Chapter XXXII: Love or not?

279 63 11
                                    

Mobil yang mereka tumpangi melambat, mendekati sebuah bangunan megah yang berdiri anggun di tengah kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mobil yang mereka tumpangi melambat, mendekati sebuah bangunan megah yang berdiri anggun di tengah kota. Jisoo terkejut saat melihat bangunan di depan, itu bukan mansion milik Kediaman Han yang dia kira akan menjadi tujuan mereka, melainkan sebuah hotel yang megah nan mewah, menjulang tinggi di tengah-tengah kota.

Hotel itu berdiri dengan keanggunan klasik, membawa kesan kemewahan ala era lampau. Strukturnya megah, bercat merah muda dengan aksen emas yang menonjol di setiap sudutnya, memberi kesan dramatis dan tak terbantahkan. Lengkungan besar di atas pintu masuk utama dilapisi dengan ornamen klasik yang rumit, sementara jendela-jendela besar dengan bingkai emas berjajar rapi di seluruh bangunan, mencerminkan cahaya lampu-lampu malam yang berkilauan.

Di atas bangunan, kubah besar di puncak hotel bersinar keemasan, menambah kesan mewah dan otoritas pada keseluruhan struktur. Menara-menara kecil berdiri di setiap sudut bangunan, memberi tampilan yang hampir seperti sebuah istana megah di puncak gunung. Balkon-balkon kecil dengan pagar besi tempa yang dihiasi pola-pola anggun tampak di sepanjang lantai atas yang menghadap langsung ke pemandangan kota.

Di bawahnya, lobi hotel yang lebar dikelilingi oleh lampu gantung kristal besar yang memantulkan cahaya berkilauan ke seluruh arah, seolah mengumumkan kemewahan hotel ini kepada siapa pun yang melihatnya. Pintu besar berwarna emas yang elegan terbuka dengan sendirinya begitu mobil tiba di depan, disambut oleh pelayan hotel yang siap melayani.

Taeyong langsung turun, lalu tanpa bicara, dia menggendong Jisoo dengan satu gerakan cepat dan penuh keyakinan. Tubuh Jisoo yang masih lemah, meskipun dia protes dalam hati, tidak bisa melawan. Rasa sakit di tubuhnya dan rasa malu yang mendadak muncul membuatnya hanya bisa diam dalam gendongan Taeyong.

Saat mereka berjalan menuju pintu masuk hotel, seorang pegawai hotel dengan seragam rapi segera menghampiri mereka. “Kamar Anda sudah disiapkan sesuai permintaan, Tuan,” katanya sambil sedikit membungkuk dengan hormat.

Taeyong mengangguk tipis, tanpa berhenti sejenak. “Bagus. Antar kami ke kamar.”

Pegawai itu segera mengarahkan mereka, berjalan cepat menuju lift khusus yang akan membawa mereka ke lantai paling atas, tempat suite mewah yang sudah dipersiapkan menanti mereka.

Jisoo semakin merasa malu seiring perjalanan mereka melalui lobi hotel yang luas dan mewah. Lobi itu dipenuhi oleh tamu-tamu hotel yang tengah berbicara atau berjalan ke sana kemari, beberapa di antaranya langsung menghentikan aktivitas mereka dan menoleh ke arah Jisoo dan Taeyong. Para pegawai hotel berdiri dengan sopan, beberapa menunduk dengan hormat ketika Taeyong melintas, sementara para tamu lain hanya bisa menatap dengan rasa penasaran yang jelas terpancar dari wajah mereka.

Rasa panas menjalar di wajahnya ketika digendong dengan begitu protektif. Malu rasanya menjadi pusat perhatian dari banyak pasang mata yang memandang penuh rasa ingin tahu. Jisoo ingin sekali menghilang dari pandangan semua orang, tapi tubuhnya membeku, tak mampu melakukan apa pun selain menahan. Kedua tangan yang melingkar di leher sang pria semakin mengerat, mencari perlindungan dengan menyembunyikan wajah di ceruk lehernya, berusaha melarikan diri dari perhatian yang begitu menyiksa.

Breaking Her | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang