"WOY! BANGUN KEBO!" teriak Trisha dari pintu kamar.
Lily cuma menggeliat, menarik selimut lebih rapat. "Iya, 5 menit lagi, Trish... ehm"
"Lima menit maneh? Udah jam setengah tujuh, Kak Lily!" Trisha semakin ngamuk, dan suara tang! dari pancinya makin kencang.
"IYA! Gue bangun, sumpah! Nggak usah pake panci segala, sadis amat lu!" Lily meloncat dari kasur, ngucek-ngucek mata sambil merengut. "Sadis banget lu, kayak wong edan"
Trisha ngelihat kakaknya dengan senyum puas. "Yeu.. masalahnya tiap hari lu kayak gini terus. Lo tidur kebo banget tau gak! Papah sama Mamah udah pergi, lho. Telat maneh, siap-siap dihukum si Delynn sing galak iku."
"Nggak bangunin lebih awal sih!"
Lily langsung mandi kilat, pake seragam setengah rapi. Rambutnya masih basah, tapi dia nggak peduli. Honda Beat merahnya langsung di-gas.
Di jalan, macetnya udah nggak ketulungan. Lily ngeliat jam dashboard motornya, 07.20. "Waduh! Fix gue kena, ini mah! Delynn bakal senyum jahat lagi nih." Dia ngebut semaksimal mungkin, tapi tetap aja udah pasrah.
Begitu sampai di sekolah, Lily langsung lari kayak atlet maraton (om anthon lari maraton). Tapi nasib nggak berpihak. Delynn udah berdiri di depan gerbang dengan tangan terlipat di dada. Wakil Ketua OSIS yang nggak pernah ngasih ampun, apalagi soal telat. Rambut Delynn yang selalu rapi mengkilap, ditambah tatapannya yang tajam, bikin Lily langsung keringetan.
"Lily. Kamu telat lagi," kata Delynn dengan suara dingin.
Lily berusaha cengengesan. "Yah, macet, Del. Beneran, gue udah buru-buru banget ini. Kalau nggak macet, gue udah nyampe dari tadi."
Delynn melangkah lebih dekat, tatapannya makin tajam. "Macet? Itu alasan yang sudah sering aku dengar. Kamu tahu aturan sekolah ini, kan? Telat tetap telat."
Lily mencoba beralasan. "Del, gue nggak telat-telat banget ini. Kasih kelonggaran dikit lah."
Delynn tetap dingin. "Tidak ada kelonggaran. Kamu harus keliling lapangan delapan kali. Sekarang."
Lily merasa sedikit takut, tapi lebih pada rasa malas untuk berlari. "NANI! Delapan kali?! Kayak uji coba pembunuhan," protesnya sambil menatap Delynn dengan penuh harapan. "Gimana kalo kita kompromi? Lima kali aja? Pleaaaase?"
Delynn melipat tangannya lebih erat. "NO, Peraturan tetap peraturan, Lily. Kalau kamu nggak mau..."
"YAUDAH, lo kejam banget, sumpah. Sakjane ora papa iki (Sebenernya nggak apa-apa ini)."
Tapi mau nggak mau, Lily akhirnya mulai jalan keliling lapangan, meskipun dalam hati udah mikir cara buat kabur di putaran keempat.
Lily mulai berjalan keliling lapangan dengan langkah setengah hati. Meskipun lapangan sekolah itu tidak terlalu besar, delapan kali putaran itu terasa kayak siksaan tersendiri. Di setiap langkah, dia berusaha ngeluh pelan, "Duh, Delynn, iki namane penyiksaan, lho!"
Sementara dia jalan, Lily ngeliatin temen-temennya yang lagi pada ngumpul, kayak Oline, Regie, dan Nala. Mereka udah duduk-duduk di bawah pohon sambil ngobrol. Oline yang melihat Lily keliling, langsung teriak, "Lily! Kenapa lo disuruh keliling lapangan? Apa lo telat maneh?"
"Iya! Dihukum delapan putaran sama Delynn," jawab Lily, sambil melanjutkan langkahnya. "Sadis banget sih, Del!"
Regie dan Nala hanya bisa ketawa. "Delynn emang galak, ya. Nggak ada ampun!" seru Nala.
Tapi, Lily juga ngerasa ada yang aneh. Di antara teman-temannya, pandangannya ngelirik ke arah Delynn yang tetap berdiri di pinggir lapangan, ngeliatin dia dengan ekspresi serius. Lily merasa ada yang berbeda dengan Delynn. Kadang, di balik semua ketegasan dan sikap galaknya, ada sisi lembut yang dia lihat, meskipun jarang banget muncul.
Setelah beberapa putaran, Lily mulai ngos-ngosan. "Bisa mati gw!" gerutunya dalam hati. Dalam setiap putarannya, dia makin merasa bahwa hukumannya udah berlebihan. "Gue udah capek, Del! Ini udah putaran keenam! Lo tau kan, gue bukan atlet!"
Delynn yang berdiri di pinggir lapangan cuma nyengir. "Kalau kamu mau selamat dari hukuman, jangan telat maneh, Lily!"
Lily mendengus kesal. "Duh, Del, iki namane ora adil! Nanti kalau ada yang lebih telat, lo hukum mereka juga kan? Kalo enggak, sama aja lo pilih kasih!"
Tapi Delynn hanya mengangkat bahu. "Aturan tetep aturan, Lily. Hukumannya berlaku untuk semua."
Akhirnya, Lily menyelesaikan putaran kedelapan dengan napas yang ngos-ngosan. "Akhirnya!" teriaknya, hampir kayak dia udah menang lomba lari. Delynn ngelihatnya sambil tersenyum puas.
"Bagus, kamu sudah selesai. Sekarang kamu bisa beristirahat."
Lily terengah-engah, nyengir sambil ngelus dada. "Iya, Del. Tapi gue butuh air, deh! Cuma mau nyelam di kolam renang saking capeknya."
Delynn terkekeh, meskipun dia berusaha ngasih kesan serius. "Ya udah, istirahat dulu. Tapi ingat, jangan telat maneh. (Jangan telat lagi.) Kalau mau berangkat, berangkat lebih awal."
Lily hanya mengangguk, ngerasa lega dan capek sekaligus. "Oke, Del. Lo memang kejam, tapi... kadang-kadang gue rasa lo juga peduli, sih," katanya dengan nada menggoda.
Delynn nyengir lagi. "Jangan berpikir terlalu jauh, Lily. Ini cuma tugas."
Tapi saat itu, Lily ngerasa ada yang berbeda. Mungkin, di balik semua ketegasan Delynn, ada perasaan yang lebih dalam yang bisa dia gali. Sambil berjalan kembali ke temannya, dia udah nyusun rencana buat bikin Delynn lebih akrab, dan mungkin, lebih hangat dalam hubungan mereka ke depan.
Di kantin, Lily dan teman-temannya berkumpul. Oline, Regie, dan Nala langsung menyambut dengan tawa. "Eh, Lily! Lo telat lagi ya? Kenapa sih, bisa-bisanya?" tanya Oline sambil mengunyah bakso.
"Ya, gara-gara macet! Dihukum delapan putaran sama Delynn," jawab Lily, sambil nyeruput es teh manis yang segar.
Regie tersenyum. "Emang, Delynn tuh kalo udah marah, langsung killer deh. Tapi, lo bisa deket sama dia, Lily!"
"Lo tuh bukan nyuruh gue deket sama si pembunuh, kan? Nggak mau, ah!" balas Lily, berusaha bercanda. Tapi entah kenapa, dia merasa ada ketertarikan yang aneh terhadap Delynn.
"Gabut, MABAR EMEL AJA YOK!" Teriak Lily
"GASS!" Teriak Teman-teman tongkrongannya
Sementara itu, Delynn yang duduk di meja lain memperhatikan Lily dari jauh. Di hatinya, dia mulai merasa tertarik pada kepribadian Lily yang ceria dan berani. Dia penasaran, kenapa Lily selalu berani berhadapan dengan semua orang..
tbc..
__________
Yow! Balik lagi dicerita Ryn.. Kalau ada kesalahan penulisan, revisi diotak kalian sendiri ya.. (jangan otak orang lain, serem) Babnya pendek dulu gpp ya? Oh ya.. Janlup VOTE NYA KAKAKS! Maturnuwun..
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Malioboro [Lilynn]
RomanceCerita ini mengikuti perjalanan percintaan dua murid, Lily dan Delynn, yang bersekolah di SMA 12 Yogyakarta. Lily, seorang dengan kepribadian friendly dan romantis, dikenal sebagai bocil nolep yang suka bercanda dengan teman-temannya, Oline, Regie...