WTDC 7

75 5 0
                                    

Sejak pertemuan calista dan marc di motegi, mereka kembali berkomunikasi, sebetulnya Calista malas  menjalin hubungan lagi dengan Marc yang sudah memiliki tunangan. Calista tidak ingin kedua kalinya menghancurkan perasaan Marc dengan menceritakan tentang ayah Angelo. Calista merasa Marc  masih mencintainya, tentunya kenyataan tentang siapa ayah angelo akan menempatkan Marc dalam  posisi yang sangat sulit. Keadaan itu dikhawatirkan Calista akan menganggu konsentrasi balap Marc,  padahal impiannya untuk sepuluh kali juara dunia tinggal 3 seri lagi.


Namun Calista tak sanggup menghindar, dengan alasan Angelo. Bocah itu selalu merengek untuk  berbicara dengan Marc melalui telefon, dan Angelo selalu membawa tidur foto dirinya dan Marc di  motegi lalu sebelum tidur. Kenyataan itu membuat dada calista sesak, ia tak kuasa mencegah adanya  chemistry antara marc dan Angelo.


"Ayah, aku bersama mama tidak bisa melihatmu latihan, sebab mama ada urusan dulu, tapi jangan  khawatir, aku dan mama akan ada di sana hari minggu, kau semangat ya latihannya, jangan jatuh lagi " celoteh Angelo di telfon. Bocah itu memang memiliki kemampuan kognitif dan bahasa di atas rata  rata jika dibandingkan anak seusianya.


Bicara dengan Angelo terkadang seperti bukan bicara dengan  anak usia 5 tahun. Sebagai anak kecil, angelo begitu pengertian dan bisa diajak komunikasi layaknya  manusia dewasa. Semakin hari Calista benar-benar semakin nyata melihat Marc ada dalam diri bocah  itu. Dulu, di awal-awal debutnya di dunia balap, semua orang memuji kedewasaan Marc sebagai peba lap berusia termudan namun memiliki jiwa besar, semua media masa menuliskan hal yang sama saat  itu bahwa meski Marc saat itu baru berusia 20 tahun manun kedewasaannya, pengendalian emosinya  sudah seperti pria berusiaa 30 atau 35 tahun. Mungkin hal itu juga menurun pada Angelo.

Lamunan Calista buyar ketika Angelo mengacungkan telepon genggan ke arahnya.
"Marc ingin bicara padamu..."


"Hallo, Calista, anakmu cerdas sekali, aku suka berbicara dengannya, meski dari dulu aku suka anak  kecil, namun Angelo adalah anak kecil yang membuatku jatuh cinta...kapan kau membawanya ke sini?" Sapa Marc lalu memberondong dengan pertanyaan


"Sabtu Marc, Jakarta melborne kan hanya 4 jam, kami berangkat pagi dari jakarta. Aku ada urusan kerjaan  sampai jumat malam"


"iya tidak apa-apa, oia pekerjaanmu sebagai penulis semakin maju ya? Aku senang mendengarnya,  kau tak lagi menulis novel motoGP rupanya...."


Calista mulai tidak nyaman dengan arah pembicaraan Marc, " Marc, sudah dulu ya..aku harus  menyiapkan makan untuk Angelo, sampai jumpa di Philip Island" lalu Calista menutup telfon itu.

Tanpa disadarinya, Angelo memperhatikan dirinya saat menelfon Marc tadi.
"Mam, kenapa kau begitu kaku dengan Marc? Marc baik padamu dan padaku..Apa kalian pernah  berkenalan sebelumnya?'


Calista terkejut engan pertanyaan Angelo, haruskan dirinya jujur pada Angelo perihal hubungannya  dengan Marc di masa lalu? Bocah kecil itu tak bisa dibohongi.


Calista berjalan mendekati Angelo di sofa depan televisi. "Mama akan menceritakannya nanti,  setelah kau besar, boleh?"
"Tapi sekarang aku sudah besar mam" bantah Angelo
Calista mengecup kening putranya. "sabarlah sayang, suatu saat nanti mama akan cerita"


to be continued



When The Dream Come TrueWhere stories live. Discover now