Part 18 - Rumah Bella 🔞
Bella sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja ketika tiba-tiba Kaivan mengirim pesan, mengajaknya pergi bersama karena ia akan mengunjungi klub untuk bertemu teman-temannya, seperti biasa. Bella terdiam sejenak, mempertimbangkan ajakan tersebut. Kedekatan mereka yang baru-baru ini terjalin kembali membuat Bella merasa canggung, mengingat masa lalu mereka yang tidak selalu baik. Kaivan berusaha memperbaiki hubungan itu, mendekati Bella dengan menawarkan bantuan dan perhatian yang sulit ditolak.
Saat itu, Bella sedang memikirkan bagaimana caranya sampai ke klub. Leon, yang biasanya menjemputnya, tidak bisa datang, dan ongkos taksi ke klub cukup mahal. Setelah berpikir sejenak, Bella memutuskan untuk menerima ajakan Kaivan. Ia merasa ajakan ini datang di saat yang tepat dan bisa menghemat ongkos yang bisa digunakan untuk hal lain yang lebih penting.
Tidak lama kemudian, Kaivan mengirim pesan bahwa ia sudah tiba di depan rumah Bella. Dengan perasaan campur aduk, Bella memeriksa riasan wajahnya sekali lagi, memastikan semuanya terlihat sempurna, lalu keluar dari rumah sambil mengunci pintu. Kaivan menyambutnya dengan senyuman dan mengisyaratkan agar mereka segera berangkat.
"Gue nggak punya helm," kata Bella, sedikit khawatir.
"Aman, nggak apa-apa. Ayo naik," balas Kaivan dengan santai.
Meskipun ragu, Bella akhirnya naik ke motor Kaivan. "Teman-teman lo udah di sana?" tanyanya, mencoba mengisi keheningan.
"Iya, mereka udah duluan," jawab Kaivan sambil mulai melajukan motornya.
Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Kaivan mengendarai motornya dengan lincah, menembus kemacetan malam itu dengan mahir. Bella duduk di belakang, mencoba menjaga jarak, tapi tetap memegang jaket Kaivan agar tidak terjatuh.
Sesampainya di klub, Bella turun dan mengucapkan terima kasih. Suasana klub sudah ramai dengan musik keras dan kerumunan orang yang berbaur di dalamnya. Mereka berjalan bersama memasuki klub.
"Nanti lo pulang jam berapa?" tanya Kaivan saat mereka mendekati pintu masuk.
"Kayak biasa, jam tiga," jawab Bella.
"Mau pulang bareng?" Kaivan menawarkan dengan nada santai.
Bella ragu sejenak sebelum menjawab, Leon mengatakan akan terlambat ke klub. Bella tidak perlu khawatir untuk pulang nanti. "Nggak usah deh, udah sama Bang Leon nanti."
Kaivan mengangkat alis, penasaran. "Leon itu siapanya lo sih?"
Bella berpikir sejenak sebelum menjawab, "Gimana ya nyebutnya... Dia yang pertama kali kenalin gue ke pekerjaan ini."
"Dan sekarang lo masih pulang-pergi bareng dia?" tanya Kaivan dengan nada penasaran.
Bella mengangguk. "Iya, dia biasanya nungguin sampai gue dan yang lain selesai kerja."
"Lo bayar dia?"
"Iya, semacam fee untuk dia karena udah bantu."
"Jadi kayak agensi gitu?" tanya Kaivan sambil mengangguk-angguk, seakan berusaha memahami situasi Bella.
"Bisa dibilang gitu," jawab Bella singkat.
Obrolan mereka berakhir saat Kaivan bertemu dengan teman-temannya di lorong klub. Mereka bertukar tos dan bercanda tawa, sementara Bella berpisah dan menuju ruangan staf untuk menyimpan tas dan memperbaiki riasannya yang sedikit berantakan karena angin malam.
Sepanjang malam, Kaivan sibuk bersama teman-temannya sementara Bella bekerja. Sesekali pandangan mereka bertemu, menciptakan suasana yang canggung. Bella merasa sedikit risih dengan perhatian Kaivan yang terus mengawasinya dari kejauhan, seolah-olah menjaga atau sekadar memastikan Bella baik-baik saja. Malam itu berjalan lancar, tetapi perasaan Bella terus bergejolak, antara menerima kehadiran Kaivan yang sekarang lebih peduli atau tetap waspada dengan masa lalu mereka yang masih membayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUMINOUS [18+]
Teen FictionBagi Kaivan, menindas Bella adalah hal yang wajar karena gadis itu pantas mendapatkannya. Sehingga, tiada hari tanpa caci maki, cemooh, dan wajah sinis yang didapatkan Bella dari Kaivan dan orang-orang di sekitarnya. Warning!! 18+ 🐎🐎🐎 Jakarta, 2...