nah ica.. dobel up
happy reading!
.
.
.
." Nanti sore aku pulang 'kan? " Magma mengangguk, Neva menempati ruangan putih berbau obat ini selama seminggu penuh. Di seminggu itu pula Magma menemani Neva yang sedang sakit.
" Tapi masih belum boleh sekolah karna lo masih butuh istirahat di rumah sehabis keluar dari rumah sakit. " Tutur kata lembut Magma membuat bibir Neva melengkung. Dirinya sudah rindu dengan sekolah dan bakso kantin.
" Nggak mau.. "
" Jangan nggak mau Neva, itu udah saran dokter tadi pas ngasih gue obat buat lo "
" Emangnya kenapa kalo aku masuk sekolah selepas pulang dari rumah sakit? "
" Di gigit drakula nanti "
" Ih apaan sih! Jujur.. "
" Em — "
" Permisi, maaf menganggu waktu ngobrolnya. Pasien Neva harus lepas infus karna sudah habis "
Mata Neva dan Magma langsung menatap ke arah infus yang menggantung. Magma mengangguk, Neva menatap horor pada suster yang akan mencabut infusnya itu, jujur dia takut dengan jarum.
" Permisi " Suster dengan perlahan mengambil tangan Neva.
" Magma takut.. "
Magma terkekeh, badannya mendekat untuk memeluk Neva dan menyembunyikan kepala Neva supaya tidak melihat tangannya yang akan lepas jarum infus.
Di dekap nya dengan erat Neva, perlahan jarum di keluarkan dari tangan Neva setel itu di tutup menggunakan kapas yang sudah di berikan plaster.
" Shh.. "
" Gapapa udah " Magma mengelus tubuh Neva yang ada di dekapannya. Suster hanya mampu tersenyum melihat keduanya yang tampak romantis. Ini juga bukan kali pertama suster melihat adegan romantis sesama jenis seperti ini.
" Sudah selesai, ini coklatnya. Semoga cepat pulih pasien Neva "
Suster tak lupa memberikan coklat untuk tanda maaf karena menyakiti tangan pasiennya tapi memang seperti itu cara kerjanya.
Neva tersenyum begitupun dengan Magma yang ikut tersenyum kecil. Magma ada di samping Neva tidak sungkan untuk tersenyum lebar, tapi jika dengan temannya jangan harap dia bisa tersenyum.
" Gapapa 'kan? "
" Nyeri, huwaa " Magma kembali mendekap Neva yang menangis. Lucu melihat Neva yang menangis seperti ini rasanya Magma ingin selalu membuat Neva menangis tapi jangan, Magma tidak mau mata itu keluar terus-terusan.
.
." Udah semuanya? " Neva mengangguk. Tangannya masih terdapat plaster untuk menutupi bekas jarum infus.
Neva turun dengan perlahan, Magma menggandeng tangan Neva yang tengah turun dari brankar, di tangan satunya membawa tas yang berisikan baju-baju milik Neva.
Mereka berjalan keluar dari kamar dengan Magma yang masih menggandeng tangan Neva. Neva juga tidak lupa mengucapkan pada dokter yang menangani dirinya begitu Nava sampai pada rumah sakit.
" Kamu bawa mobil? "
" Buat jemput lo, di anter sama Putra, motor gue di bawa balik sama dia " Jelasnya dengan tangan yang sibuk dan kaki yang mondar-mandir membuka pintu untuk memasukkan tas Neva ke dalam.
Setelah itu membuka pintu mobil depan untuk Neva masuk ke dalam.
Magma perlahan menjalankan mobilnya, mereka langsung pulang karna Magma tidak mau Neva lelah sebelum pulang kerumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐆𝐌𝐀 [𝐁𝐋 𝐋𝐎𝐊𝐀𝐋]
Teen FictionMagma Raynald Sebastian, laki-laki yang terkenal karena sifat nakal dan most wanted di sekolahannya. Sifatnya terlampau nakal, suka bolos, dan melakukan apa yang dia suka. Magma tidak suka dikekang, apalagi di perintah. Nevarro Keenan Argadana, lak...