakku, lalu aku dapat melihat Halilintar. Aku baru sadar jika ruangan ini telah sepi sebab katanya sudah selesai beberapa menit lalu.

"Ah, Hali...kapan kamu datang?" karena aku tahu jika gedung jurusan mereka berbeda dan cukup jauh.

"Sudah dari tadi aku memanggilmu dari pintu, kata temanmu kau terus melamun dan nggak mau diganggu, jadi mereka merasa nggak enak menganggu acara melamun mu" penjelasan Halilintar membuat aku tersenyum canggung lalu dengan segera aku menyusun kembali barang milikku, tak lama dapat kulihat Halilintar membantuku tanpa ku minta. Hal-hal kecil seperti ini entah mengapa mengingatkan ku pada Taufan, tapi aku sadar mau semirip apapun sikap dan sifat Halilintar dia bukan Taufan ku.

"Besok ada kelas?" Halilintar bertanya dari dalam mobil, aku sedikit menunduk guna menatap wajahnya, karena semenjak aku mendapatkan penglihatan ku, aku selalu merasa antusias dalam berbicara dengan orang lain. Hatiku terasa geli saat melihat Halilintar tersentak dengan wajah memerah.

"Besok kosong, tapi..."

"Aku juga, kau mau pergi ke suatu tempat?" aku terdiam, walau ragu aku memberanikan diri untuk menyuarakan keinginan ku, sebab dibuku itu Taufan berpesan untuk jangan sungkan untuk meminta tolong pada Halilintar. Aku tidak tahu kenapa harus Halilintar, padahal masih banyak saudaranya yang lain akan tetapi seiiring berjalannya waktu aku sadar jika Halilintar pribadi yang cocok untuk gadis lugu dan naif sepertiku dan aku tahu jika Halilintar sangat tahu tentang diri Taufan yang sebenarnya.

Tak lama kemudian aku memasuki gerbang, ku lihat kebelakang, Halilintar masih menunggu dibalik gerbang. Aku melambai kecil dan tak lama memasuki rumah yang dulu sering disinggahi Taufan ku.

***

Manik safir berkilau itu entah mengapa membuat relung dadaku terasa sesak, tak lama aku segera melajukan mobilku dan berhenti didepan pemakaman umum, kemudian membeli beberapa tangkai mawar biru.

"Aku datang, Taufan" dapat kulihat nisan adik tiriku sangat terawat begitu juga nisan Mama Kuputeri. Setelah aku mengirim al-fatihah untuk keduanya aku termangu menatap nama lengkap Taufan di granit hitam tersebut. Tanpa kusadari mataku terasa panas kendati hatiku berdegup dengan kencang.

"Maaf...maaf, Taufan aku jahat sekali, saat kau nggak ada aku malah jatuh hati pada gadis mu. Maaf...maaf, Taufan"

Aku meremat rumput Jepang yang menghiasi makam Taufan, aku merasa dilema sebab awalnya aku hanya menemani gadis itu karena permintaan Taufan agar Yaya tidak terpuruk dengan kepergiannya, namun lama-kelaman aku malah jatuh hati pada gadis yang sekarang memiliki manik safir persis seperti milik Taufan, karena bagaimanapun juga adiknya lah yang telah mendonorkan kornea mata tersebut untuk Yaya.

"Kau memang mengizinkanku untuk memiliki gadismu, tapi...aku merasa nggak pantas, aku sudah berusaha untuk membuat gadis itu merasa aman dan nyaman denganku, tapi aku tahu Taufan, Yaya masih mengharap kan dirimu, bukan aku"

Ephemeral{Fanfic Boboiboy} ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang