Baru up gaiss aku lagi pusing tugas ngga selesai selesai anjirlahh, doain jingga bisa tamat yaw
🤣😭𖥔 ݁ ˖༄
Dua jam berlalu dan mereka akhirnya sampai pada tujuan. Jam menunjuk pada pukul 4 sore namun hawanya sudah terasa dingin. Pepohonan disini sangat lebat.
Semua murid diminta untuk mengeluarkan tenda masing-masing. Setiap tenda berisi minimal 3-4 orang.
Setelah selesai, Pak Widad selaku kepala sekolah mengumpulkan semua muridnya untuk melanjutkan kegiatan mereka selanjutnya.
"Baik anak-anak, karena tenda sudah terpasang. Bapak mau mengadakan sebuah game yang akan dilakukan nanti malam"
Pak Widad mengambil sebuah kotak kardus yang sudah di isi oleh beberapa kertas kecil berisi nomer.
"Tapi sebelum itu, Bapak mau kalian ambil satu-satu nomor di dalam kardus ini. Nanti gamenya akan di buat kelompok yang hanya terdiri dari dua sampai tiga orang. Jadi siapa yang mendapat nomor yang sama, berarti mereka satu kelompok"
Semua berbisik gaduh tak sabar mengambil nomor. Sementara Langit membatin, semoga saja Jingga satu kelompok dengannya.
"Gue sekelompok sama kalian aja deh"
Ucap Aidan yang tak mau pisah dengan kedua sahabatnya itu.
"Dih ogah. Mending gue sekelompok sama Bu Mekar," balas Gio
"Ehem"
Bu Mekar yang ternyata ada di belakang mereka itu berdehem, membuat Gio salah tingkah dan tersenyum canggung.
Pak Widad menyuruh satu per satu murid maju ke depan untuk mengambil nomor itu.
Setelahnya mereka pun saling mencari pasangan dari nomor yang mereka dapatkan tadi. Entah kebetulan atau bagaimana, Langit, Gio beserta Aidan satu kelompok dengan nomor yang sama.
Aidan kegirangan dan langsung memeluk
kedua temannya erat.Sementara itu, Jingga memegang nomor enam belas. Semua orang sepertinya sudah menemukan pasangan kelompoknya.
"Jingga kamu dapet berapa? Ona dapet dua puluh"
"Aku enam belas"
"Yahh nggak sama"
"Zia berapa?"
Ona bertanya pada Zia yang sepertinya terlihat kecewa."Nggak usah tanya, Na. Gue sekelompok sama bajigor satu nih!"
Zia menjitak kepala Farel yang malah asyik bermain game offline.
"Hey. Lo berapa?"
Langit mendekati Jingga tiba-tiba. Lelaki itu sengaja memberanikan diri sebagai basa-basi semata. Ia tau Jingga mungkin masih marah kepadanya.
Ona Zia dan Farel langsung pergi mengetahui kedatagan Langit. Mereka tak mau menangganggu.
"Enam belas"
Nyaris selisih satu angka. Langit kecewa.
"LANGITTTT"
Seperti biasa Marisa menempel seperti permen karet pada Langit. Gadis itu berharap agar nomornya sama dengan sang pujaan hati. Marisa melirik Jingga disana sebelum ia bergelayutan di lengan Langit.
"Ih syal kamu bagus. Pinjem aku ya, Langit?"
Langit tak menjawab dan malah melepas paksa cekalan Marisa dari lengannya. Lelaki itu terlihat muak.
Namun Marisa pantang menyerah.
"Kamu dapet nomer berapa? Aku yakin kita pasti satu kelompok"
Percaya diri Marisa menebak. Padahal ia belum bilang nomor miliknya.
"Nggak usah nempel-nempel deh. Dan kalaupun kita sekelompok gue juga bakal minta tuker ke Pak Widad"
Tegas Langit yang terlihat sangat risih dengan kehadiran Marisa itu.
"Kok gitu banget, sih, kamu. Aku dapet 16 loh. Pasti kamu juga, kan?"
Dan Jingga masih bisa mendengar ucapan Marisa barusan. Dengan gugup Jingga pun berkata
"Aku yang enam belas,"
𖥔 ݁ ˖༄
Malamnya Pak Widad menyuruh muridnya berkumpul lagi untuk memgumumkan apa saja aturan dari game ini. Selama waktu satu jam, setiap kelompok mencari bendera yang sudah di sebar acak di sebagian hutan. Minimal sepuluh bendera harus mereka temukan baru boleh kembali ke tenda. Siapa saja yang tercepat nantinya akan diberi hadiah.
Namun ada satu jalan yang tak boleh di lewati. Pak Widad tetap menyuruh para muridnya berhati-hati meski jalan itu sudah diberi tanda peringatan.
"Baik kalo dirasa sudah jelas, silahkan kalian berpencar di sekitar hutan ini"
Ucap Pak Widad dan semua pun menuruti perintah.
Sementara Marisa menatap jengah anggota kelompoknya. Ya, Jingga. Marisa juga geram kenapa bisa ia harus sekelompok dengan gadis kampung ini.
"Gue yang jalan duluan deh. Lo ngikut di belakang," ucap Marisa kemudian berjalan lebih dulu dari Jingga
"Eh Jingga," salah satu murid mengalihkan atensi Jingga
Murid perempuan itu menyodorkan syal berwarna abu-abu pada Jingga.
"Dari Langit"
𖥔 ݁ ˖༄
KAMU SEDANG MEMBACA
SENYUMAN JINGGA 《on going》
Teen FictionJingga Aura, seorang gadis penjual bunga yang sering mendapat bullyan di sekolah. Ia mengira bahwa tak ada yang istimewa dari kehidupannya. Namun karena pertemuannya dengan Langit, Jingga percaya bahwa kebahagiaan itu ada. /on going/ 01/09/24 📍1-Ji...