"M-maaf atas keteledoran saya, Your Grace!"
Sejak awal, niatnya datang ke Eydrm adalah untuk membangun kedekatan dengan Nyonya Mystane serta keluarga Manor lainnya. Namun baru satu hari Charlotte datang, orang kepercayaannya sudah tertangkap. Masalah satu per satu muncul dan membuat otaknya panas.
Acara minum teh yang seharusnya berjalan mulus, merebut hati calon ibu mertua justru batal dengan alasan klasik bahwa dirinya sedang sakit perut hingga butuh istirahat. Padahal di dalam kamar, Charlotte jelas kebingungan bagaimana dia akan membawa muka di hadapan Grand Duke? Bagaimana jika Keegan memperlakukannya seperti sampah setelah keduanya menikah?!
Knock...knock...
Perbincangan keduanya sontak berhenti. Charlotte segera kembali ke atas ranjang. Ia bersikap seolah dirinya benar-benar kesakitan kemudian mempersilahkan sosok dibalik pintu. Tak lama kemudian, seorang ksatria yang tadinya berjaga di depan pintu, tampak menunduk memberi salam,
"Your Grace, Grand Duke telah kembali dari Perbatasan. Beliau akan segera sampai malam nanti." Ucapnya memberikan informasi. Charlotte tersenyum. Ia mengangguk dan mempersilahkan ksatria itu keluar. Setelahnya, Ia menatap Steve dengan mata melebar,
"Kau harus bertanggung jawab jika sampai Grand Duke menyudutkanku, Steve! Lebih baik kau yang bertanggung jawab dari pada aku yang gagal melangsungkan pernikahan! Ingat! Kau hanyalah seorang pelayan! Kau harus menuruti ucapanku!" Steve hanya mampu mengangguk. Ia sudah pasrah. Tidak ada lagi siapapun di dunia ini yang akan menjadi temannya. Ia hanyalah orang rendahan dari keluarga rendahan. Ia bisa masuk ke kediaman Charlotte pun karena mendiang Ibunya juga bekerja sebagai Pelayan disana. Kastanya sangatlah rendah. Jika berontak melawan Charlotte pun, yang ia temui hanyalah ajal.
"B-baik, Yang Mulia."
Kriet...
Keduanya tampak terkejut saat pintu tiba-tiba terbuka. Keegan berdiri di sana. Charlotte dan Steve yakin, Keegan mungkin saja mendengar seluruh ucapan terakhir Charlotte. Pria itu menatap keduanya dengan sorot datar. Tak bisa di prediksi apa yang akan Keegan lakukan. Ia hanya diam di ambang pintu, kemudian menatap Steve,
"Katakan pada Lady Oakvale, untuk menerima jamuan minum teh di taman, sekarang!" Keegan bahkan tak melihat dan langsung bicara dengan Charlotte. Jangankan bicara, Ia bahkan tak mau melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Bahkan hanya satu langkah pun, Keegan tak melakukannya. Pria itu hanya membuka pintu, lalu berucap untuk Steve.
"Saya laksanakan, perintah anda Your Highness!"
"Oh dan satu lagi, Lady dari Oakvale, tidakkah menurut anda kurang pantas meminta Pelayan pribadimu memanggilmu Yang Mulia? Anda bahkan belum resmi menjadi Grand Duchess?" Charlotte tersedak salivanya sendiri. Memang benar, ia sudah mengganti panggilannya. Dari Lady terhormat menjadi Yang Mulia. Ia meminta seluruh anggota Mansion di kediaman Oakvale untuk memanggilnya Yang Mulia dengan bangganya. Mendengar ucapan Keegan yang begitu menusuk, wajah Charlotte merah padam.
"B-baik, Grand Duke!"
•
Selama Charlotte melangkah menyusuri jalan menuju ke taman untuk menerima ajakan Grand Duke minum teh, selama itu juga ia memainkan jempolnya sembari menggigit bibir penuh kekhawatiran. Ia tidak tahu bagaimana hubungannya akan berjalan nanti. Hari sudah mulai petang. Bahkan katanya Grand Duke kembali malam nanti, tapi yang ia lihat, pria itu sudah duduk di taman sembari menunggu kedatangannya. Dengan kemeja putih serta celana bahan. Lengan kemeja yang sedikit digulung. Keegan adalah manusia sempurna.
"Grand Duke..." sapa Charlotte seolah tak sedang terjadi apapun. Keegan menatap wanita itu singkat. Bangkit dari duduknya, ia tetap membantu Charlotte duduk dengan menarik kursi Charlotte agar wanita itu bisa langsung duduk disana tanpa kesulitan dengan bajunya.
"Saya akan jelaskan semuanya, Grand Duke!" Keegan menuangkan secangkir teh. Menyodorkannya pada Charlotte. Kepulan uap dari teh menguarkan aroma yang begitu semerbak.
"Chamomile. Tidak perlu begitu khawatir dan terburu-buru Lady. Mari nikmati tehnya lebih dulu!" Ucap Keegan yang kemudian membuat keduanya meraih pegangan cangkir sebelum akhirnya meneguknya pelan. Lady Charlotte mengulas senyum. Dalam hatinya begitu yakin, tidak mungkin Keegan akan melakukan hal yang mengecewakan Ibunya. Ia tahu, Keegan adalah pria yang akan mematuhi perintah Ibunya.
"Biarkan saya mendengar penjelasan anda sebelum saya memberikan penilaian terhadap perilaku anda, Lady." Charlotte mengangguk.
"Saya bersalah, maaf. Saya tidak akan menyangkal tentang perbuatan kotor saya, meminta Katana untuk memberikan informasi perihal aktifitas anda. Tapi saya berani bersumpah, hanya sebatas aktifitas. Bukan sampai menyusup atau mencuri apapun, Grand Duke! Dan...perilaku saya pun di dalangi oleh Steve, Pelayan pribadi saya!" Keegan mengangguk.
"Ada lagi, Lady?" Keegan masih begitu tenang. Bahkan bibirnya sedikit menyunggingkan senyum tipis. Charlotte menggeleng.
"Tidak, Yang Mulia. Saya sudah selesai!"
"Baik kalau begitu. Dari sisi saya, saya tidak pernah membenarkan dan memberi toleransi apapun terhadap orang yang menyusup dan memata-matai saya. Seharusnya anda sadar bukan? Pernikahan ini bukanlah pernikahan yang di dasari pada sebuah perasaan. Itu artinya, saya tidak mungkin berbaik hati untuk memaafkan? Betul?" Charlotte menelan ludah kepayahan. Ia mengangguk pias.
"Katana sudah mati. Dan setelah ini Steve akan menyusulnya. Seharunya anda tidak banyak bertingkah begitu Eydrm menerima perjodohan ini! Karena jelas, bukan Eydrm yang menerima keuntungan lebih banyak. Jadi—membatalkan perjodohan pun, bukanlah hal yang sulit bagi saya, Lady Charlotte!" Kedua mata Charlotte membelalak. Ia tidak percaya kalimat sarkas itu akan keluar dari bibir Keegan.
"Grand Duke!! Anda tidak berhak memutuskan. Yang Mulia, Ibu anda pasti tidak akan terima! Perjodohan ini sudah di tentukan!" Keegan bangkit dari sana. Ia menatap Charlotte intens.
"Silahkan kembali ke Oakvale. Beberapa Ksatria dari Eydrm akan mengantar anda kembali! Tidak perlu khawatir, secepatnya kami akan berkunjung untuk membatalkan perjodohan!" Setelahnya, Keegan pergi begitu saja. Meninggalkan Charlotte yang terus menerus memanggil namanya. Keegan berjalan keluar Manor. Ia ingin kembali ke Vila secepatnya. Namun saat Ia masuk ke dalam Vila, dan naik ke lantai atas berjalan menuju kamar, Keegan mengernyit melihat pintu kamarnya sedikit terbuka. Ia sudah waspada, dagger yang ia simpan di balik pinggangnya sudah ia siapkan. Dan saat kakinya melangkah ke dalam, yang ia lihat adalah Tobias–bersama dengan Eleanor.
"Kalian?!" Tobias menatap Keegan dengan sorot terluka. Air matanya bercucuran. Begitu juga dengan Eleanor yang memeluk lututnya sendiri,
"Ibuku kembali, Keegan! Ibuku, kembali ke Tamerlane!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Assembly Of Elderwine
Fantasy"Siapa namamu, Lady?" Pria dengan setelan kemeja putih serta celana bahan itu mengulurkan tangan sembari menekuk kakinya sopan. Membungkuk, menjabat tangan sang puan yang berhasil merebut atensinya selama perburuan. "Eleanor Guinevere Elderwine, and...
Grand Duke & The Betrayal
Mulai dari awal