Chapter 10 : Pindah

112 13 0
                                    

Ujian semester sudah berlangsung dan kini tersisa esok hari lagi hingga ujian selesai. Banyak siswa yang menggunakan waktunya setelah ujian untuk belajar di perpustakaan. Seperti Jisung saat ini yang sedang belajar di perpustakaan.

Jisung tak berhenti tersenyum. Ujian tinggal esok hari, dan hasil ujian minggu lalu sudah keluar jika ia tidak ada remedial di pelajaran-pelajaran itu. Dan untuk ujian minggu ini Jisung pun yakin tidak ada yang remedial karena ia belajar sungguh-sungguh. Jika tidak ada remedial maka ia bisa bertemu Minho lebih cepat. Ia sudah merindukan suami nya itu.

"Matematika gue gak remedial woy, seneng gue" ucap Junkyu yang duduk berhadapan dengan Jisung dan Felix.

"Tumben. Biasanya selalu remedial kan kalo mtk" ucap Felix.

"Gue belajar bener-bener lah. Semester ini kan pak Minho yang ngajar, gue nyambung tuh diajar dia. Beda sama Mr. Moon tuh gue gak nyambung. Makanya ini gue gak remedial, ya walau nilainya ngepas diatas kkm dikit" ucap Junkyu.

"Abis ini katanya Mr. Moon balik ngajar kita lagi tau. Cuti dia udah abis terus pak Minho pindah. Aduh gak nyambung gue sama tu guru, kenapa gak pak Minho aja ya jadi guru tetap. Gak suka gue diajar pak Moon" ucap Junkyu

Ucapan Junkyu membuat Jisung menghentikan bacaannya. Ia lalu menatap ke arah Junkyu "lo tau dari mana Kyu pak Minho mau pindah?" Tanya Jisung

"Tau dari Jeno, dia bilang Mr. Moon balik abis kita ujian ini, jadi kayaknya pak Minho pindah" ucap Junkyu.

Jisung terdiam. Kenapa ia tidak tau tentang ini. Minho akan pindah? Akan meninggalkan dia? Kenapa tidak ada seorangpun yang memberi taunya?

Felix melihat ekspresi Jisung yang berubah sesaat Junkyu mengatakan kepindahan pak Minho. "Lo kenapa Ji?" Tanya Felix.

Jisung seketika menoleh ke arah Felix, "ah gak apa kok. Ini lagi ngafal aja" ucap Jisung sambil kembali menunduk. Felix tau jika Jisung sedang gelisah.

"Mr. Moon balik kesini belum tentu pak Minho pindah juga Kyu, bisa aja dia jadi ngajar tetap disini" ucap Felix, ia lalu kembali menatap Jisung yang menunduk.

Mendengar ucapan Felix membuat Jisung sedikit tenang, iya juga. Bisa jadi Minho tetap mengajar disini kan? Lagi pula Minho tidak ada omongan apapun tentang kepindahannya. Minho tidak mungkin meninggalkannya kan?

.
.
.

"Gimana Ho?" Tanya Bang Chan.

"Apa?" Tanya Minho balik karena tidak mengerti ucapan Bang Chan. Saat ini mereka sedang makan bersama di ruang makan khusus guru.

"Ya itu lo sama Jisung, gimana? Udah bisa kan lo jauhin dia selama ini?" Tanya Bang Chan lagi.

"Yaa gue juga maunya gitu tapi setelah gue coba gak bisa" ucap Minho lalu melanjutkan makannya.

"Chk. Udah gue duga. Lo mah emang gak bisa tegas sama anak itu." Ucap Bang Chan.

"Gue udah coba Chan, tapi yang gue liat dia jadi suka nangis. Gue gak suka liat dia nangis. Gue lebih suka liat senyum dia dibandingkan nangis gitu" ucap Minho.

Bang Chan mengernyitkan dahinya, "lembek banget lo Minhooo. Liat dia nangis aja langsung luluh"

"Kalo lo gak bisa liat dia nangis, gimana lo mau pindah nanti? Apa lo belum kasih tau dia? Gue pikir lo mau pindah karena itu usaha lo ngejauhin dia." Ucap Bang Chan lagi.

Minho terdiam. Masalah kepindahannya itu memang Minho memberitahu Jisung. Ia bermaksud untuk memberitahukannya nanti setelah ujian selesai.

"Gue masih cari waktu untuk omongin ini. Sejujurnya gue udah nyaman disini. Gue pindah juga bukan kemauan gue" ucap Minho kecil

          

"Ya terus kenapa pindah?" Tanya Bang Chan. "Eh tapi gapapa deh kalo lo pindah ini bisa jadi alasan ngejauh dari Jisung. Beneran deh kalo lo terus gini kalian bakalan terus terikat satu sama lain. Lo gak akan bisa lepas dari dia begitu pula sebaliknya." lanjutnya.

Minho kembali terdiam. Terikat? Mereka memang sudah terikat dalam pernikahan kan. Namun Bang Chan tidak mengetahuinya. Minho jadi membayangkan jika Bang Chan tau jika ia sudah menikah dengan Jisung bagaimana reaksinya? Minho yakin pasti Bang Chan lebih mengomelinya.

"Gue bilang gini karena gue peduli sama lo Ho. Gue cuma takut kedepannya lo susah dapet pasangan karena kalian berdua begini"

Minho tersenyum, "thanks udah khawatirin gue Chan. Gue gapapa kok, sikap Jisung itu gue udah biasa. Karena dari kecil juga gue yang manjain dia sampe kayak gini"

.
.
.

Waktu sudah berlalu dan ujian telah selesai. Minggu ini adalah waktu remedial sebelum pembagian nilai rapor hari jumat nanti. Jisung sendiri sudah menyelesaikan remedialnya tadi dan sekarang ia sudah bebas. Karena ucapan Junkyu saat itu, kemarin saat hari terakhir ujian Jisung jadi hilang fokus dan berujung mendapat nilai kecil dan harus remedial di 2 mata pelajaran terakhir. Namun sekarang ia sudah bebas, bagi siswa yang tidak ada perbaikan nilai lagi maka minggu ini adalah jam kosong. Bahkan tak jarang juga ada yang bolos di jam kosong ini.

Rumor tentang Minho yang akan pindah sekolah itu menjadi makin menyebar membuat Jisung semakin gelisah. Tadi Jisung tak sengaja mendengar para siswi membicarakannya juga. Masalahnya adalah Minho tidak ada bicara apapun tentang ini kepadanya sampai sekarang. Ia jadi bingung haruskah percaya rumor ini atau tidak.

Jisung bisa saja bertanya pada Minho, namun ia takut, takut jika ia bertanya nanti Minho akan mengalihkan pembicaraan atau mungkin berbohong kepadanya.

Jisung akhirnya bertekad menemui neneknya. Dari pada bertanya pada Minho ia bisa bertanya pada neneknya dan minta penjelasannya.

Ia berjalan menuju ruangan neneknya. Tapi ia melihat pintu ruangan nenek belum tertutup rapat. Jisung ingin mengetuk tapi malah mendengar suara Minho. Jisung mematung.

"Bulan depan kan? Rumah di sana udah disiapkan sama keponakan ku jadi kamu gak usah khawatir cari kost disana" ucap Aeri. "Gak ada yang kamu minta lagi kan?"

"Iya nek, tadi paman Daehyun sudah kasih tau Minho juga. Minho mau nanya tentang syaratku tadi nek"

"Baguslah. Kamu tenang saja ku serahkan itu nanti. Tapi tolong kamu jangan beri tau Jisung tentang kepindahan kamu ya, kamu harus pergi tanpa sepengetahun dia. Kalo dia tau kamu mau pindah ke Daegu gara-gara aku pasti dia tambah benci denganku."

"Iya nek nanti Minho usahakan. Kalo gitu Minho permisi"
Minho membungkukkan badannya lalu mulai berjalan mendekati pintu. Minho membuka pintu tersebut dan betapa terkejutnya Minho yang melihat Jisung sudah berada di depan pintu. Sambil menangis.

.
.

Jisung menunduk dengan air mata yang masih mengalir. Masih terngiang ucapan Minho dan neneknya. Saat ini Minho dan Jisung sedang berada di halaman belakang gedung office dan guru. Minho yang menariknya kesini untuk menjelaskan kejadian tadi padanya.

"Kenapa kakak gak bilang?"

Minho ikut menunduk, menyejajarkan dirinyanya dengan Jisung.
"Maaf. Aku niatnya mau bilang sama kamu setelah bagi rapor nanti Jisung. Aku gak mau ganggu kamu ujian."

"Tapi tetep aja harusnya kakak bilang aku dulu.... Daegu itu jauh kak.. aku gak mau pisah sama kakak." Ucap Jisung.

"Nenek yang paksa kakak pergi kan? Kenapa kak, kenapa nenek itu benci banget sama hubungan kita?" Ucap Jisung lagi.

"Nenek kayak gini supaya kamu bisa fokus sama sekolah Ji. Kita pisah juga sementara, cuma satu tahun. Kita juga masih bisa ketemu waktu liburan kan."

Jisung menggelengkan kepalanya. "Gak harus gini kak, emang kakak mau pisah sama aku?"

Minho terdiam. Jika boleh jujur Minhopun tidak ingin berpisah seperti ini dengan Jisung. Tapi apa yang bisa ia perbuat jika neneknya yang mengontrol mereka.

Melihat keterdiaman Minho membuat Jisung tau kalau Minhopun tidak ingin berpisah dengannya kan? Lalu harus bagaimana mereka?

Tiba-tiba ada satu ide yang terlintas dalam pikiran Jisung

"Kak! Kita harus memberontak. Nenek harus dikasih pelajaran karena gimana pun ini pernikahan kita kak, nenek gak perlu atur-atur kita terus kayak gini" ucap Jisung antusias.

"Maksud kamu apa Ji?" Tanya Minho.

"Aku punya ide... Kak ayo kita kawin lari aja. Kita harus pergi yang jauh dan gak pulang sampai nenek mau nerima kita dan batalin kepindahan kakak ini!"

Minho mengernyitkan dahinya.
"Kamu bicara apa Ji? Kawin lari? Ji kabur itu gak akan menyelesaikan masalah" ucap Minho.

"Ayo kita coba dulu kak. Nenek juga gak akan bisa liat aku pergi jauh. Aku rasa cara ini bisa berhasil. Nenek harus sadar kalo yang aku mau itu cuma sama kakak"

"Besok! Ayo kita ketemu distasiun jam 6 sore nanti disana. Ayo kita pergi dari sini kak. Untuk tujuannya kita putusin nanti disana."

"Ji, gak bisa. Kamu jangan—"

Tapi tap

Jisung dan Minho jadi terdiam karena mendengar suara langkah seseorang. Dan suara langkah itu makin lama makin terdengar.

"Kayaknya ada yang dateng kearah sini. Aku pergi dulu, kakak inget ya. Besok jam 6 sore di stasiun!" Ucap Jisung lalu segera berlari kecil kearah yang bertolak belakang dengan langkah kaki yang mereka dengar tadi. Meninggalkan Minho yang masih memproses ucapan Jisung. Kawin lari? Apa mungkin bisa?

.
.
.

TBC

Maaf kalo gak jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf kalo gak jelas. Aku bingung nulis narasinya gimana. Terima kasih yang udah mau baca ♡

Hidden Marriage [Minsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang