PART 4 ~ Rahasia ~

37 14 0
                                    

HAII KIMY ~

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN NYAA ~

FOLLOW INSTAGRAM

@eerrthaa

TIKTOK

@eerthaaa_

TEMBUS TARGET AKU UP!

Happy reading my ~

Kemarin, Una sampai rumah pukul lima sore. Dia terlihat lelah dan tidak bertenaga. Karena, saat perjalanan pulang, Una terus mengajak Ravin mengobrol tetapi balasan yang diberikan hanya singkat-singkat. Sangat menjengkelkan.

Hari ini sekolah libur. Jadi, Una bisa sedikit istirahat di rumah. Setelah bangun tidur, dia mengambil handphone yang masih berada di dalam tas. Lalu, Una merebahkan kembali badannya di kasur. Hari minggu sungguh membahagiakan.

Kak Gava

Kak Gava

Morning Una. Lo, baik-baik aja kan?

Una

Morning Kak Gava. Iya kak, gue sehat kok

Kak Gava

Kemarin lo kelihatan capek banget soalnya

Una

Iya kah? Sekarang udah segar kayak biasanya, tenang aja Kak

Kak Gava

Ok. Selamat libur dan istirahat Na.

~~

Setelah itu, Gava tersenyum lalu berbaring di tempat tidurnya. Tak sengaja dia melihat ke arah laci yang ada di meja samping tempat tidurnya. Sejak dulu, dia selalu dilarang untuk melihat apa isi laci itu oleh sang Kakak. Karena penasaran, dan dengan sedikit keberaniannya, Gava mulai mengambil kunci yang berada di lemari. Perlahan, dia membuka lacinya.

Tiba-tiba, angin menjadi sangat kencang. Isi di dalam laci itu beterbangan kemana-mana. Sontak, Gava langsung memunguti itu. Satu foto, berhasil membuat Gava penasaran. Ini adalah dirinya saat masih kecil. Namun, mengapa yang menggendongnya bukan Mama dan Papanya? Kenapa ada foto Ravin di sini?

"Mulai berani ya sekarang," tutur Agasta, kakak laki-laki Gava. Membuat Gava terkejut dan cepat-cepat memasukkan apa yang dia lihat tadi.

"Gue cuma penasaran apa isi di dalem, sampai kau selalu gak izinin gue buat lihat apa isinya," jelas Gava.

"Lebih baik lo gak tahu apa isinya Va," jawab Agasta. Lelaki itu sedikit tertunduk.

"Kenapa gak boleh tahu?" sahut Gava.

"Karena, kalau lo tahu yang ada lo tambah sakit," tutur Agasta. Kening Gava berkerut. Berusaha memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa yang sebenarnya lo sembunyiin Kak?" tanya Gava.

"Nanti, suatu hari nanti lo bakal tau apa yang sebenarnya terjadi."

"Kapan?"

"Mungkin, jika Tuhan sudah mengizinkan."

"Gue udah masak, cepat keluar ya. Keburu dingin," imbuh Agasta lalu pergi meninggalkan Gava yang sedang duduk di tepi kasur.

"Dan satu lagi inget, kunci laci itu. Lo boleh buka dan lihat, sampai lo siap menerima semua yang terjadi."

Gava memikirkan apa yang disembunyikan oleh Kakaknya ini. Apa ini ada hubungannya dengan kematian orang tuanya?

Lantas, Gava berjalan dan menuju ke arah meja makan. Gava dan Agasta hanya tinggal berdua sejak orang tua mereka meninggal. Tak heran, jika Gava terlatih mandiri dan tidak bergantung kepada siapa pun. Walaupun, dia mempunyai seorang Kakak, Agasta tidak pernah memanjakannya. Justru dia malah membiarkan adiknya untuk mandiri. Makanya, Gava berkomitmen untuk terus membanggakan Kakak dan orang tuanya dengan cara memperbanyak prestasi melalui pertandingan bola voli. Ternyata, di balik semua ketenaran dan sesosok Gava yang sempurna. Dia juga seorang manusia yang memiliki duka mendalam.

Saat hendak duduk, Gava tidak menemukan Kakaknya. Sampai, dia melihat secarik kertas di meja.

Gue berangkat kerja dulu ya. Gue pulang malam. Kalau mau latihan voli, sekalian aja makan di luar. Uang udah gue siapin di kamar.

Terkadang, Gava tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya ketika melihat sang Kakak berusaha menghidupinya. Padahal, di usianya sekarang ini seharusnya sedang kuliah. Namun, dia rela meninggalkan pendidikannya demi Gava.

KRING KRING. suara ponsel Gava bergetar dan panggilan suara dari Yavin masuk.

"Halo? Kenapa Vin?"

"Kumpul di lapangan ya, latihan sekarang."

"Oke, gue berangkat."

~ BERSAMBUNG ~

Semoga kalian suka sama part ini ya my ~

Sampai jumpa di part selanjutnya ~

Kalau mau cepat update ramein pokoknya.

SEE YOU ~

HAVE A NICE DAY MY ~

NAGAIN {SUDAH TERBIT}Where stories live. Discover now