Pulau Dawn. Desa Foosha.
Begitulah namanya. Kapal yang dikemudikan Runa akhirnya sampai. Dia melabuhkan kapalnya di sebuah pelabuhan terdekat. Di sana, gadis itu sedikit terkejut melihat kapal bajak laut yang juga berlabuh.
"Kapal ini milik Akagami, bukan? Dia akan menjadi orang hebat di masa depan," Runa menghela napas.
Akagami Shanks.
Bagaimana Runa bisa mengenalnya? Yah, terkadang Runa bisa melihat beberapa kilatan gambaran masa depan hanya dari melihat foto seseorang. Saat itu, dia tak sengaja melihat poster buronan milik pria rambut merah itu.
Hari sudah beranjak siang. Bekal perjalanan sudah habis sejak pagi. Beruntung lokasi pulau sudah sangat dekat. Runa turun dari kapalnya dengan hati-hati. Setelah bertanya ke penduduk sekitar mengenai penjual makanan, mereka mengarahkannya ke sebuah tempat tak jauh dari sana.
Kaki Runa melangkah menuju tempat itu, sebuah bar dengan tulisan 'Party Bar'. Dia membuka pintu dan segera bau alkohol tercium di hidung kecilnya.
Bar itu dipenuhi oleh para kru bajak laut Akagami. Beberapa di antara mereka mencuri pandang pada sang pendatang baru. Runa berjalan dengan ekspresi datar miliknya. Mengabaikan tatapan penasaran dari para kru bajak laut.
"Permisi," Runa duduk di kursi bar. Menyimpan kedua tangannya di meja sambil menatap sekitar.
Tepat di samping kanan Runa, duduk seorang pria berambut merah yang tengah menyantap makanan miliknya. Dia adalah Akagami Shanks, kapten dari kru Bajak Laut Akagami. Di samping kanan Shanks terdapat sosok anak lelaki yang juga tengah menikmati seporsi besar daging.
Seorang wanita yang berdiri di belakang meja bar mengalihkan perhatiannya. Matanya melembut kala menatap gadis yang baru saja datang, "Ada yang bisa kubantu, gadis kecil?"
Runa sedikit mengerutkan keningnya. Tidak terlalu suka dipanggil 'gadis kecil'. Dia menatap wanita di depannya dengan mata tegas, "Aku ingin memesan makanan dan jus buah. Dan namaku adalah Runa. Jangan memanggilku gadis kecil, kakak cantik," balas gadis itu.
Wanita di depannya sedikit tersentak melihat tatapan Runa, tetapi sedetik kemudian dia terkekeh pelan, "Baiklah, Runa-chan. Namaku Makino, pemilik bar ini."
Pria di sebelah Runa alias Shanks mengangkat satu alisnya. Sebagai seorang kapten bajak laut dan menguasai haki, Shanks merasakan sebuah aura familiar dari gadis kecil itu. Ada satu perasaan ganjal di hatinya. Apalagi saat menatap dua manik coklat yang sorotnya mirip sekali dengan kaptennya dulu.
"Hei, nak, kau bilang namamu Runa kan? Apa nama keluargamu? Oh, benar, namaku Shanks," si rambut merah bertanya dengan penuh penasaran. Membuat perhatian krunya juga sedikit teralih padanya.
Runa menoleh sejenak. Dia menatap lurus manik kembar Shanks, "Rahasia," ucapnya sambil menyeringai. Sebuah seringai main-main yang terlihat menyebalkan di mata Shanks. Menimbulkan garis perempatan di dahinya.
"Kau, gadis kecil," tangannya terulur, menarik pipi berisi milik Runa. Rasanya begitu halus dan lembut. Bahkan, Shanks merasa seperti tengah memegang kue mochi yang kenyal. Tangan Shanks semakin menarik kedua pipi Runa dan mengunyelnya gemas.
"Aw!! Hey! Paman! Lepaskan pipiku!!" Runa berusaha berucap dengan benar. Tarikan Shanks benar-benar kuat. Bahkan meninggalkan bekas merah yang tercetak sangat jelas di kedua pipi Runa. Mata gadis kecil itu bahkan sedikit berkaca. Menandakan seberapa sakit pipinya ditarik kuat.
"Bos, kau kejam sekali! Lihatlah pipinya itu! Benar-benar memerah!" komentar dari sang penembak jitu kelompok Akagami, Yassop, mengudara, membuat gelak tawa pecah di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queen Is Back | One Piece World
FanfictionSosoknya kembali hadir di dunia. Dia yang sudah menghilang muncul dengan wujud baru. Membawa kembali legenda yang telah lama ditelan oleh dunia. Menyebarkan sayap perlindungan bagi mereka yang membutuhkan. Kehidupan kedua yang tak disangka. Merasak...