Sesuai dengan jadwalnya hari ini akan menghadiri meeting dengan klien penting. Oline harus bangun lebih awal dari jam biasanya, ia sekarang masih sibuk mengemasi berkas-berkas yang akan ia bawa nanti. Sedangkan saat ini Erine sedang berkutat dengan bumbu-bumbu dapur dibawah.
Erine sudah belajar berbagai menu makanan, untungnya semua masakan yang Erine hidangkan diatas meja makan, selalu Oline sukai. Erine jadi sedikit lega pada masakannya sendiri. Bahkan Oline selalu memuji kepintarannya tentang hal memasak.
"Sayang....., kamu udah selesai belum? Ini sarapannya sudah jadi" ucap Erine sedikit berteriak.
"Aduh, kayaknya aku kelupaan naro berkas deh, Rin. Kamu bisa tolong bantu sebentar ga? Berkas itu harus aku bawa sekarang, sayang" sahut Oline dari dalam kamar, Erine pun menggelengkan kepala atas keteledoran kekasihnya itu. Lalu, berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. "Kamu naro dimana emang semalam? Aku lihat kemarin kamu benahi diatas meja. Coba kamu cek lagi disana, siapa tau nyelip"
Oline akhirnya bisa bernafas lega, saat berhasil menemukan barang yang sejak tadi membuat hatinya risau. "Tuhkan bener kata aku apa!" Omel Erine
"Iya deh, iya. Lupa aku, sayang. Untung aja aku punya kamu" balas Oline seraya mengecup kening Erine. Mereka berduapun keluar dari kamar dan menghampiri meja makan.
"Aduh, belum dicoba aja, baunya udah bikin orang ngiler nih. Pinter banget cih pacar aku masaknya" Kata Oline sembari terduduk manis, menunggu kekasihnya itu menyendokan sepiring nasi untuknya.
"Cukup ga segini?" Oline mengangguk pelan, lalu menerima piring itu dari tangan Erine.
Setelah menghabiskan sesi makannya, Erine segera menemani Oline sampai depan rumah. "Aku tinggal sebentar ya, Rin. Akan aku usahakan pulang lebih cepat hari ini. Kamu jaga diri baik-baik" ucap Oline sembari memandang lekat kedua mata Erine.
"Kamu, hati-hati dijalan. Jangan ngebut- ngebut," pesan Erine seraya menangkup kedua pipi Oline
"Kan, bukan aku yang nyetir, Eyinn." Sahut Oline, "yaudah, bilangin sama, Riyan. Jangan bawa ngebut. Kalo bisa bawanya dibawah rata-rata" balas Erine.
"Tuh, dengerin Riyan. Pesan dari bos besar" timpal Oline. "Siap, ibu bos yang terhormat. Akan saya jalankan dengan baik perintah ini," sahut Riyan seraya terkekeh pelan.
"Gih sana jalan, makin aneh kalian berdua kalo diladenin terus."
"Aku pengen peluk kamu sebentar boleh, ga?" Tanya Oline seraya meletakkan kedua tangannya pada pinggang Erine
"udah nanti aja, kasian itu Riyan nungguin. Kamu juga ga boleh telat datang ke kantor, harus profesional sama pekerjaan," sahut Erine. Sementara Oline hanya bisa bergerutu kesal.
Oline dan Riyan segera menaiki mobil, dan melaju keluar dari halaman pekarangan rumah. Erine segera masuk kembali kedalam.
•••
Tak terasa langit sudah berganti menjadi malam. hari ini begitu melemahkan buat Oline, sampai-sampai pinggangnya sudah benar-benar terasa nyeri akibat terlalu lama duduk. Oline melajukan mobil hitamnya meninggal kantor.
Ia sedikit cemas meninggalkan Erine seorang diri dirumah, takut jika kejadian waktu itu terulang kembali.
Oline merogoh saku jasnya, mengambil ponsel miliknya dan segera menghubungi kekasihnya itu melalui panggil telpon. Untungnya Erine cepat mengangkat telpon itu, sehingga membuat Oline tersenyum lega."Malam sayang"
"Oyinn, katanya mau pulang cepat? Ini kok udah mau jam sembilan malam, tapi belum juga pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsessed with female dancers (Orine)
RomanceObsesi seorang gadis kepada penari perempuan yang secara diam diam Ia perhatikan. "Akan ku pastikan yang pantas di sampingmu hanyalah Oline manuel seorang" -Oline "Dasar cewek gila" -Erine