Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah-celah tirai, menerangi ruang kecil namun nyaman di apartemen keluarga Metzger. Suara tawa kecil terdengar dari kamar bayi, diikuti dengan gumaman lembut seorang wanita muda.
"Azalea, sayang, lihat ini. Mama sudah siapin sarapan buat kamu," ujar Christy sambil mengangkat bayi mungil berambut hitam lebat dari tempat tidurnya. Senyum Christy lebar, penuh kebahagiaan yang sederhana.
Zeandra Metzger, yang baru saja selesai mandi, muncul di pintu kamar dengan handuk masih melilit lehernya. "Kecil-kecil sudah diajari sarapan sama Mama, ya? Ck, anak Papa pasti cepat besar."
Azalea menoleh mendengar suara ayahnya, lalu tertawa kecil, seolah mengerti apa yang sedang dibicarakan.
Zeandra melangkah mendekat dan mencium kening Christy, lalu Azalea. "Selamat pagi, dua gadis tercantikku."
"Selamat pagi juga, Papa ganteng," balas Christy sambil tertawa.
Setelah menyuapi Azalea bubur bayi buatannya, Christy mengajak Zeandra duduk di meja makan kecil mereka. Hari ini adalah hari Sabtu, waktu di mana mereka bisa bersantai bersama setelah seminggu penuh kesibukan.
"Jadi, apa rencana kita hari ini?" tanya Zeandra sambil mengoleskan mentega di atas roti panggangnya.
Christy berpikir sejenak. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke taman? Aku pikir Azalea akan suka melihat burung-burung di sana."
Zeandra mengangguk. "Ide bagus. Lagipula, sudah lama kita tidak menikmati waktu di luar bersama-sama."
Azalea, yang duduk di kursi makannya, berseru seolah setuju. "Pa-pa! Ma-ma!"
Christy dan Zeandra tertawa. Anak mereka yang baru berusia satu tahun itu sudah mulai banyak bicara, meski hanya dengan kata-kata sederhana.
---
Setelah selesai sarapan, Christy mengangkat Azalea dari kursi makannya dan menggendongnya dengan penuh kasih. "Yuk, kita siap-siap ke taman, sayang. Nanti kamu bisa lihat banyak hal seru di sana," ujarnya lembut sambil mencium pipi Azalea yang lembut dan harum seperti bayi.
Zeandra sedang membereskan piring di dapur sambil mencuri pandang ke arah istri dan putrinya. Pemandangan itu selalu membuatnya merasa tenang, seolah dunia di luar sana tidak lagi penting.
"Christy," panggilnya dari rumah dapur.
"Hm?"
Zeandra berjalan mendekat, membawa secangkir kopi yang masih mengepul. Ia duduk di kursi dekat Christy dan Azalea. "Aku tahu aku jarang bilang ini, tapi aku sangat bangga sama kamu. Kamu ibu yang luar biasa untuk Azalea."
Christy tersenyum, tapi ia memiringkan kepala, berpura-pura berpikir. "Hanya untuk Azalea? Bagaimana dengan istrimu? Apa dia cukup luar biasa juga?"
Zeandra tertawa kecil, lalu mengulurkan tangan dan meraih tangan Christy. "Dia luar biasa dalam segala hal. Dan aku bersyukur setiap hari dia memilih aku."
Christy menatap suaminya dengan senyum hangat yang hanya ia simpan untuk Zeandra. "Aku juga bersyukur, Zean. Kamu selalu membuatku merasa bahwa kita menjalani hidup ini bersama-sama, meski tidak selalu mudah."
Azalea, yang sudah bosan mendengar percakapan dewasa itu, mulai menggeliat dalam gendongan ibunya. "Ma-ma, pa-pa, jalan-jalan!" serunya dengan suara cadel yang membuat kedua orang tuanya tertawa.
Zeandra berdiri dan menggendong Azalea dari pelukan Christy. "Baiklah, Nak. Papa siap. Tapi kita harus ganti bajumu dulu, ya? Tidak bisa ke taman pakai piyama kelinci ini."
Azalea tertawa kecil dan mengangguk, meski mungkin tidak sepenuhnya mengerti.
---
Tak lama kemudian, mereka sudah siap berangkat. Christy memilihkan pakaian sederhana untuk Azalea—baju terusan berwarna pastel dengan topi kecil yang melindungi wajah mungilnya dari sinar matahari. Zeandra memastikan stroller siap dan membawa tas kecil berisi perlengkapan bayi.
"Sudah siap, tim Metzger?" tanya Zeandra sambil mendorong stroller keluar pintu.
"Siap, Kapten Metzger," jawab Christy dengan nada bercanda.
Saat mereka melangkah keluar, angin pagi yang segar menyambut. Jalanan mulai ramai dengan orang-orang yang beraktivitas. Zeandra berjalan di samping Christy, sesekali melirik ke arah putrinya yang tampak penasaran dengan dunia di sekitarnya.
"Zean," kata Christy pelan.
"Hm?"
"Menurutmu, apa yang akan Azalea ingat tentang masa kecilnya nanti?"
Zeandra memandang istrinya sejenak sebelum menjawab. "Aku harap dia akan ingat bahwa kami, orang tuanya, selalu ada untuknya. Bahwa dia tumbuh dikelilingi cinta dan kebahagiaan."
Christy mengangguk, matanya mulai berair. "Aku juga ingin seperti itu. Aku ingin Azalea tahu bahwa meskipun kita tidak sempurna, kita selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya."
Zeandra menggenggam tangan Christy erat. "Dia akan tahu, Christy. Aku yakin, dengan kamu sebagai ibunya, dia akan tumbuh menjadi gadis yang penuh cinta dan percaya diri."
Azalea, yang mendengar suara orang tuanya, tertawa kecil tanpa alasan. Tawa itu memecah keheningan pagi, membawa kebahagiaan sederhana yang hanya mereka bertiga mengerti.
Taman sudah tidak jauh lagi, dan hari itu, keluarga kecil Metzger akan menambah satu lagi kenangan indah dalam cerita kehidupan mereka. ***
Jangan lupa vote ya
Semoga suka sama cerita baru
Abaikan jika ada yang typo dll.Untuk cerita ini tidak ada prolog nya ya jadi langsung ke bab 1
Happy reading all
Terimakasih yang sudah membaca
Jum'at,29-11-24

YOU ARE READING
kepingin bahagia keluarga Metzger
Short StoryZeandra Metzger dan Angelina Christy adalah pasangan muda yang hidup sederhana namun penuh cinta. Meski usia mereka masih muda, kebahagiaan mereka bertambah lengkap dengan hadirnya putri kecil mereka, Azalea Nareessha Metzger, yang menjadi cahaya da...