💫32

3.6K 521 64
                                    

"Lemah kepada pesonanya."
.
.
.
.
🦊🦊

Rubah itu licik, dia cerdik. Begitu pandai menipu dan mempermainkan lawannya. Bahkan, seekor serigala alpha bisa dia buat tunduk tanpa kata.

Benteng pertahanannya, ego yang tinggi dari serigala itu. Tak mampu bertahan di bawah naungan sang rubah.

Hatinya yang telah dia buat sekuat mungkin. Perasaan yang dia kubur hidup-hidup diatas penderitaannya. Usai saat itu juga. Netranya bergetar, mulai berembun menahan gejolaknya.

Di saat Tara mulai menjauhkan wajahnya. Nalen dengan cepat meraih tangan yang memegang buket besar itu. Kembali membuatnya naik menutupi mereka. Sedangkan tangannya yang tengah memegang piala langsung merengkuh pinggang Tara.

Tubuh Tara tersentak lantaran terkejut. Bahkan sudah tidak ada jarak di saat sang adik memeluknya.

Pemuda itu menenggelamkan wajahnya di lekukan leher yang lebih tua. Berdesis rendah dengan kedua tangan yang meremas.

"Sialan," lirihnya.

Mendengar hal itu Tara melingkar kan kedua tangannya di leher Nalen. Sedikit berjinjit karena kurang tinggi. Lantas tawa pemuda itu pecah di sana.

Tawa puas yang membuat Nalen semakin mengeratkan pelukannya. Hatinya benar-benar terus memaki Kakaknya ini.

Kakaknya yang licik sekali. Pandai mempermainkan perasaan nya ini.

Tara yang berhasil merobohkan benteng pemuda itu dengan begitu mudah jelas begitu puas. Diam-diam pun dia menyeringai.

***

'Pyar..

"Ak-aku enggak sengaja."

Anak berusia 5 tahun itu mematung di tempatnya. Netranya bergetar dengan tubuh mulai panas dingin. Takut, melihat mainan robot yang semula dia pegang terjatuh dan rusak.

"Mainan ku!" Seru anak lain yang datang dengan raut begitu terkejut. Dia dengan cepat memungut robot mainannya yang telah rusak.

Terlihat begitu menyedihkan. Dia kehilangan mainan kesayangannya.

"Aku enggak sangaja, maaf." Kata anak yang berdiri tidak jauh darinya.

"Astaga, kenapa sayang?" Sosok wanita yang tidak lain Mama mereka datang. Terkejut melihat mainan sang putra sudah tidak utuh kembali.

"Aku enggak sengaja. Mainannya jatuh," katanya mengaku. Setia menatap takut adiknya yang setia diam menatap mainannya.

Nara sontak menoleh ke arah si sulung. Mendekati segera, berjongkok di depan anak itu. Lantas memegang kedua bahunya lembut.

"Bohong," kata sang pemilik mainan dengan dingin.

Anak itu mulai bangkit memeluk mainannya yang telah rusak. Berdiri menatap gelap sang Kakak yang diam membisu.

"Selalu, selalu kamu rusak mainan ku."

"Kenapa ha!?"

CHARMOLYPI [χαρμολύπη] || END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang