Way - 25

22.7K 1.7K 436
                                    

Rula tak bisa membohongi diri, sejak tadi sudut matanya memperhatikan pria dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rula tak bisa membohongi diri, sejak tadi sudut matanya memperhatikan pria dihadapannya. Walau penglihatannya hanya sebatas tangan Rayden sebab Rula terus menunduk.

Hingga tak lama kemudian piring pria itu sudah kosong dan kini Rayden sedang membuka sebotol air mineral. Setelahnya pria itu terlihat tak melakukan dengan kedua tangan menumpu pada meja.

Rula tidak tau apa yang Rayden lakukan sekarang dalam diam, tetapi Ia sangat yakin kalau pria itu tengah memperhatikannya.

Situasi ini sungguh membuat Rula canggung. Ia tak tau sudah berapa lama mereka berdua hanya diam. Sampai akhirnya Rula mengangkat kepala dan seperti tebakannya, Rayden memang tengah memperhatikannya.

Ia sempat salah tingkah namun hanya sesaat sebab Rula menyadari sesuatu yang membuatnya merutuk.

Sial, Rula tersadar akan penampilan- nya saat ini.

Walaupun sama sekali tidak berkaca. Rula yakin kalau wajahnya pasti terlihat sangat kusam hasil dari kefrustasiaannya seharian ini. Belum lagi rambut lepeknya yang Ia ikat dengan asal, menjadikan paket komplit kebusukan penampilan Rula sekarang.

Jadi, apakah hal itu yang membuat Rayden terus memperhatikannya sejak tadi?

Kalau ya, Ia yakin pria itu pasti tengah mengejek betapa jeleknya Rula saat ini.

Rasa malu membuat Rula ingin segera melarikan pandangan saat suara berat pria itu terdengar.

"Kenapa?" Tanya Rayden saat melihat Rula merutuk sendiri.

"Gue mau-- gue duluan" Rula langsung berdiri dan membawa kedua tas tentengnya.

Tindakan yang terlalu impulsif karena Rula sudah kehabisan uang cash dan Pak Min tidak menerima pembayaran cashless.

Untung saja Rayden yang berdiri menyusulnya, terlebih dulu menyodorkan uang pada Pak Min disaat Ia berpura-pura membuka tas.

Sedikit takjub sebab biasanya Rayden tidak memiliki selembar uang pun di dompet.

"Makasih ya Den, Non. Jangan lama-lama atuh makan kesininya lagi--Tapi masih hujan, mau langsung pulang den?"

Ya, hujan belum kunjung berhenti. Tetapi Rula harus segera pergi karena tidak sanggup terus berhadapan dengan Rayden dengan wajah kusam seperti ini.

Biar hubungan yang sempat mereka miliki tidaklah jelas. Tetapi tetap saja Rula merasa malu, bertemu pria itu dengan kondisi seperti ini.

Selain itu, alasan utama Ia harus segera pergi dari Rayden ialah untuk menyelamatkan harga dirinya. Berada terlalu lama didekat pria itu membuatnya takut. Rula takut dirinya akan memohon pada Rayden supaya pria itu melepaskan Andaru.

Rula yang siap menerobos hujan dan berlari kembali ke halte, harus terhenti karena Rayden menahan tangannya.

"Hujan"

          

Rula menatap Rayden kesal, tanpa diberitahu pun Ia bisa merasakan rintikan hujan jatuh dikepalanya yang lama-kelamaan akan membuat penampilannya yang sudah seperti upik abu berubah menjadi tikus got.

Rula menghentak tangannya dari cengkraman Rayden yang tak erat. Kemudian Ia kembali melanjutkan melangkah tanpa menengok sama sekali ke arah belakang.

Berlari kecil menuju halte sambil menudungi kepalanya dengan tas yang Ia bawa. Saat sebuah motor besar berwarna hitam melewatinya dengan suara deruan keras.

Kemudian motor itu berhenti di halte, membuat Rula melambatkan langkahnya.

Sambil berjalan menuju halte yang sudah tinggal beberapa langkah, mata Rula tak teralih dari Rayden yang kini tengah menyingkirkan tetesan air dari jaket kulit yang dikenakannya.

Batin Rula mengejek diri sendiri yang lagi-lagi terperangkap pada pesona pria itu.

"Gue temenin sampai bus nya datang" Jelas Rayden saat Ia tiba.

Kalimat pria itu membuat sisi murahannya tersentuh dengan sangat mudah. Memalingkan wajah dan berpura tak perduli dengan apa yang Rayden katakan adalah respon terbaik yang bisa Rula tunjukan.

Ia mengambil kursi terjauh dari pria itu. Beberapa menit kemudian sebuah bus muncul membuatnya lega. Ia sudah siap berdiri namun mengurungkannya sebab nomor yang tertera di bus itu bukan nomor yang melewati kosan Rula.

Rula masih terdiam sambil menatap bus tersebut yang sedang menurunkan penumpang saat sang kondektur bertanya padanya "Neng, gak naik?"

"Saya lagi nunggu bus B11, Pak" Jawab Rula.

"Waduh, B11 terakhir lewat jam 9 neng. Ini bus terakhir"

Mata Rula melebar mendengar informasi itu. Jam 9? Itu artinya bus yang tadi Ia naiki adalah bus B11 yang terakhir?

Kepala Rula berdenyut pusing. Sekarang mau tidak mau, Ia harus mengeluarkan budget lebih lagi hari ini untuk memesan kendaraan pulang.

Dan kepala Rula semakin terasa sakit saat melihat tarif aplikasi online di ponselnya. Jarak ke kosannya yang lumayan jauh belum lagi ditambah kondisi hujan, membuat tarif itu semakin naik berkali lipat.

"Gue antar"

Tak menghiraukan pria itu yang kini sudah berdiri dihadapannya. Rula memencet tombol pesan, Ia lebih memilih untuk merelakan tabungannya hari ini dibanding ikut bersama Rayden.

Pesanan Rula berputar-putar mencari pengemudi terdekat dan berakhir dengan tulisan tak berhasil mendapat pengemudi.

Menghela napas, Rula kembali mencari ulang hingga beberapa kali sampai ponsel dalam genggamannya melayang begitu saja.

"Gue antar"

Masih sama seperti tadi, Rayden sama sekali tidak menggunakan nada memaksa atau memerintah. Malah kalau Rula tidak salah dengar, nada suara pria itu terdengar memohon.

Langit malam yang kembali bergemuruh akhirnya membuat Rula mengalah dan menerima tawaran Rayden. Dengan dua tentengannya Rula menaiki motor.

Namun baru saja motor melaju, hujan kembali turun dengan derasnya.

"Pegangan" Perintah Rayden.

Ia tak bisa menolak, karena Rayden mulai memacu motornya dengan sangat cepat. Kedua tangannya memegang sisi jaket Rayden dengan tubuh yang berusaha mempertahankan posisinya.

Lewat matanya yang menyipit akibat terpaan air hujan. Rula menyadari kalau Rayden membelokan motornya ke gedung apartmen yang sangat Ia kenali.

Berhenti di depan lobby kemudian menuruni motor Rayden dengan perlahan. Walaupun jarak antara halte dan apartmen ini sangat dekat, tetap saja Ia basah kuyup. Baju berwarna putih yang dikenakannya, mencetak jelas warna dalaman yang dikenakan Rula dibaliknya.

Way : To Make Him Fall In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang