Part 01: Loveland City and Evol

201 22 69
                                    

"SELAMAT MEMBACA!"
-
-
-
-
-
VOTE AND COMMENT!
-

  Mataku terbuka lebar melihat sekitar. Terlihat ruangan di sekitarku sangatlah asing. Begitu banyak pajangan lukisan di dinding dan lemari berwarna cokelat penuh dengan buku-buku tertumpuk di sana. Tanganku menggenggam sebuah pena berwarna pink berkarakter kartun Melody.

  Pandangku melihat di lantai begitu banyak binder dan kertas-kertas berserakan di mana-mana.

"Kacau sekali. Badanku juga terasa remuk." gumamku malas.

  Meraih salah satu kertas, membaca apa isi kertas tersebut. Saat ku baca lamat-lamat, mata ini terbelalak lebar dan menjerit tak percaya.

"KYAAAA! AKU SERIUSAN DI DALAM OTOME YANG SERING KU MAINKAN!" pekikku memegang kertas bertuliskan kata mutiara untuk sang idola bernama Chole Taylor, aktris terkenal di Loveland City ini.

  Aku terdiam sejenak berusaha mencerna apa yang terjadi padaku. Kemudian, aku segera menuju ke cermin yang ada di lemari. Mataku membulat sempurna ketika melihat penampilanku seperti anak culun.

"Ah, yang bener aja! Aku berpenampilan seperti anak culun? Aku di sini jadi apa?" kataku tak percaya.

"Ini tak jauh beda dengan duniaku sebelumnya. Hanya saja perbedaannya, rambutku sekarang pendek banget." gumamku.

  Mencoba mengingat kalau aku anak dari Nyonya Chole. Aku pasti sudah mendengar suara pelayan yang menbangunkanku untuk aktifitas pagi seperti mandi, siap-siap dan sarapan. Ingat banget setelah sarapan, MC cewek di otome ini memilih pergi ke mall untuk berbelanja dan di situ. Ia bertemu dengan salah satu cogan yang mencari pameran untuk film terbarunya.

   Tetapi kok aku tidak melakukan apa yang seharusnya cerita ini berjalan? Tidak ada pelayan yang memanggilku. Melainkan, aku duduk di atas karpet sambil bengong dan tak peduli seberapa kali aku mengacaukan buku-buku di lantai. Memerhatikan di susunan lemari, aku mengambil salah satu buku.

  Cover buku tersebut sangatlah indah dengan judul "My Love Senja" ketika aku melihat nama pena yang ada di bawah cover tertulis namaku, Maya Lydiana.

  Tunggu! Kenapa namaku ada di buku ini? Aku coba membuka lembaran buku tersebut. Lagi-lagi mataku membulat sempurna bahwa bionarasi buku ini adalah aku. Seorang penulis yang sama sekali tidak ada kaitan dalam Otome ini. Bahkan saat aku memainkannya dulu, penulis di cerita ini pernah bertemu anak aktris Chole di acara bazar besar-besaran tahun baru.

  Melirik ke arah tanggalan ini masih bulan Oktober berarti pertemuanku dengan anaknya Chole masih dua bulan ke depan. Dan nyawa anaknya Chole dalam bahaya.

"Gimana ini? Apakah aku bisa mempercepat pertemuanku? Yang bener aja!" desahku cemberut.

"Aku pikir, masuk ke dunia otome. Aku menjadi tokoh utama melainkan aku hanya karakter tidak berguna!" protesku kesal banget sambil menendang kursi di depanku.

"Awh! Sakit juga!" ringisku mengelus kakiku.

  Beberapa menit kemudian, aku sudah membereskan kekacauan yang ada di dalam kamarku. Pandanganku sedikit buram jadi aku memakai kacamata bulat. Wah, aku tak menyangka kalau pakai kacamata ini pandanganku jadi super duper jeli daripada tanpa kacamata.

Jadi gini pandangan orang buram? Kalau gak pakai kacamata buram banget. Giliran pakai kacamata, semuanya jadi jeli—batinku.

Sebelumnya aku gak pakai kacamata dan Sekarang di suruh pakai kacamata agar jeli. Besar kemungkinan, kena minus efek nulis terus sampai begadang. Aku benar-benar tidak menyangka kalau aku sudah menciptakan banyak karya, setidaknya ada 20 lebih karyaku yang sudah di bukukan.

"Gila banget aku!" pekikku senang.

Suara dering ponsel terdengar membuatku menoleh melihat benda pipih itu menyala. Saat ku lihat seksama, di sana tertera nama Della.

"Della? Seriusan ini nomornya Della?"  gumamku masih tak percaya.

Masa Della juga masuk ke otome? Gak kan?—pikirku bertanya-tanya.

Mengedikkan kedua bahu. Tanpa berpikir panjang lagi, aku mengangkat telpon Della.

"Maya! Kau dimana?"

Satu kalimat terdengar jelas di indera pendengaranku. Dari suara Della, terdengar berbeda banget. Aku segera membalas ucapannya.

"Aku di rumah. Kenapa emangnya?" balasku santai dan Della di sebrang sana sangatlah shock kalau aku masih berada di dalam kamar.

"APA! KAU MASIH ADA DI DALAM RUMAH?! KAU KATA HARI INI, KAMU MAU MENGIRIM NASKAHMU DAN JANJIAN DI TAMAN KOTA!" Omel Della terus menceramahiku.

Menggaruk kepala tidak gatal. Aku benar-benar tidak ingat kalau sebelumnya, aku membuat janji? Dan aku mengirim naskah?—Della terus menceramahiku di sebrang sana sedangkan aku mencari berkas naskah cerita yang ia sebutkan.

  Tanganku berhenti ketika melihat sebuah amplop cokelat tertulis naskah cerita menuju ke salah satu penerbit.

"Kau dengerin, aku gak sih, Maya?!" katanya penuh emosi.

"Maaf, maaf. Tunggu saja, kamu di situ, aku akan ke sana." kataku mematikan ponsel dan mengambil berkas naskahku.

   Meraih tas selempang memasukkan ponsel dan beberapa uang di dalam sana. Aku segera keluar menuju taman kota tempat dimana Della sudah menungguku di sana.

   Loveland City dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit. Di pinggir jalan raya penuh dengan pohon-pohon hias dan lampu-lampu jalanan yang berbentuk menarik, enak di pandang. Mataku berbinar-binar melihat kota yang super indah bagiku.

Setiap langkahku berjalan tak sedikit burung merpati putih datang untuk sekadar singgah di beberapa tempat. Kendaraan berlalu lalang pun juga banyak dan tertata rapih. Ini vibesnya sama seperti Negara Italia asli.  Aku berhenti di samping lampu lalu lintas.  Mendongak melihat langit biru cerah benderang penuh awan putih seperti bulu domba yang melayang, membuat kesan indah yang memandangnya.

   Sambil menunggu lampu hijau. Arah pandangku melihat ke arah timur. Aku melihat tower tinggi—Tower Loveland City yang dikenal sebagai keindahannya. Jika di samakan dengan in real life seperti Menara Eiffel dan Menara Tokyo. Semua orang pasti berkunjung ke sana untuk menghabiskan waktu.

  Tower Loveland City selain di kenal oleh keindahan apalagi saat malam tiba. Lampu tower akan dinyalakan, begitu banyak lampu warna-warni di sana. Kalian tahu, di balik keindahan Tower Loveland City— di tower tersebut terdapat signal Evol.

  Evol adalah kekuatan yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Signal Evol tersebut untuk mencegah jika kekuatan Evol seseorang kehilangan terkendali. Jika lampu signal menyala lampu merah hingga berbunyi maka kepolisian akan bertindak. Bisa saja, Evol tersebut melakukan kriminal atau memang kekuatannya tiba-tiba hilang terkendali.

  Jika kalian bertanya? Apakah aku memiliki kekuatan Evol? Tentu saja, aku tidak tahu. Apalagi aku hanya tokoh sampingan yang gak bakal ada peran di sini. Ku pastikan, aku hanyalah orang biasa.

  Aku melanjutkan perjalananku setelah tanda pejalan kaki menyala. Pasti Della sudah menungguku lama. Astaga! Aku bisa-bisanya lupa dan jujur, tidak ada ingatan apapun dalam peran ini. Aku harus apa dan gimana? Di sisi lain, apakah aku akan bertemu dengan cowok mc otome?

Setidaknya aku harus punya kesempatan bertemu dengan mereka dan menyelamatkan nyawa anaknya Chole. Aku belum mendapatkan informasi, siapa nama anaknya Chole sebenarnya? Karena selama ini, kita yang jadi pameran utama dari anaknya Chole Taylor. Sebelum itu, aku mau mengirimkan naskah bersama Della.

-Evol & Love-

Bersambung...

(A/N)

Bagaimana part satu ini. Semoga suka dan see u next chapter!

Evol & Love {TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang