4. Just Say Yes

1.2K 95 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen yang banyaakk
💚💚💚
.
.
.

Tatapan Jane terpusat pada foto tabel yang baru saja dikirimkan seorang guru Bahasa Indonesia perihal pembagian kelompok tugas menulis biografi, di grup obrolan kelas. Satu per satu, matanya menyusuri setiap nama, untuk menemukan namanya sendiri.

Jeanne Arsie Brawijaya - Brinala Zetta

Dammit! Gadis itu mengayunkan kepalan geram setelah melihat teman sekelas yang dipasangkan dengannya. Belum puas bersumpah serapah dalam hati, seruan riang dua manusia menusuk telinga Jane.

"Anjir, demi apa kita sekelompok, Min?" Itu suara Saskia.

"Really? Gue belom lihat grup sih," sahut Yasmin dengan mulut penuh mengunyah gorengan yang baru saja ia beli di kantin. "Lo, Jane, sama siapa?"

Tak perlu repot menjawab, rupanya Saskia sigap mencari nama temannya, kemudian menahan tawa dengan gaya mengejek. "Takdir lo, Jane, Jane," ucapnya sebelum terbahak-bahak, membuat mulut Jane makin melengkung ke bawah.

"Kenapa sih? Sama siapa emang?" Yasmin mulai penasaran.

"Sama—"

Pembicaraan terhenti begitu seseorang masuk ke dalam kerumunan mereka, mengulurkan selebaran kertas kecil kepada Jane. Tiga pasang mata langsung bertemu dengan sorot tajam milik Nala.

"Gue udah bagi tugas. Ini list pertanyaan yang bakal lo ajuin."

Tampak linglung, Jane menerima kertas itu, membaca sekilas bersama dua temannya. Gadis gila belajar itu sudah menyusun ini semua, hanya berselang sekitar tiga puluh menit sejak tugas diumumkan oleh sang guru. "Emang siapa narasumbernya?"

"Nyokap gue."

"W-wait! Gini ya, ini tuh tugas kelompok. Harusnya lo diskusi dulu sama gue, bukan mutusin sendiri," protes Jane.

"Bener tuh. Kalo mesti ikutin lo semua, lo bikin aja tugas individu, bukan kelompok," sindir Saskia.

Nala menghela napas panjang, berusaha tak ambil hati. "Sebelumnya, gue tanya dulu, lo tau arti biografi?" tanya gadis itu pada Jane.

Meski sebal karena mendadak ia seperti sedang ujian lisan, Jane tetap menjawab, "Nulis biodata orang 'kan?"

"Biografi itu berisi riwayat hidup seseorang yang dianggap penting di masyarakat. Bisa dibilang, terkenal gitulah. Terus, pertanyaan gue, lo ada kenalan, orang terkenal, yang bisa kita interview?"

Jane mendengkus. "Tugas aja baru dikasih, ya gue belom mikir. Makanya, gue bilang tadi, harusnya kita diskusi."

"Nyokap gue terkenal. Banyak orang tau dia, dan dia berpotensi untuk jadi narasumber. Gue cuma berusaha memudahkan tugas kita aja. Seenggaknya, kita nggak perlu repot cari-cari orang lagi."

Yasmin yang sejak tadi menganga kagum, menggumam, "Nal, kalo Jane nggak mau, gue aja yang pasangan sama lo. Tugas-tugas auto kelar deh, nggak pusing lagi." Setelah itu, ia langsung disikut oleh kedua sahabatnya agar diam.

Tersenyum tipis, Nala kembali bicara pada Jane. "Ok, i will give you some time, sampe pulang sekolah. Kasih gue opsi narasumber lain. Kalo nggak ada berarti pilihannya cuma nyokap gue."

"Gila ya? Ngapain buru-buru sih? Deadline-nya masih lama kali."

"Justru semakin cepet selesai, semakin bagus. Lo juga pasti nggak betah 'kan lama-lama bareng gue? Sama, gue juga."

Tidak bisa menyanggah, Jane hanya menelan rasa kesal seorang diri, sementara Nala yang tidak ingin menyampaikan apapun lagi, dengan cueknya meninggalkan rombongan itu untuk melakukan hal berguna lain, belajar misalnya.

I Guess It's OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang