65 »« A Reply Letter from Raven

98 11 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Ah! Maaf! Tangan saya tiba-tiba bergerak sendiri!"

Rafellia terdiam dengan kedua netra membulat tak percaya saat merasakan rasa panas menjalar di pipi kirinya. Terlebih, sikap Putri Lucianne yang tidak diduga membuat Rafellia otomatis mengucapkan sumpah serapah dalam hati. Dia kira, seorang Lucianne Zamora tidak akan bersikap terang-terangan saat mendapati kandidat musuh sepertinya.

Namun, ia salah. Karena saat ini, ia bisa melihat kobaran api dalam netra keemasan di depannya. Berbanding terbalik dengan senyuman lebar yang ditunjukkan. Lucianne Zamora dengan terang-terangan mengibarkan bendera perang padanya.

"Putri, kenapa Anda me-"

"Ahh! Benar-benar menjengkelkan. Berhenti menampilkan raut wajah polos tak berdosamu itu, Rafellia."

Fellia terkesiap.

"Aku heran. Sebenarnya kenapa Ayden bisa begitu peduli padamu? Padahal jelas-jelas dia tahu kalau kau adalah musuhnya. Ohh! Atau jangan-jangan, ini ulahmu?! Kau pasti melakukan sesuatu pada Ayden, 'kan?!"

Wahh ... perempuan ini jadi melantur ke mana-mana.

"Padahal dia tidak pernah mengizinkanku untuk masuk ke dalam kamarnya, tapi kau! Kau semalam malah tidur di dalam sana tanpa merasa bersalah sama sekali!" Lucianne menepuk tangannya beberapa kali sembari mengukir senyum sinis. "Benar-benar hebat. Sangat hebat."

"Maaf, kalau keberadaan saya di sini sangat mengganggu Anda." Netra merah delima Rafellia menyala. Berikut dengan gemuruh riuh yang terasa dalam dada. "Anda tenang saja. Saya akan meminta Pangeran Ayden untuk segera memulangkan saya."

"Ohh, baguslah." Lucianne, masih dengan nada angkuhnya menjawab disertai senyum miring andalannya.

"Kalau begitu, saya permisi."

Grep!

Satu cekalan yang cukup kuat membuat Rafellia mendongak dan menatap netra keemasan sang putri yang menghunus tajam padanya.

"Dengar, Putri Rafellia. Aku tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan Pangeran Ayden."

Satu alis Rafellia terangkat. Lagipula, siapa juga yang ingin merebut Ayden darinya? Ia hanya tamu tak diundang di sini. Apa yang dikhawatirkan oleh sosok Putri Lucianne akan keberadaannya yang hanya bersifat sementara ini? Pun ketika sang putri dari Kerajaan Zamora itu membalikkan badan dan pergi dengan angkuh, Rafellia masih tidak mengerti akan sikap sang putri padanya.

Dia menganggapku sebagai ancaman dalam hubungannya, ya?

Rafellia tersenyum remeh sebelum memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar pribadi Ayden dan menutup pintunya rapat-rapat. Niatnya yang ingin mencari udara segar, hilang sudah. Pipinya juga terasa sedikit kebas setelah menerima tamparan dari Putri Lucianne tadi.

BLUE BLOODLUSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang