13. Siapa dia?

652 36 0
                                    

*
*
*
*
Nomin
Selamat membaca







C

up




Jaemin tertegun, matanya membelalak saat merasakan sentuhan lembut di dahinya. Bukan sentuhan tangan, melainkan bibir Jeno. hangat dan kenyal, menyisakan jejak yang tak kasat mata namun begitu nyata.

Hembusan napasnya tertahan. Jantungnya seolah berlomba dengan waktu, berdetak begitu keras hingga ia bisa merasakannya di telinganya sendiri. Sedangkan Jeno, pria yang baru saja mendaratkan ciuman singkat itu, sudah berbalik dan melangkah pergi. Sikapnya tenang, seolah tak ada yang terjadi, meninggalkan Jaemin mematung di dapur yang sunyi.

Merah merona perlahan menjalari pipinya, bak kepiting rebus yang baru saja diangkat dari air panas. Kedua tangannya gemetar, dan ia meraba keningnya yang masih terasa hangat.


"Apa-apaan barusan?" batinnya terpekik, suaranya tak lebih dari bisikan halus yang tenggelam dalam kekacauan perasaannya sendiri. Jantungnya masih berdegup tak karuan, sementara bayangan bibir Jeno yang menyentuh keningnya terus berputar di benaknya.

"Ya tuhan~" Pemuda manis itu buru-buru menangkup kedua pipinya yang merona, mencoba meredam panas yang menjalari wajahnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera berlari menuju kamarnya. Pintu ditutupnya dengan cepat, dan dalam sekejap tubuhnya jatuh terhempas ke atas kasur.

Jaemin menelusupkan wajahnya ke dalam bantal, membiarkan aroma lembut kainnya sedikit mengaburkan rasa salah tingkah yang masih menguar. Suara desah napasnya tertahan, seakan ingin menyembunyikan degup jantung yang semakin menggila di dada. Ia mengeratkan pelukan pada bantalnya, mencoba menenangkan gejolak perasaan yang tak karuan.

"Apa yang sedang terjadi padaku?" pikirnya, tenggelam dalam kekacauan emosi yang baru saja dirasakannya.



.
.
.
.




Pagi itu terasa cerah. Sinar matahari menyelinap perlahan melalui celah tirai tipis, menerangi kamar yang masih dipenuhi nuansa kantuk. Jaemin bangkit dari tempat tidurnya dengan lenguhan panjang, mengusap wajahnya sambil mengumpulkan sisa-sisa kantuk yang belum sepenuhnya sirna.

Namun, sesuatu menarik perhatiannya- aroma masakan yang samar-samar tercium di udara, membangunkan indra penciumannya. "Dari mana bau ini?" gumamnya heran. Tanpa menunda, kakinya melangkah keluar dari kamar, rasa penasaran menyelimuti pikirannya.


Begitu pintu kamar terbuka, dahinya berkerut. Jaemin mengucek matanya, mencoba memastikan apa yang dilihatnya. Di depan sana, berdiri sosok yang tak dikenalnya-seorang wanita berperawakan mungil sedang sibuk di dapur.

"Siapa kau?!" seru Jaemin, menunjuk ke arah wanita itu dengan ekspresi penuh keterkejutan.

Wanita yang sedang beraktivitas di dapur itu berbalik, menatap Jaemin dengan ekspresi tak kalah terkejutnya. Wajahnya yang menurut Jaemin begitu menyebalkan, tampak mengerut heran dan bingung.

"Hei! Siapa kau?!" balas wanita itu dengan nada tak kalah lantang. Tatapannya tajam dan penuh selidik, seolah Jaemin adalah makhluk asing yang baru saja muncul di apartemen tersebut.

Tanpa banyak bicara, wanita itu melangkah mendekat dan langsung meraih kerah piyama Jaemin dengan kasar. Jaemin yang terkejut hanya bisa mengerang, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kuatnya.

"YAK! KAU SIALAN! LEPASKAN AKU!" teriak Jaemin, tubuhnya sedikit terseret saat mencoba melawan.

Dengan satu tarikan kuat, wanita itu melemparkan Jaemin ke atas sofa. Name tag di seragamnya tertulis jelas: Kim Yeji.
"Pantas saja Tuan Jeno tidur di ruang kerjanya! Rupanya ada cecunguk aneh di kamarnya!" bentaknya, menatap Jaemin dengan pandangan merendahkan.

Waiting for You to Grow Up (NOMIN)~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang