Part sebelumnya
"Kebiasaan banget sih lo tidur mulu." Ucap Rei kesal pada Araiska yang duduk disebelahnya sementara Araiska sedikit membuka matanya.
Tangannya menggenggam tangan Rei lalu menyandarkan kepalanya pada bahu lelaki disebelahnya.
"Gapapa kan?"
"Kenapa nih biasanya lo anti romantic?" tanya Rei dengan keheranan kenapa tiba tiba Araiska bertingkah seperti ini belum lagi wajah Araiska terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu namun bibirnya masih bungkam tidak mengatakan apapun.
"Katanya kangen yaudah ga jadi nih."
"Ih awas aja kalo ga jadi." Ucap Rei lalu kembali menyandarkan kepala Araiska pada bahunya.
***
23.30
"Mau masuk dulu ga? Gue ga sempet beliin lo minuman karna kemaleman. Gue bikinin deh sekarang."
"Ga deh udah malem juga, besok lagi." tolak Araiska tapi tidakk ingin cepat berpisah dengan begitu cepat ia langsung mengajak pergi makan. "Yah kalo gitu temenin gue beli sate ya."
"Kenapa laper?"
"Engga tapi pengen aja makan bareng."
"Dih lo di Jakarta 2 hari doang udah jadi nguler gini."
"Kenapa lo ga suka?"
"Lo ga takut ketemu mbak melati di gapura nanti. Mana tadi kita lewat situ bau kembang."
"Hahaha gue lebih takut sama anjing tetangga." Tawa Araiska sambil mengenggam tangan Rei lalu keduannya berjalan beriringan.
"Serius lo mau makan jam segini?"
"Iya emangnya kenapa?"
"Ga diet apa?"
"Lo jangan mikirin gue diet atau engga. Yang penting kita makan bareng. Kapan lagi kan makan bareng sama gue. Moment langka nih."
"Lah makan siang disekolah apa dong?"
"Maksud gue makan malem."
"Oh ceritanya dinner." balas Araiska dengan menggoda Rei yang seperti kelabakan begitu mendengar hal tersebut.
"Anjir sama aja kan itu bahasa inggrisnya."
Rei memasang wajah tak bersalahnya kemudian keduanya sudah sampai di tempat sate dekat rumah mereka."Udah makan udah ya langsung pulang jangan nego lagi. Gue tau lo kangen sama gue."
"Iya iya jangan berisik deh lo. Anggep aja bukan lagi date."
"Anjir gamau, gue maunya kita date secara proper."
"Lo atur atur aja lah."
***
Sudah beberapa hari ini Araiska semakin ceria dibanding kemarin kemarin. Ya walaupun terlihat dari wajahnya bila berpapasan dengan Amalisha dia sedikit marah. Mau bagaimana lagi kan, Araiska semakin dibujuk maka semakin keras kepala karna jam pelajaran matematika sedang jam kosong, sebagian dari kelas Mipa 1 berada di perpustakaan hanya sekadar berghibah dibawah ac, adapun yang dikantin bahkan sampai ada yang di daerah kakak kelas.
Araiska sih lebih memilih di perpustakaan dan memilih spot pojok dan duduk dilantai dengan buku sejarah dunia yang dirahasiakan. Menurutnya buku ini bukan hanya sekedar bacaan tapi cukup memeras otaknya. Sedikit menyebalkan memang tapi buku ini terlalu menarik baginya."Gue cariin di kelas ga ada taunya lo mojok gini." Ucap Rei datang dari lorong kemudian duduk disebelah Araiska.
"Gue males di kelas soalnya panas."
"Panas? Oh itu karna gue lagi dzikir jadi lo kepnasan."
"Gila lo pikir gue setan panas karna dzikir."
"Engga bukan kok, lo tuh bidadaring."
"Hadeuh apalagi tuh aneh banget sih lo."
"Aneh aneh gini juga lo suka kan?"
"Iya emang. Mana tuh soulmate lo?"
"Siapa? Lo?" Tanya Rei sambil menyenderkan kepalanya.
"Maksud gue si Mahen loh."
"Kenapa nanyain dia sih? Apa ga cukup gue disini? Diem diem lo maruk juga."
"Heh dengerin aing ngomong dulu ganteng."
"Makasih loh gue emang ganteng." Ucap Rei lalu melirik kearah Araiska dengan menempelkan dagunya dibahu Araiska. Terlalu dekat pikir Araiska. Memang ya Rei ini pintar bikin hatinya ketar ketir.
"Dia lagi ngapel ke kelas si manda."
"Dih lo kalo kesepian dateng ke gue."
"Hahhahhha engga lah emang gue lagi nyari lo aja."
"Terserah lo aja, sumpek nih lama lama kalo di perpus terus. Mending bolos aja, gue lagi pengen eskrim sama burger."
"Kai yang bener aja. Nanti jadi masalah kalo sampai sepupu lo tau."
"Justru itu tujuannya kan. Ayo." Araiska menyingkirkan kepala Rei terlebih dahulu. Lalu mengulurkan tangannya.
"Cepetan mau ikut ga?"
"Yaudah ayo, bahaya kalo lo sendiri pergi gitu."
Araiska mengamit tangan Rei lalu pergi dari perpustakaan meninggalkan sebagian temannya yang masih di perpustakaan. Meerema berdua menyapa bebberapa guru dan bertingkah seolah mereka tidak akan melakukan kenakalan. Keduanya berjalan menuju tangga darurat dan saat tangga darurat sejajar dengaan tembok belakang sekolahnya. Keduanya berhenti.
"Jangan bilang kita mau loncat?"
"Ih tumben pinter. Mau lo dulu atau gue?"
"Haduh Kai yang bener aja."
"Yaudah gue duluan ya." Ucap Araiska yang mulai nenaiki besi tangga kemudian dia loncat hingga tembok besar yang berdiameter 40cm.
Rei mempertimbangkan kenapa Araiska bisa loncat semulus itu tanpa terjatuh. Salah pijak sedikit kakinya bisa patah karna terjatuh dari ketinggian 3 meter.
"Bener nih ga akan ikut?" ucap Araiska sekali lagi dengan berbalik badan. "Cemen banget sih lo." Kemudian dia loncat kebawah entah dia jatuh dimana tapi yang pasti terdengar suara sirine.
Buru buru Rei meloncat pada tembok itu dan menyusul Araiska yang sudah berada dijalan.
"CEPETAN NANTI DIKEJAR SATPAM." Teriak Araiska.Saat Rei baru saja sampai disisi Araiska. Keduanya teriaki oleh seorang satpam yNg tengah berlari dari arah tangga darurat.
"SAYA BILANGIN KALIAN KE BU OLA. HEY CEPET KEMBALI KESEKOLAH."Rei mengenggam tangan Araiska alu keduanya berlari sampai sejauh mungkin mereka tidak dikejar. "Udah gue bilang cepetan masih aja lelet. Si pa satpamnya masih ngejar ga?"
"Lelet gimana itu udah paling cepetnya gue. Udah deh stop kali aja udah kagak ngejar."
"Haahaha untung selamet. Lo gapapa kan tadi pas loncat."
"Jantung gue mau copot." Ucap Rei lalu keduanya menarik nafas sebentar.
"Cemen makanya berenti ngerokok."