꧁ Part 04 ꧂

86 5 2
                                    

══════════ ꧁꧂ ══════════

Zeus beranjak dari tempat tidur, lalu memakai jubah tidurnya. Pria itu membuka gorden, membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar.

Airyn bangkit untuk duduk, tetapi bagian intim dan bagian bawah perutnya terasa ngilu dan perih.

Zeus menghampiri Airyn. "Jangan memaksakan diri. Apakah kau akan pergi ke kantor?" tanyanya sembari memakaikan jubah tidur pada istrinya itu.

"Aku akan menghubungi orang kantor. Jadi, aku tak perlu pergi," jawab Airyn.

Zeus menatap istrinya dengan intens. "Bagaimana pun juga, ini seperti yang pertama kalinya untukmu, kan? Kau pasti kelelahan," ucapnya.

"Iya, aku tahu." Airyn mengalihkan pandangannya untuk menghindari tatapan Zeus.

Zeus tersenyum kecil. "Terima kasih sudah menikah denganku, terima kasih sudah menjadi istriku, dan terima kasih atas kebahagiaan semalam," ucapnya, kemudian mengecup kening Airyn dengan lembut.

"Terima kasih juga karena kau sangat pengertian. Kau 'mengajariku' banyak hal termasuk orgasme," celetuk Airyn.

Giliran Zeus yang mengalihkan pandangannya. "Ah, ya... itu...."

"Ini pertama kalinya untukku. Waktu itu, hanya ada rasa sakit yang luar biasa. Namun, berkat semalam, aku tidak lagi berpikir negatif tentang seks," papar Airyn.

Zeus menatap sang istri dengan ekspresi sedih. Pria itu tak bisa menahan diri untuk tidak memeluknya. "Aku berjanji akan membahagiakanmu."

Airyn melelapkan kepalanya ke dada bidang sang suami.

Bel berbunyi, menandakan ada tamu yang datang.

Zeus melepaskan pelukannya. "Itu pasti kurir pengantar makanan," ucapnya, kemudian berlalu pergi.

Airyn merenung. "Sejauh ini, dia terlihat normal seperti biasanya. Apakah iblis itu akan muncul jika aku memancing amarahnya?" gumam wanita itu.

Ekspresi kemarahan Zeus remaja kembali terbayang dalam benak Airyn.

Di ruang makan.

Zeus dan Airyn terlihat sudah mandi dan berpakaian rumahan. Mereka menikmati sarapan bersama.

Zeus memperhatikan Airyn yang makan dengan tenang. "Tampaknya dia baik-baik saja. Dia benar-benar menginginkan pernikahan ini, kan? Dia menikah denganku karena mencintaiku, kan? Bukan karena kasihan padaku?" batinnya.

"Ah, sangat tidak nyaman. Rasanya sakit sekali saat berjalan. Sepertinya itu tidak akan menutup kembali. Namun, setidaknya ini tak lebih buruk dari waktu itu," kata Airyn dalam hati.

Zeus tampak berpikir. "Benar juga. Jika dia tidak mencintaiku? Mana mungkin dia bersedia melakukannya semalam? Dia sepertinya menikmati perbuatanku. Bahkan, dia berterima kasih atas kelembutanku. Artinya, aku sudah melakukannya dengan baik. Semoga dia tidak mendapatkan trauma baru. Aku akan memperlakukannya dengan lebih baik lagi," batinnya.

"Kenapa dia diam saja? Rasanya canggung sekali," batin Airyn. "Awalnya kami adalah sahabat yang saling terbuka satu sama lain. Namun, karena pernikahan ini, ditambah lagi kejadian semalam, sepertinya kami kembali lagi ke masa perkenalan," imbuhnya.

Setelah selesai sarapan, Zeus membantu Airyn mencuci piring.

"Aku bisa melakukannya sendiri," kata Airyn.

"Aku tidak punya kegiatan lain. Jadi, aku akan membantumu saja," ujar Zeus.

"Jangan bilang, dia akan terus mengekor padaku dan mengikuti apa pun yang aku lakukan," batin Airyn.

Freesia RefractaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang