بسم الله الرحمن الرحيم
happy reading(◍•ᴗ•◍)✧*。
***
"pergi sekarang Dar?" tanya seorang wanita yang mulai memasuki usia kepala empat sembari mengusap bahu sang anak yang tengah sibuk membereskan tas kecil miliknya.
ia membalik badan. menatap manik mata wanita kesayangannya lalu tersenyum.
"Haidar cuman pergi sebentar kok mah, Haidar janji kalau urusan Haidar sudah selesai Haidar langsung pulang..."
lelaki bernama Haidar itu pun menggenggam dua tangan wanita yang ia panggil mama.
melihat manik mata mamanya yang mulai berembun, Haidar mencium punggung tangan wanita yang ia genggam dengan lembut.
"hati-hati ya Dar, kalau ngantuk berhenti dulu buat istirahat"
sang anak hanya terkekeh. melihat mamanya yang begitu khawatir dengan dirinya adalah hal kecil yang harus Haidar syukuri.
ia memeluk wanita tersebut. mengusap punggungnya lembut dan mencium kening sang Mama sekilas
"Haidar berangkat ya ma"
***
suasana sedikit ramai di salah satu mall di kota yang saat ini mengadakan pertemuan antara pembaca dengan seorang penulis yang beberapa minggu lalu menerbitkan buku ke sembilan nya dengan judul wishlist.
sebuah karya dari seorang pemuda melalui novel buatannya mampu membuat seluruh orang menyukai novel tersebut.
namun, sosok pemuda itu tak pernah menampakkan wajah yang membuat pertemuan kali ini begitu ramai.
siapa sangka, beberapa orang yang sedang duduk di kursi sembari memegang novel berjudul wishlist sebentar lagi akan melihat penulis dari novel itu yang di mana hanya terkenal akun sosmed nya tanpa menampakan wajah bahkan kehidupan nya sekalipun.
Haidar Sabiantara. yang mulai menaiki panggung seraya tersenyum kepada semua orang di sana.
"harap para pengunjung untuk tidak memotret ataupun video, dimohon kerjasamanya!" lantang dari salah seorang petugas disekitar panggung.
mendengar instruktur dari petugas tadi membuat orang-orang di sana kecewa hati.
seorang Haidar Sabiantara yang memiliki paras bak Pangeran dengan pahatan rahang yang sempurna mampu membuat semuanya bungkam. benar benar indah.
tak sedikit para gadis cantik yang pipinya merona melihat wajah dari Haidar, bahkan sebagian yang membawa pacar seperti terlihat kesal ketika gadisnya melihat sosok Haidar dengan pipi yang kemerahan.
Haidar sedikit terkekeh, sungguh ia sangat gugup berdiri di atas seperti ini.
walau ia sering presentasi di kelas, tapi untuk di situasi sekarang ia benar-benar gugup. pasalnya pertemuan ini kali pertamanya dirinya sejak menjadi penulis.
diundang dari kota sebelah, dalam rangka acara pertemuan di salah satu Gram•dia besar yang terbilang penjualan terbanyak buku dari Haidar Sabiantara membuat dirinya sangat bahagia.
alasan tokoh tersebut mengadakan acara karena para pembaca nya menginginkan bertemu dari sosok Haidar tersebut.
tidak sedikit, hampir setiap orang yang membeli novel karya Haidar selalu berkata,
"liat novel nya mulu, liat penulis nya kapan?"
"gak ada niatan ngundang Haidar gitu?"
"adain meet dong sama Haidar!"
"penasaran sama penulisnya!"
dan lain-lain.
"sebelumnya saya perkenalkan diri,--"
"sudah tau! mending perkenalan buat ketemu ortu ku!"
teriakan dari salah seorang gadis menimbulkan gelak tawa semua orang termasuk Haidar.
"saya Haidar Sabiantara, mahasiswa sastra Indonesia semester pertama,--"
lelaki itu berbicara sedikit tentang dirinya.
dimulai dari perkenalan dan kisah awal bagaimana ia memilih cita cita sebagai seorang penulis.
setelah cukup lama berbincang tentang dirinya, Haidar mempersilahkan orang-orang di sana yang barang kali ingin bertanya sekitaran dunia penulis.
acara tersebut memakan waktu 2 jam lama nya.
Haidar merenggangkan kedua otot lengan serta jemari yang begitu melelahkan.
bagaimana tidak, dirinya harus menandatangani setiap orang yang membawa buku karya miliknya.
kini acara tersebut sudah selesai beberapa menit yang lalu.
"permisi tuan"
"manggil Haidar aja" ucapnya tersenyum sembari bangkit dari sofa yang memang tersedia di Gram•dia tersebut.
"ah baiklah, kami dari pihak gram•dia sudah memesan kamar hotel untuk kamu istirahat, barangkali--"
"batalkan aja, saya habis ini langsung pulang"
"tapi Dar? perjalanan kamu--"
"perjalanan saya bukan apa-apa dibanding Mama di rumah"
***
"Assalamualaikum" tak ada sahutan.
ia melihat arloji di tangan kirinya, masih jam 20:15 tapi kenapa suasana nya sepi? pikir Haidar yang melihat sekeliling rumah."mama! Haidar pulang!" lelaki itu sedikit meninggikan nada suara berharap sang Mama mendengar.
"Mama di sini Dar.."
Haida tersenyum hangat ketika melihat wanita tersayangnya keluar dari kamar dengan pakaian seperti ibu ibu pada umumnya.
dia mencium lembut punggung tangan wanita tersebut ketika wanita itu tiba di hadapannya.
"kamu enggak ngebut kan Dar? kenapa cepat sekali sampainya?"
ucap nema, Mama Haidar. dengan wajah yang cemas.
"enggak ma, lagian perjalanan cuma 3 jam"
"tapi sudah makan?"
Haidar menggeleng dengan kekehan nya.
"Astaghfirullah! kenapa enggak makan?! nanti kamu sakit gimana?! nanti kamu enggak bisa kuliah?! nanti--"
"iya! iya ma! iya! ini haidar mau makan!"
jawab Haidar yang sedikit panik.
kalau dirinya tak menyela ucapan sang mama bisa sampai besok ayat ayat wanita itu.
wanita di hadapan Haidar hanya menggeleng. ia mengelus bahu sang anak dengan lembut.
"lain kali makan ya nak, nanti--"
"iya Mama sayangggg, nanti haidar bakal sakit kalau gak makan, ini Haidar mau makannnn!"
balas nya yang meniru sama persis ucapan sang mama.
***
Sobata
< Dar, dimana?
< send foto makanan
< sini ke kantin, ditraktir Yandra
alay banget, pake ngepap segala >
< Dar? bacot banget.
< cepat, lambat hangus.
siap berangkat >
Haidar merapikan beberapa bukunya yang terlihat berantakan di atas meja. setelah terlihat rapi, ia segera berjalan menuju kantin ketika teringat pesan di aplikasi berwarna hijau beberapa menit lalu.
sepanjang perjalanan menuju kantin tidak sedikit para mahasiswa maupun siswi menegur sapa dengan lelaki itu.
mengingat sosok Haidar sabiantara yang terbilang cukup ramah dengan semua orang, membuat yang lain tak segan jika ingin menegur.
"hangus dar! lama banget lo!" ucap seorang lelaki melihat Haidar mendudukkan bokong di bangku tempat mereka berkumpul.
"keburu habis Dar makanannya, ngapain aja sih?" protes salah satu dari mereka, yandra Rajevan.
"yaelah bang kayak gak tau Haidar aja" julid Bakara kesal.
"emang lo dari mana?" tanya Sobata setelah menyeruput es teh miliknya.
"biasalah habis nyapa fans" bukan Haidar yang menjawab, melainkan Terry yang duduk di sebelah Bakara sembari mencomot kentang goreng miliknya yang tinggal sedikit.
"yaa maaf, kata Mama-"
"kebaikan dibalas kebaikan!" sahut 4 lelaki dengan nada memelas.
suatu kalimat yang sering Haidar lontarkan sehingga membuat mereka begitu hafal dengan kalimat tersebut.
Haidar hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. semua hanya menggeleng kepala Haidar. benar benar anak mama kan?
Yandra bangkit dari bangkunya meninggalkan empat lelaki yang usianya lebih muda dari dirinya.
"gimana kemarin? lancar?" Haidar menganggu sebagai jawaban pertanyaan dari Sobata.
"Alhamdulillah.."
"ceilah jadi artis nih sekarang" goda Bakara sembari menyenggol bahu lelaki di sampingnya.
"rencana selanjutnya gimana Dar?" yang ditanya menoleh kepada sang pemberi pertanyaan, Terry.
" lanjut nulis?" sambungnya.Haidar hanya menganggu membuat yang lain terpelongo.
"buset lo gak capek Dar?! nggak mumet tuh otak?! yaelah!"
"gak kok, gue malah suka lagian ngisi waktu gabut"
"tugas kuliah aja bikin otak pecah! lah ini?! tambah nulis cerita fiksi berlembar-lembar?! salut banget sih gue" ucap Sobata menepuk bahu Haidar.
"gue mah imbang bang, waktu nulis sama nugas dibagi"
"ahh bodo amat gue nggak paham, intinya salut!" mereka tertawa mendengar ucapan dari Sobata.
di sela-sela candaan mereka, Yandra datang dengan satu piring kentang goreng untuk Haidar. yaa sesuai pesan Sobata.
"nih untuk dede artis"
***
terima kasih sudah membaca sampai disiniii😻
vote sebanyak mungkin biar author makin semangat and cepat nyelesaikan beberapa chapter cerita iniii
btw, kalau ada typo tegur aja yaaa
semoga kalian tidak bosan menunggu👀🤍