Love from voice heart part 15

37 1 0
                                    

*Aku mencoba menjauh namun bertapa aku menjauh rasa itu makin sakit karena tak bersamamu*
-Eva-

Kunang-kunang malam begitu indah menerangi malam dan suasana sepi berubah menjadi sedikit berbunyi oleh kunang-kunang itu.
Eva terduduk di taman depan, jam mungkin menunjukan pukul 20.00 wib di kisaran kota kalimantan barat.
Entah kenapa hatinya lelah Ia mencoba tersenyum namun tak bisa tetap saya hatinya ingin menangis, hancur mungkin itu yang Ia rasakan .

"Eva "pangil seseorang dari arah pagar rumahnya.

"Deswa ngapain loe disini" tanya Eva dengan wajah muram.

"Kenapa kamu sedih sih aduh ini yang aku nggak mau liat" Deswa pun mendekati Eva dan duduk di kursi taman yang ada di depan Eva.

"Sudahlah ini soal hatiku"Eva pun menundukan kepalanya dan mencoba menyembunyikan kesedihannya.

"Eh sebentar lagi mau ujian belajar atau apa ini malah galau aja" Deswa pun mengeluarkan sebuah permen karet dan mengunyahnya.

Tak lama Satria lewat Ia baru saja pulang dari mushola melihat pria itu lewat Eva menatapnya seketika melihat Satria , senyum Eva kembali melebar Ia tak mengerti sama sekali apa yang dia inginkan haruskah menjauhinya atau di dekatnya agar selalu tersenyum.

"Hay kau Satria kan?" tanya Deswa dengan kasar saat Satria lewat.

Deswa pun melangkah mendekatu Satria.

"Iya aku Satria ada apa?".

"Hm..loe bisa nggak sedikit aja menghargai perasaan Eva , loe tau kan dia cinta sama loe dan gue harusnya gue, Deswa yang menjadi bagian dari hidupnya tapi dia nolak gue karena cowok aneh dan cupu kayak loe" Deswa pun mengatakan semuanya di hadapan Satria dengan kencang.

"Maaf sebelumnya tapi Deswa kamu nggak tau semua tentang aku dan Eva, aku sudah jujur sama dia tentang semua yang aku rasakan dan kami memang nggak bisa bersama karena Allah sudah mengantur semua hubungan cinta hanya akan ada di pernikahan" Satria mencoba menjelaskan semua dengan tenang.

"Oh begitu kalo gitu nikahin dia karena gue nggak mau dia sedih" Deswa mencoba berbicara lebih kasar.

"Tolong pelan sedikit bicaramu, aku bisa saja tapi aku dan Eva, kami masih mudah dan masih sekolah andai nanti tuhan menjodohkan kami aku orang pertama yang paling bersyukur untuk itu" Satria pun perlahan melangkah pergi namun tangannya dihalangi oleh Deswa.

"Heh dengar ya aku harap kedepannya kalian akan bersama karena aku tau yang Eva inginkan hanya kau cupu" ujar Deswa namun kini nadanya lebih tenang.

"Doakan saja semuanya, aku memang cupu dan tak setampan wajah mu tapi aku bangga karena aku masih punya iman yang kuat walau aku harus menahan semua rasa sesak hatiku karena menyakiti Eva" Satria pun melepaskan halangan tangan Deswa dan dengan cepat melangkah pergi dari tempat itu.

Tanpa disadari pembicaraan mereka membuat Eva tambah sedih dan meneteskan semua air matanya, Deswa pun segera berlari menemui Eva.

"Eva kumohon jangan sedih" Deswa pun mencoba menenangkan Eva yang sedang merunduk menangis.

"Eva aku tau apa yang kau sedihkan sama seperti ku , tapi waktu itu kau yang bilang padaku cinta tak harus memiliki dan biarkan tuhan mengarahkan semuanya dan sekarang untuk apa kau sedih".

"Deswa aku tidak tau kenapa, semua rasa ini begitu sakit kau tak mengerti apa yang harus aku lakukan sedangkan aku mencoba melupakan dia tapi makin aku menjauhinya semangkin hatiku sakit".

"Kata hati, kau tau kata itu sekarang kau pecahkan semua masalah ini dan dengarkan kata hatimu tapi urusnya nanti ya karena kau harus ujian".

Deswa pun perlahan melangkah menjauh dan menaiki motornya dengan cepat pergi dari tempat itu membiarkan Eva tenang.

**
"Satria kamu akan ujian kan"tanya Ibu Satria.

"Iya mama"

"Nanti kamu kuliah di luar ya" ujar Ibu Satria .

"Kenapa harus keluar kota" Satria pun nampak panik dan bimbang .

"pokoknya ikuti aja ucapan mami jangan bantah kamu kan nggak mau melawan mama".

Satria pun terdiam Ia memang tidak pernah melawan kedua orang tuanya, seketika fikirannya kacau dan bimbang hatinya takut akan kehilangan sebagian hidupnya di sini.

Sore yang terik memang terasa panas dan resah udara bertiup panasnya dan membuat seluruh badan gerah.

Eva pun dengar sabar menahan panas berjalan membawa belanjaan ibunya yang banyak untuk makan malam spesial karena nanti malam ayah Eva akan pulang dari kota bandung tempat kerjanya ke kalimantan barat untuk menemui anak istrinya.

Seketika sedang berjalan Eva tersandung , dan belanjaan ibunya terjatuh berserakan namun dari belakang ada yang datang dan membantu memungut belanjaan Eva yang jatuh.

"Eva hati-hati liat ne"Deswa pun memasukan lagi semua bahan-bahan makanan instan itu ke plastiknya lagi.

"Deswa makasih ya aku buru-buru tadi".

Eva pun dengan cepat berjalan ke rumahnya dan Deswa pun mengikutinya dari belakang ,

"Ngapain sih ikutin aku"tanya Eva dengan nada ngos-ngosan karena capek membawa banyak belanjaan.

"Ya iyalah aku harus ikut, ne belanjaan kamu yang jatuh masih aku pegang, pasti lupa ya haah " Deswa pun mengusap rambutnya melihat tingkah Eva yang lucu dan membuat geram Deswa.

"Oh begitu hehe maaf lah, ya udh bantuin gue bawain ya sampai kerumah dekat kok".

Mereka pun berjalan bersama namun jaraknya sedikit jauh karena Deswa tau, tidak baik terlalu dekat dengan wanita berhijab sungguhan.

"Thanks ya Wa" ujar Eva dengan senyum manis di wajahnya.

"Bisa ngak jangan senyum"nada bicara Deswa mulai terdengar sedikit serius.

"Emangnya kenapa sih".
Eva mulai sedikit tertawa .

"Karena senyuman loe itu bikin gue jadi deg degan tau nanti gue galau loe yang harus obatin" ujar Deswa dengan wajah sedikit lucu.

"Obat apaan emangnya apa obatnya" Eva pun mulai bertanya dengan nada olokan.

"Obatnya loe harus pegang dada gue ne biar adem dikit"

Eva pun tak menganggap omongan Deswa secara serius Ia malah tertawa dan tersenyum lucu di hadapan Deswa karena menurutnya pria itu memang selalu bisa membuatnya tertawa di kala Ia merasa sedih namun Sayang sekali karena pria perhatian seperti Deswa tidak ada di hati Eva sama sekali.

love from voice heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang