"Mas Daru?""Iya. Bagaimana menurutmu, Yas?"
Butuh beberapa detik buat Yasna untuk bisa menguasai dirinya sendiri agar terlihat biasa saja. Setelah tadi berusaha mencerna ucapan sang Abi, akhirnya gadis dengan mata bening itu memahami maksud ucapan abinya. Menjodohkan Nadira dengan Andaru.
"Bukankah Daru cocok jika disandingkan dengan Dira..." Suara Abinya mengembalikan fokus Yasna.
Yasna tersenyum dan mengangguk.
"I...iya abi. Cocok. Sangat cocok...." Sahut Yasna pada sang Abi.
"Abi rasa apa yang kamu katakan tadi benar. Dira itu gadis yang kuat. Punya pendidikan baik. Putri dari sahabat abi. Mendapat pengasuhan dari dik Maman. Lingkungan nya baik. Gadis solihah. Bibit bebet bobot baik. InsyaAllah Daru pasti juga suka dengan gadis seperti Dira ini" Imbuh Abi Salman penuh puja puji pada sosok Nadira.
"Iya Abi"
"Dan Abi yakin, mbak Yeti juga pasti senang mempunyai menantu seperti Dira..."
"Iya Abi"
Abi Salman tersenyum menatap Yasna yang dari tadi hanya menjawab 'iya Abi'. Lelaki beralis tebal itu merasa pasti Yasna senang jika Dira kelak menjadi bagian dari pondok ini. Kalau Dira menikah dengan Daru, pastinya gadis itu akan tinggal di sini.
"Kamu senang kan kalau Dira nanti menikah dengan Daru dan nanti Dira pun akan tinggal disini. Kalian bisa dekat. Dira bisa menjadi tenaga pengajar di pondok..." Ujar Abi Salman lagi.
Yasna lagi-lagi hanya bisa mengangguk dan mengucap...
"Iya Abi"
"Hehh ..Abi itu sudah menganggap Daru seperti anak Abi sendiri. Sama seperti Kemal. Umik mu juga pernah bilang kalau budemu itu selalu ingin melihat Daru segera menikah...."Abi Salman menjeda kalimatnya.
"...Daru itu anak yang baik dan solih. Abi memang hampir tak pernah menanyakan masalah pernikahan pada Daru. Tapi Abi selalu berharap Daru bisa segera menemukan jodoh yang solihah dan terbaik buatnya. Abi rasa apa yang Abi rencanakan dengan dik Maman kali ini adalah hal baik. Buat Daru juga Dira..." Lanjut Abi Salman panjang lebar.
Yasna yang sedari tadi sudah sangat setia mendengarkan semua yang ingin dikatakan sang Abi mengangguk dengan senyum tetap terulas. Tak ada yang salah dengan semua perkataan abinya.
"Ah kelihatan nya kamu sudah lelah ya Yas. Daritadi cuma senyum sama jawab iya iya saja...." Abi Salman berdiri dari duduknya.
"Lebih baik kamu segera istirahat Yas. Sudah malam..." Imbuh sang Abi saat Yasna ikut berdiri.
"Iya Abi. Abi juga harus istirahat.. " sahut Yasna pada sang Abi yang mulai melangkah menuju pintu kamar. Hari memang sudah malam.
"Yas...." Abi Salman membalikkan badan lagi saat sudah berada di ambang pintu kamar.
"Iya Abi..."
"Maafkan Abi ya. Abi belum bisa menjadi ayah yang baik buat kamu..." Entah kenapa Abi Salman mengatakan itu dengan tatapan sendu. Yasna tak suka jika Abi atau uminya seperti itu. Yasna selalu merasa Abi dan umi nya adalah orangtua yang sangat baik dan penuh kasih sayang padanya. Yasna pikir Abi masih belum bisa menghilangkan rasa bersalahnya atas semua yang dialami Yasna. Dalam hal ini adalah tentang pernikahan nya dengan Gus Haidar.
Yasna maju selangkah mendekat ke arah sang abi. Gadis cantik berwajah Arab itu meraih tangan sang Abi dan mencium telapak nya sebelum ia genggam erat.
"Abi dan umi tak punya salah apapun. Tak ada yang harus dimaafkan. Yas yakin Abi dan umi pasti selalu memikirkan kebahagiaan Yas. Dan Yas memang bahagia. Sangat bahagia ditakdirkan menjadi putri Abi dan umi..." Yasna menatap Abi Salman teduh.
YOU ARE READING
BETTER LOVE
Short StorySide story Andai kau Tahu & Dila's Love Yasna tak pernah menyangka mahligai yang berusaha ia jaga dengan sepenuh hati akhirnya kandas juga. Yasna merasa sudah berusaha sekuat mungkin menjaga kesakralan hubungan yang terjalin di hadapan Allah. Menjag...