Apa aku terlalu lama menunggu hingga rasa antusias tak lagi mau?
Apakah keterdiamanku sudah mengalir begitu lama hingga rasa percaya sudah tak lagi ada?
Apakah persembunyianku terlalu sulit hingga lupa bahwa aku ternyata juga manusia?
Apa ini yang mereka sebut sebagai mati rasa?---
Aku memang tak lagi mau bertanya dan mencari jawabannya,- pun tak lagi mau berkata apalagi dengan sandiwara. Aku sudah mengatakan, bahwa aku telah kalah,- sudah cukup lama kukumpulkan perasaan ini diam-diam meski berulang kali pula berserakan.
Jangan tanya lagi mengapa, sebab kamu adalah salah satu alasannya. Aku tak lagi mau berkutik apapun, sekalipun itu mengenai aku yang sedang kamu bicarakan.Sudah banyak yang kupendam sendirian, dan aku tak pernah diberi ruang untuk menyampaikan. Dan tak mengapa, aku yang sekarang sudah belajar menerima meski sesekali mata tak bisa membohongi kata.
Namun lucunya, kamu sekarang berada dalam penyesalan? Penyesalan yang mana yang sedang kamu bicarakan, mana kala aku masih tetap duduk di sini hampir 30 tahun lamanya. Ah, jangan melucu sebab kamu tidaklah lucu.Aku yang sekarang seperti sudah kehilangan banyak kesempatan,- dan kamu yang membuang. Aku tak lagi memiliki esensi apapun untuk dilakukan,- dan aku bersenang-senang dengan perih yang memilin. Duduk di depan perapian yang tiap malam mencoba menghanguskan tiap-tiap jengkal rasa kesalnya,- sedangkan kamu tertidur dengan pulasnya di pojokan sana.
Sudahlah, aku tak lagi mau mengungkitnya. Hanya saja rasa kesal dan sesaknya masih bersembunyi entah di mana,- masih kucari-cari tempat persembunyiannya. Agar rasa antusiasku bisa kembali, meskipun tidak seperti semula lagi.
---
Semoga bisa bertemu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mari Kita Bercerita Hari Ini
PoetryTau bahwa tak melulu bisa berkesah pada manusia, maka coretan ini ada. Meski tak melulu tentang cerita yang panjang, setidaknya ini bisa meringankan. Ada berbagai kehidupan yang bersemayam di sini, pun kamu juga ada. Semoga saja kamu bisa menafsirka...