story in warmth

56 12 4
                                    

Aou membangunkan Boom yang masih tertidur dengan lembut.
"Boom, kita udah sampai. Aku bawa kamu ke rumahku, ya?" ucapnya pelan sambil menepuk bahu Boom.

Boom membuka matanya perlahan, masih berat rasanya untuk bangun sepenuhnya. Ia mengangguk kecil, suara lembutnya nyaris berbisik. "Iya... nggak masalah."

Mobil melaju perlahan memasuki halaman rumah Aou yang luas. Rumah itu besar, dengan desain modern yang minimalis, tapi tetap terasa hangat. Boom sudah sering ke sini sebelumnya, namun ia masih saja terkagum dengan luasnya. Setelah turun, ia langsung masuk, membawa tas kecilnya.

"Mandi dulu aja, biar segar," ujar Aou sambil menyerahkan handuk.
Boom tersenyum kecil, mengangguk tanpa banyak bicara. Dalam waktu singkat, ia sudah masuk ke kamar mandi, meninggalkan Aou yang duduk di ruang tamu sambil menatap layar ponselnya.

Boom keluar dari kamar mandi dengan rambut basah yang masih setengah terikat. Pipinya sedikit kemerahan karena air hangat, dan ia terlihat lebih segar. Langkahnya ringan menuju dapur, berniat memasak sesuatu.

"Masak apa, Theerak?" tanya Aou yang tiba-tiba sudah berdiri di dapur, menyandarkan tubuhnya di meja dengan kedua tangan terlipat.

Boom terkikik kecil, menyiapkan bahan-bahan di meja dapur.
"Masak yang gampang-gampang aja. Aku cuma mau bikin sesuatu buat ngemil."

Aou mengangguk, namun matanya tak lepas dari Boom. Tatapannya terlalu lekat sampai Boom merasa geli.
"Kenapa sih lihat aku terus?" tanya Boom sambil melirik sekilas.

"Aku suka aja lihat kamu masak," jawab Aou santai. "Kayak chef profesional."

Boom menghela napas, mencoba mengabaikan komentar Aou. Ia mulai mengiris bahan-bahan dengan cekatan. Tapi, baru saja beberapa detik, Aou sudah melingkarkan tangannya di pinggang Boom dari belakang, menyandarkan dagunya di bahu Boom.

"Jangan ganggu, aku lagi konsentrasi," protes Boom, meskipun bibirnya tak bisa menahan senyum.

"Aku nggak ganggu kok," ucap Aou dengan nada santai. "Aku malah bantu kamu supaya lebih semangat."

"Dih, modus banget sih," jawab Boom sambil menunduk menahan tawa. Ia mencoba fokus, meski jantungnya berdegup sedikit lebih cepat.

Aou tersenyum nakal, mencium pundak Boom sebelum melepaskan pelukannya perlahan.
"Yaudah, aku ke meja aja deh kalau kamu nggak mau diganggu."

"Tunggu!" Boom mendadak memutar badannya, menatap Aou dengan pandangan penuh curiga. "Kamu serius mau pergi ke meja atau pura-pura doang?"

Aou mengangkat kedua tangan, pura-pura menyerah. "Sumpah, aku nggak niat ganggu lagi... kecuali kamu mau aku ganggu."

Boom memutar matanya, berusaha tampak kesal tapi tak bisa menyembunyikan senyumnya. "Sana, tunggu di meja aja. Aku jadi nggak bisa konsen."

Aou berjalan ke meja makan sambil terkekeh kecil, tapi sebelum benar-benar duduk, ia menoleh lagi.
"Kiss me dulu, dong."

Boom menatap Aou dengan alis terangkat. "Apa?"

"Kiss me," ulang Aou sambil tersenyum lebar.

Boom mendekat, memberikan ciuman singkat di bibir Aou. "Tuh, puas?"

Aou tertawa kecil, matanya berbinar.
"Oho~ Theerak narak banget. Lucu banget sih kamu," ucapnya gemas.

Boom kembali ke dapur, sementara Aou duduk di meja makan.
Matanya tak pernah lepas dari Boom, yang tampak sibuk di dapur. Sesekali, Aou memiringkan kepalanya, menikmati pemandangan sederhana itu seolah Boom adalah satu-satunya orang yang ada di dunia ini.

Boom merasa tatapan itu, dan ia akhirnya menoleh, memutar matanya sambil tersenyum kecil. "Udah jangan lihat aku terus. Nanti aku malu."

"Tapi aku suka lihat kamu. Masak terus buat aku ya, biar aku bisa lihat kamu lama-lama."

Healing Hearts, AouBoom's JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang