Part: 21

712 164 9
                                    

Cakra berlari tanpa lelah, langkah-langkah kecilnya memantul ringan di atas rerumputan hijau yang lembut. Di sekelilingnya, hamparan padang rumput membentang sejauh mata memandang, bercampur dengan bunga-bunga liar berwarna cerah yang bergoyang lembut ditiup angin. Udara di sana begitu sejuk, bercampur dengan aroma bunga dan embun pagi.

"Woof! Woof!"

Seekor anjing berbulu putih yang besar dan lembut berlari mengikuti Cakra. Lidahnya menjulur keluar, matanya berbinar-binar bahagia. Itu adalah anjing kesayangan Cakra, namun entah bagaimana, dia terlihat lebih besar dan lebih anggun dari sebelumnya.

"Kejar aku kalau bisa, Bombom!" teriak Cakra sambil tertawa riang, suaranya menggema di seluruh padang itu.

Namun saat Cakra berlari, dia mulai menyadari sesuatu yang aneh. Tidak ada batas pada tempat tersebut. Langitnya begitu biru dan terang, namun tidak terasa panas. Angin berhembus lembut, membelai wajahnya seperti pelukan yang hangat.

Rasanya begitu damai dan menenangkan.

Cakra memperlambat langkahnya, pandangannya menyapu ke segala arah. Tidak ada apa-apa selain keindahan yang tidak bisa digambarkan melalui kata-kata.
Namun, ada sesuatu yang aneh menurut Cakra. Di sana, segalanya terasa begitu sempurna. Tidak ada rasa lelah, tidak ada rasa sakit, hanya kebahagiaan yang menyelimuti.

"Di mana ini?" bisik Cakra pada dirinya sendiri.

Bombom berhenti di samping Cakra, kemudian menjilat tangan Cakra dengan lembut. Seolah-olah mengerti kebingungan tuannya, Bombom mulai menggonggong pelan dan mengangguk ke arah sebuah pohon besar di kejauhan. Pohon itu berdiri megah di tengah padang, daunnya bersinar keemasan seperti mentari pagi.

Cakra merasa ada sesuatu yang memanggilnya ke sana. Tanpa pikir panjang, dia mulai berjalan menuju pohon itu. Bombom setia mengikutinya dari belakang dengan ekornya yang terus bergerak riang. Saat Cakra semakin mendekat, dia mulai mendengar suara-suara lembut, seperti bisikan angin. Suara itu terdengar seperti orang-orang yang dia kenal, Bunda, Ayah, dan Abang-abangnya.

"Adek, Bunda kangen........"

Cakra berhenti, matanya melebar. Itu suara lembut sang Bunda. Tapi bukan hanya suara, dia juga bisa merasakan cinta dan kasih sayang dari setiap kata yang diucapkan. Hatinya terasa hangat, namun juga berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal.

"Kenapa aku di sini?" Tanyanya lagi, kali ini lebih keras. Ketakutannya mulai muncul, pun dengan air matanya yang mulai keluar.

Dari balik pohon besar itu, muncul seorang pria dengan wajah tampan yang mungkin usianya hampir sama dengan Bagas. Senyumannya begitu manis, mengingatkannya pada seseorang.
Pria itu kemudian berjalan mendekat, langkahnya begitu ringan seolah-olah tidak menyentuh tanah.

"Cakra." Kata pria itu dengan suara yang menenangkan.

"Kamu ada di tempat di mana rasa sakit tidak lagi ada. Di sini, hanya ada kedamaian."

Cakra mengerutkan kening. "Tapi aku harus kembali. Bunda pasti sedih. Ayah juga. Aku nggak bisa tinggal di sini. Mereka butuh aku!"

Pria itu tersenyum lagi, lalu mengusap lembut surai Cakra. Wajah itu nampak begitu mirip dengan kembarannya. Bahkan dari kejauhan, dia mengira jika itu adalah kembarannya yang sangat dia rindukan.

"Waktumu di sana masih belum habis. Tapi sebelum kembali, aku ingin kamu tahu sesuatu."

"Apa?"

"Kamu adalah anak yang sangat dicintai. Tidak hanya oleh keluargamu, tapi juga oleh Tuhan yang menciptakanmu. Apa pun yang terjadi, cinta itu akan selalu bersamamu. Sekarang, waktumu untuk beristirahat sebentar, lalu kamu akan kembali ke mereka yang menunggumu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

All About Today | Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang