15. 열 다섯 (yeoldaseot)

161 41 4
                                    

Disclaimer : Cerita ini adalah fiksi dan murni berasal dari fikiran penulis. Seluruh adegan dan pemeran disesuaikan dengan kebutuhan penulis, dan jika ada kesamaan nama atau tokoh yang dipakai, itu adalah sebuah kebetulan. Credits untuk seluruh gambar yang digunakan berasal dari Pinterest. Be wise and don't put a hate into the character.

Don't forget to VoMent
Happy Reading!!!

***

Joseon, 1 Minggu sebelum bulan besar

"Anda terlihat terganggu, mama. Apa mimpi yang tempo lalu kau ceritakan masih datang?" wanita yang memiliki nama gadis Myeongseong itu terlihat tidak sehat. Sejak kedatangan tabib sebelumnya hingga kini seorang shaman menyambangi tempat istirahatnya, permaisuri Min masih terlihat lemas dan pucat.

"Sepertinya ini memang bukan gangguan tidur biasa, Sunja. Walaupun jimat yang kau berikan sudah kutaruh di bawah bantal setiap tidur, mimpi itu masih terus muncul." ia menghela .

"Apa mungkin kau memilki tafsir atas mimpiku? Apa artinya memang seburuk yang telah kita bicarakan?"

"Mama, selama ini matahari selalu ditafsirkan sebagai pemimpin semesta. Keberadanannya selalu disandingkan dengan para pemimpin, sama besar dan sama bersinarnya. Sebuah simbol kehidupan. Sama seperti itu, aku takut bahwa mimpimu memang menggambarkan apa yang mungkin akan terjadi di masa depan. Mimpimu tentang matahari yang terbelah, aku tidak yakin ada hal yang baik yang bisa kita artikan dari itu."

"Lalu apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk merubah mimpi itu? Kita harus melakukan sesuatu kan Sunja?" Sunja menunduk semakin dalam. Kepalanya tak berhenti memikirkan jawaban atas pertanyaan tuannya. Ia cukup khawatir dengan kondisi kesehatan sang permaisuri yang terus menurun sejak sang wanita pertama di kerajaan itu mendapatkan mimpi pertamanya.

"Haruskah aku mengadakan ritual pemberkatan untuk semua pangeran, mama?"

"Apa itu bisa merubah mimpiku?"

"Tentang masa depan, posisiku terlalu rendah untuk memutuskan. Tapi aku akan berdoa selama tiga hari dua malam untuk memohon berkat untuk semua pangeran. Itu adalah usaha maksimal yang bisa kita lakukan. Menjaga pangeran, para matahari kecil yang nantinya akan menggantikan Yang Mulia Raja."

"Kau bisa melakukannya?"

"Ye, mama. Jika kau mengijinkan, aku akan memulai ritualnya lima hari dari sekarang. Menurut perhitunganku, pada malam ketiga setelahnya bulan akan berada pada jarak yang sanagt dekat dengan bumi. Pada malam itu puncak ritual akan diadakan, di bawah sinar bulan yanng paling terang."

"Baiklah Sunja. Tolong sediakan juga beberapa dupa agar aku bisa ikut berdoa untuk keselamatan semua putraku."

"Ye, mama."

Sepeti yang sudah direncanakan, sebuah ritual yang diadakan oleh para shaman dari semua tingkatpun terjadi. Sunja menempati ruang besar di dalam paviliun shaman, dengan ratusan dupa dan juga jimat yang terus ia bakar tak henti selama dirinya berdoa.

Tujuh shaman senior termasuk Sol dikirimkan ke kuil yang berada di puncak gunung untuk membantu mensukseskan ritual. Hingga pada awal hari ketiga ritual diadakan, hari dimana jarak bulan dan bumi berada sangat dekat, sebuah fenomena terjadi. Sejak matahari terbit, satu persatu tanda pun bermunculan. Mulai dari angin yang menerbangkan beberapa jimat hingga lolongan anjing hutan yang muncul saat siang masih terik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Back To JoseonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang