EPILOG

390 21 2
                                    

Double up..




Lima tahun telah berlalu sejak Sasuke dan Sakura memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai orang tua. Di rumah mereka yang nyaman di pinggiran desa, hari itu adalah salah satu hari yang tenang dan cerah, sempurna untuk menikmati waktu bersama keluarga.

Sasuke duduk di halaman belakang, menikmati pemandangan dengan secangkir teh di tangannya. Di dekatnya, Sakura duduk di bangku, mengawasi putra sulung mereka yang sedang bermain di taman.

"Waktu berlalu begitu cepat, ya?" Sasuke berkata sambil tersenyum tipis, matanya tertuju pada putra mereka yang berlari-lari dengan gembira.

"Benar, sepertinya baru kemarin dia lahir," jawab Sakura, matanya bersinar dengan kebahagiaan. "Aku senang kita bisa menikmati hari-hari seperti ini."

Mereka saling bertukar senyuman, menikmati momen damai ini. Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama ketika suara tawa anak-anak mulai terdengar dari gerbang depan.

Naruto dan Hinata datang bersama Boruto, seperti yang mereka lakukan hampir setiap minggu. Naruto membawa keranjang penuh makanan, sementara Hinata menggandeng tangan Boruto yang langsung berlari menuju putra Sasuke dan Sakura, Sarda Uchiha, yang sudah menunggu di halaman.

"Yo, Sasuke! Sakura!" Naruto menyapa dengan riang, melambai dengan antusias.

"Naruto," jawab Sasuke dengan anggukan, senyum tipisnya tetap terjaga. "Kau selalu datang dengan makanan. Kau pikir kami tidak cukup makan di sini?"

"Aku hanya memastikan kau tetap makan yang sehat, Sasuke," jawab Naruto sambil tertawa, meletakkan keranjang di meja. "Lagipula, Hinata yang mempersiapkan semua ini."

Hinata tersenyum lembut sambil melepaskan pegangan tangannya dari Boruto yang kini sudah berlari menghampiri Sarda.

"Aku harap kalian menyukainya. Ini resep baru yang aku coba."

"Terima kasih, Hinata. Aku yakin makanannya pasti enak seperti biasa," kata Sakura sambil mengambil keranjang dari Naruto dan membawanya ke dapur.

Di taman, Sarda dan Boruto bermain bersama, tawa mereka memenuhi udara. Mereka tampak begitu mirip dengan Sasuke dan Naruto saat masih kecil—penuh energi, semangat, dan persahabatan yang tak terpisahkan.

"Mereka berdua begitu dekat. Aku harap mereka akan terus seperti ini," kata Sasuke, tatapannya lembut saat melihat putrinya bermain dengan Boruto.

"Ya, aku juga berharap begitu. Mereka mengingatkanku pada kita, Sasuke," Naruto menjawab sambil tersenyum, memikirkan masa-masa kecil mereka.

"Tapi aku berharap mereka tidak perlu melalui apa yang kita alami," Sasuke berkata dengan serius, memandang Naruto dengan harapan yang dalam. "Mereka pantas mendapatkan masa kecil yang bahagia, tanpa konflik."

"Setuju. Kita akan pastikan mereka mendapatkan itu," Naruto menegaskan dengan semangat.

Tiba-tiba, suara langkah kaki lain terdengar dari gerbang. Sasuke menoleh dan melihat anak kedua Itachi, seorang gadis kecil dengan senyuman manis, berjalan masuk dengan tas besar di punggungnya. Dia membawa berbagai macam makanan, tampaknya sebuah hadiah dari keluarganya.

Anak kedua Itachi " Paman Sasuke! Bibi Sakura! Aku datang!" teriaknya dengan gembira.

Sasuke tersenyum lembut, mengangguk untuk menyambut keponakannya.

"Senang melihatmu, kau datang dengan banyak makanan, ya?"

"Ayahku bilang kau pasti akan menyukainya!" jawabnya riang, meletakkan tas di meja dan mulai mengeluarkan isinya.

Kamu akan menyukai ini

          

Sementara itu, Daichi, anak pertama Itachi yang lebih tua, duduk di atas cabang pohon di taman, memandang adik-adiknya dari kejauhan. Matanya penuh perhatian, mengawasi dengan saksama meskipun dia lebih suka memisahkan diri dari keramaian.

"Daichi, kenapa kau tidak turun dan bergabung dengan mereka?" Sasuke memanggil, menatap anak muda itu dengan penuh perhatian.

"Aku lebih suka di sini, paman," jawab Daichi sambil tersenyum kecil, meskipun dia tidak benar-benar terlibat dalam permainan anak-anak di bawahnya.

"Dia selalu begitu tenang," kata Sakura sambil tersenyum, merasa bangga melihat keponakannya yang sudah mulai dewasa.

Seiring waktu berlalu, hari itu diisi dengan canda tawa dan kebersamaan. Boruto dan Sarda terus bermain, menguatkan ikatan persahabatan mereka, sementara Naruto, Hinata, Sasuke, dan Sakura menghabiskan waktu berbicara tentang masa lalu dan rencana masa depan.

Saat matahari mulai terbenam, mereka semua berkumpul di taman, menikmati suasana hangat bersama. Sasuke menatap putrinya yang tertawa bersama Boruto, merasa bersyukur atas kehidupan yang telah mereka jalani selama lima tahun terakhir.

"Mereka benar-benar mengingatkanku pada kita," kata Sasuke pelan, tidak bisa menahan senyumnya. "Tapi aku berharap mereka tidak pernah harus menghadapi apa yang kita hadapi dulu."

"Kita akan pastikan itu, Sasuke," jawab Naruto dengan penuh keyakinan. "Kita akan melindungi mereka dan memastikan mereka punya masa depan yang lebih baik."

Sakura menatap Sasuke dengan tatapan penuh kasih, merasakan kedalaman cinta dan komitmen yang mereka miliki untuk keluarga mereka.

"Kita telah melalui banyak hal, tetapi pada akhirnya, ini semua sepadan. Kita telah membangun keluarga yang kuat, dan itulah yang terpenting."

"Aku setuju. Melihat Boruto dan Sarda tumbuh bersama dengan begitu bahagia... itu adalah kebahagiaan yang tak ternilai."

Hari itu berakhir dengan kebersamaan dan harapan yang mendalam. Sasuke dan Sakura merasa penuh dengan kebahagiaan dan kedamaian, tahu bahwa mereka telah menciptakan kehidupan yang penuh cinta dan harapan untuk masa depan, bukan hanya untuk mereka sendiri, tetapi juga untuk anak-anak mereka dan generasi berikutnya.

Masa lalu mereka mungkin penuh dengan tantangan, tetapi masa depan mereka dipenuhi dengan janji—janji untuk melindungi apa yang telah mereka bangun dan untuk terus tumbuh bersama sebagai sebuah keluarga.

Sasuke dan Sakura telah menikmati kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan bersama putra sulung mereka, Sarda. Setiap hari dihabiskan dengan tawa dan kebersamaan yang menghangatkan hati. Namun, di tengah kehidupan yang harmonis itu, sebuah kejutan besar siap mengguncang dunia mereka.

Suatu pagi yang tenang, Sasuke baru saja pulang dari latihannya di hutan ketika dia melihat Sakura duduk di meja dapur dengan wajah yang penuh pertimbangan. Ekspresi Sakura yang biasanya tenang terlihat sedikit tegang, dan itu membuat Sasuke berhenti sejenak.

"Ada apa, Sakura?" Sasuke bertanya sambil mendekati istrinya. "Kau terlihat sedikit gugup."

Sakura menggigit bibirnya, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menyampaikan kabar yang akan mengubah hidup mereka sekali lagi.

"Sasuke, aku punya sesuatu yang harus kukatakan," dia mulai, suaranya sedikit gemetar. "Aku... aku baru saja memeriksakan diri ke dokter."

Sasuke menatap Sakura dengan cemas, menunggu apa yang akan dikatakan istrinya.

"Apa yang terjadi? Kau baik-baik saja, kan?" tanyanya, nada suaranya penuh kekhawatiran.

Sakura mengangguk pelan, lalu mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Sasuke.

"Aku baik-baik saja, Sasuke. Sebenarnya, aku... aku hamil," katanya akhirnya, menatap mata Sasuke dengan campuran emosi—kebahagiaan, kecemasan, dan harapan.

Untuk beberapa detik, Sasuke hanya terdiam. Kata-kata Sakura menggema di pikirannya, tetapi butuh waktu beberapa saat bagi dirinya untuk memproses apa yang baru saja didengarnya.

"Kau... hamil?" dia mengulanginya dengan pelan, seolah-olah memastikan bahwa dia tidak salah dengar.

Sakura mengangguk, senyumnya mulai muncul di wajahnya, meskipun masih ada sedikit kekhawatiran dalam tatapannya.

"Ya, kita akan punya anak lagi," Sakura mengkonfirmasi, suaranya lebih lembut sekarang.

Perasaan terkejut dan bahagia bercampur dalam diri Sasuke. Matanya melebar seiring dengan kenyataan yang semakin meresap. Lalu, sebuah senyum yang jarang terlihat di wajah Sasuke mulai terbentuk, penuh dengan perasaan tak terucapkan.

"Sakura... itu... itu luar biasa," katanya akhirnya, suaranya sedikit serak. Dia mengulurkan tangan untuk mengelus pipi istrinya dengan lembut. "Aku tidak tahu harus berkata apa."

Sakura tersenyum lega, melihat bagaimana Sasuke menerima kabar ini. Dia tahu bahwa ini akan menjadi perubahan besar bagi mereka, tetapi dengan Sasuke di sisinya, dia merasa kuat.

"Aku juga terkejut, Sasuke. Tapi aku sangat bahagia," dia berkata sambil menggenggam tangan Sasuke lebih erat.

Sasuke menatap Sakura dengan perasaan yang dalam, rasa cinta dan kebahagiaan yang memenuhi hatinya. Dia kemudian menarik Sakura ke dalam pelukan, memeluknya dengan erat, seolah-olah tidak ingin melepaskannya.

"Kita akan melalui ini bersama, seperti yang selalu kita lakukan," katanya dengan penuh keyakinan. "Aku akan selalu ada untukmu, Sakura."

Hari itu menjadi awal dari babak baru dalam hidup mereka. Sasuke, yang biasanya tenang dan tegar, kini merasa sangat antusias tentang masa depan. Pikiran tentang memiliki anak kedua membawa rasa tanggung jawab dan kebahagiaan yang mendalam dalam dirinya.

Sasuke dan Sakura menghabiskan hari-hari berikutnya berbicara tentang rencana mereka untuk masa depan, mulai dari persiapan kelahiran hingga bagaimana mereka akan memberitahu Sarda tentang adik yang akan datang.

Meskipun ada kecemasan dan tantangan yang akan datang, Sasuke dan Sakura merasa siap untuk menghadapi semuanya bersama. Mereka tahu bahwa dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka bisa melalui apapun yang terjadi.

Kabar tentang kehamilan ini menjadi awal dari kebahagiaan baru bagi keluarga Uchiha, dan Sasuke tidak sabar untuk menyambut anak kedua mereka ke dalam dunia yang telah mereka bangun dengan cinta dan kerja keras.

- TAMAT -





Makasi gayss sudah baca cerita ini dari awal Sasuke yang imut dan menggemaskan hingga mempunyai anak >.<

Banyak kata yang perlu di sampaikan, terimakasih banyak.

Cerita baru udah pada tayang ya dan sudah ada PDF

STRANGE - SASUSAKU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang