BAB 9

33 4 0
                                    

Prak.

Bayu memukul bahu Dipta cukup keras. Pria itu segera duduk di samping Dipta dengan ekspresi cemas-nya.

"Kenapa sih?" kesal Dipta.

"Seumur-umur gue baru liat orang kerasukan anjing, demi apa keringet dingin bercucuran sederas air hujan membasahi bumi dengan ugal-ugalan--" nafas Bayu sampai ngos-ngosan tidak tentu.

"Siapa yang kerasukan?"

"ERINA."

"BANGSAT! OTW JADI PAHLAWAN. KESEMPATAN EMAS UNTUK GUE MENGAMBIL SIMPATI."

"Simpati siapa? Setan-nya?"

Tak.

Dipta mentoyor kepala Bayu kesal, "Ya si Erina lah! Goblok." umpatnya.

Buru-buru Dipta berlari menuju tempat dimana Erina kerasukan, yang padahal ia tidak tahu dimana karena Bayu tidak memberitahukannya.

Dipta melihat banyak mahasiswa beramai-ramai seperti sedang menyaksikan aksi sulap, ia yakin disana-lah Erina berada.

Benar saja Erina kerasukan, di lapangan kampus yang luasnya seluas cinta author kepada para readers setia-nya.

"BALASKAN DENDAMKU!!!" Erina hendak menyerang banyak orang disana terutama Ghisela yang ketakutan dan bersembunyi di belakang Cipto teman satu jurusan-nya.

"WOI SETAN, HADAPI AING!" Dipta datang dengan keberani-annya. Ia kini sudah berhadapan dengan Erina yang di rasuki.

"BALASKAN DENDAMKU!!" Teriaknya tepat di hadapan Dipta.

"Balas dendam itu dosa tan, kenapa dosa? Karena dendam itu tidak baik. Tidak boleh itu, di larang oleh Agama."

"AKU TIDAK BUTUH DAKWAH-MU BODOH!!"

Dipta menelan salivanya susah payah, "J-jangan ngegas juga dong, aing kan jadi takut. Yok keluar yok? Bisa yuk bisa keluar dari tubuh ayang Erina, kasihan ayang Erina pasti kesakitan. Nanti gue terakhir mpek-mpek pak Samsul dah, janji gue."

BRAKK!!

Erina mendorong tubuh Dipta dengan kasarnya. Kemudian ia tersenyum mengerikan, "Jika tidak berguna menjadi manusia, lebih baik jadi sepertiku saja? Mau ikut denganku?" ajaknya horor.

Dipta mundur perlahan.

"KELUAR DARI TUBUH ERINA, ATAU--"

"Atau apa?"

"Atau apa ya, gue lupa. Ya pokoknya keluar aja deh, rese lo setan. Denger ya, gue bakalan bacain doa qunut buat lo."

"Coba saja bacakan, aku ingin dengar."

"DIPTA BUKAN DOA QUNUT, GOBLOK! AYAT KURSI WOIIIII" teriak Jodie, salah satu mahasiswa.

Dipta sekarang benar-benar terancam, tidak ada yang berani menolongnya karena nampak setan yang ada di dalm tubuh Erina betul-betul marah dan hendak menyerang banyak orang.

Ghisela memberanikan diri mendekat, walau tubuhnya gemetaran.

"Tolong jangan mengganggu banyak orang," ucapnya pelan.

Erina tertawa kencang, "JIKA TIDAK INGIN DI GANGGU MAKA LAKUKAN YANG KU MAU, GHISELA!"

Semua orang nampak di buat melongo, karena setan itu bisa mengetahui nama Ghisela dengan sangat jelas.

Ghisela sudah tidak sanggup lagi, melihat sahabatnya malah jadi korban kerasukan, ia kemudian bersimpuh jatuh di atas tanah, "Hentikan. Aku akan menggantikan kesalahan orang yang membuatmu seperti sekarang ini, tetapi tolong keluarlah dari tubuh sahabatku."

Tanpa mengatakan apapun lagi, sosok itu keluar dari tubuh Erina, lalu setelahnya Erina merasakan pusing dan lemas.

>
>

Ada banyak pertanyaan dari mahasiswa lain, ada pula yang memilih diam namun melihat Ghisela dengan tatapan aneh. Semua terjadi setelah mendengar sosok Hana menyebut nama dirinya.

"Si Ghisela sebenernya indigo bukan sih?"

"Hantu yang masuk ke badan si Erina, kayanya ada hubungannya deh sama dia."

"Iya gue juga heran. Apa semuanya cuman akal-akalan dramatis biar jamkos ya?"

"Ah gak ngerti gue!"

Ghisela mendengar mereka membicarakannya. Tak apa, ia sama sekali tidak tersinggung, yang saat ini ia fikirkan bagaimana caranya agar Hana tak lagi mengincar banyak orang.

"Sel, setan-nya ngomong apa aja sih? Emang bener kata orang-orang kalau setan-nya kenal sama lo? Plis kasih tau gue!" ucap Erina.

"Kita ngobrolnya di rooftop aja gimana?" Erina mengangguk semangat. Ia benar-benar penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi.

Keduanya sudah berada di rooftop, berdiri di antara penahan.

"Er, sebenernya aku--"

"Lo temennya setan tadi?"

"Ck! Jangan dulu di potong Er."

"Oh oke. Sebenernya lo kenapa?"

"Er aku punya kemampuan khusus, aku indigo. Tapi kemampuanku terbatas, gak seperti kakakku yang bisa liat masa sebelumnya. Aku cuman bisa ngeliat, berkomunikasi sama mereka yang orang sebut hantu. Dan karena kemampuanku, mereka sering meminta pertolongan sama aku."

"A-APA? LO SERIUS?"

"Sutttt! Jangan kenceng-kenceng!"

"Terus gimana, terus soal setan yang ngerasukin gue itu karena meminta pertolongan lo?" Ghisela mengangguk, "Sel kenapa lo gak bilang sama gue sih? Gue sahabat lo! Apa yang bisa gue tolong Sel, gue mau nolong lo."

"Apa kamu kenal dukun sakti yang bisa nutup mata batin?"

"Hah? Gak ada lah! Tapi, gue nanti coba cari di internet atau lewat siapapun yang gue kenal, oke?"

Keputusan Ghisela menutup mata batin-nya sudah mutlak. Jika Elang tidak mau mengalah untuk berhenti, maka Ghisela putuskan untuk dirinya menutup mata batin. Mungkin dengam begitu, hidupnya akan lebih tenang.

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang