Badai yang mendekat - Chapter 7

3 0 0
                                    

Neuvilette berdiri di balkon istananya, angin dingin menusuk kulitnya. Langit di atas semakin gelap, menandakan badai besar yang sepertinya lebih dari sekadar fenomena alam. Hatinya penuh kekhawatiran meski ia berusaha menenangkan dirinya. Tidak ada waktu untuk ragu; keputusan besar telah diambil, dan langkah selanjutnya adalah memastikan Furina tetap aman di kuil yang Zhongli bicarakan.

Namun, jauh di dalam hatinya, ia merasa ancaman Arlechino bukan hanya ancaman biasa. Wanita itu cerdas, manipulatif, dan penuh rencana. Neuvilette tahu bahwa ia harus bersiap untuk segala kemungkinan.

---

**Sementara itu, di Pegunungan Es...**

Zhongli dan Furina tiba di kuil tua yang tersembunyi di antara tebing-tebing curam. Lokasi ini begitu terpencil sehingga tidak ada jejak kehidupan selain suara angin yang menggema. Furina, yang terbungkus mantel tebal, menatap sekeliling dengan rasa ingin tahu.

"Apakah tempat ini benar-benar aman, Uncle Zhong?" tanya Furina, matanya yang besar memancarkan kebingungan dan sedikit ketakutan.

Zhongli tersenyum tipis, menepuk bahu kecil Furina. "Ini tempat paling aman yang bisa kita temukan. Tidak ada yang tahu tempat ini, kecuali beberapa naga tua sepertiku."

Furina mengangguk pelan, meskipun ia tetap memandang ke belakang seolah berharap melihat sosok Neuvilette datang menyusul. "Tapi aku ingin bersama Mama..." suaranya lirih, penuh kerinduan.

Zhongli berlutut, memandang Furina setara. "Mama akan segera kembali, sayang. Tapi untuk sekarang, kau harus tetap di sini. Tempat ini memiliki perlindungan kuno yang akan menjagamu dari bahaya apa pun. Percayalah, semuanya akan baik-baik saja."

Furina akhirnya mengangguk dengan berat hati, memasuki kuil bersama Zhongli. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia merasa ada sesuatu yang salah. Seolah-olah perpisahan ini bukan untuk sementara.

---

Di Istana Neuvilette...

Neuvilette menghabiskan waktu malam itu dengan mempersiapkan strategi. Ia tidak hanya memikirkan cara melindungi dirinya sendiri, tetapi juga bagaimana menghentikan ambisi Arlechino tanpa melibatkan perang besar-besaran. Ia memanggil para penasihatnya untuk berdiskusi, tetapi jawaban mereka sama: Arlechino adalah ancaman yang tidak bisa dihindari. Mereka harus memilih antara tunduk atau melawan.

Pikirannya terpecah. Ia tidak ingin mengorbankan rakyatnya, tetapi ia juga tidak bisa menyerahkan Furina. Dalam kegelisahan itu, ia mendengar suara langkah kaki memasuki ruangannya. Saat ia mendongak, seorang pelayan melaporkan sesuatu yang mengejutkan.

"Yang Mulia, ada seorang utusan dari Kerajaan Snezhnaya yang ingin bertemu dengan Anda secara pribadi," ucap pelayan itu, tampak gugup.

Neuvilette segera bangkit. "Bawa dia ke ruang audiensi."

---

Utusan itu adalah seorang pria muda dengan pakaian tebal khas Snezhnaya. Wajahnya dingin, hampir seperti patung, mencerminkan sikap dingin dari kerajaannya. Ia menunduk hormat sebelum menyerahkan sebuah gulungan surat kepada Neuvilette.

Neuvilette membuka gulungan itu dengan hati-hati, membaca pesan dari Arlechino: 

*"Pangeran Neuvilette, aku tahu kau berusaha melindungi adikmu. Namun, tidak ada tempat di dunia ini yang dapat menyembunyikannya dariku. Kekuatan itu milik Snezhnaya, dan aku akan mengambilnya dengan caraku sendiri jika kau tidak menyerahkannya sebelum bulan purnama berikutnya. Jangan membuatku menggunakan kekerasan yang tidak perlu."*

Neuvilette mengepalkan tangan, suaranya penuh amarah. "Sampaikan pada Arlechino, jika dia ingin kekuatan itu, dia harus melewati tubuhku terlebih dahulu."

Utusan itu hanya tersenyum tipis sebelum membungkuk hormat dan pergi tanpa sepatah kata lagi. Namun, kehadirannya meninggalkan aura mencekam di ruangan itu.

---

Malam sebelum Badai...

Di kuil, Furina tidak bisa tidur. Ia duduk di pinggir tempat tidurnya, memandang langit malam melalui celah kecil di dinding batu. Hatinya penuh rasa cemas. Ia merasa sesuatu akan terjadi, sesuatu yang besar dan berbahaya. 

"Uncle Zhong," panggilnya lirih. 

Zhongli, yang duduk di sudut ruangan sambil menjaga keamanan, menoleh padanya. "Ada apa, sayang?" 

"Aku merasa ada yang buruk akan terjadi. Apakah Mama baik-baik saja?" tanyanya dengan mata penuh kekhawatiran. 

Zhongli mendekatinya, duduk di sampingnya. "Mama-mu kuat. Dia bisa menghadapi apa pun. Kau tidak perlu khawatir." 

Namun, bahkan Zhongli tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya. Ia tahu bahwa Arlechino adalah musuh yang berbahaya. Dan lebih buruk lagi, kekuatan Furina yang belum bangkit sepenuhnya bisa menjadi pedang bermata dua. 

---

Hari Bulan Purnama...

Langit malam yang cerah berubah menjadi medan pertempuran ketika pasukan Snezhnaya tiba di perbatasan kerajaan Neuvilette. Arlechino memimpin pasukan itu sendiri, mengenakan baju zirah hitam yang memancarkan aura intimidasi. 

Neuvilette berdiri di benteng istananya, memandang ke arah pasukan yang datang. Ia telah mempersiapkan pasukannya, tetapi jauh di dalam hati, ia tahu bahwa perang ini bukan tentang jumlah. Ini tentang siapa yang lebih cerdik. 

Zhongli, yang telah kembali dari kuil setelah memastikan Furina aman, berdiri di samping Neuvilette. "Kita harus menghadapinya langsung. Dia datang bukan hanya untuk kerajaan ini, tetapi untuk Furina." 

Neuvilette mengangguk. "Jika itu yang diinginkannya, aku akan menghadangnya." 

---

**Di Medan Pertempuran...**

Arlechino dan Neuvilette berdiri berhadapan di tengah medan pertempuran, diapit oleh pasukan masing-masing. Suasana tegang, seperti busur yang siap dilepaskan kapan saja. 

"Aku tidak ingin membuang-buang waktu," ujar Arlechino dengan senyum licik. "Serahkan Furina, dan aku akan meninggalkan kerajaanmu tanpa pertumpahan darah." 

"Tidak akan pernah," balas Neuvilette dengan tegas. "Dia adalah adikku, dan aku akan melindunginya apa pun yang terjadi." 

Arlechino menghela napas pura-pura kecewa. "Sayang sekali. Maka kau memilih jalan yang sulit." 

Dengan satu gerakan, Arlechino memberi sinyal kepada pasukannya untuk menyerang. Namun, saat itu pula Neuvilette mengangkat tangannya, dan hujan mulai turun dengan deras. 

Hujan itu bukan hujan biasa. Setiap tetesnya membawa kekuatan yang luar biasa, menghentikan serangan musuh dan melindungi pasukannya. Arlechino tersentak, menyadari bahwa Neuvilette juga memiliki kekuatan yang tidak ia duga. 

Pertempuran sengit pun dimulai, dan Neuvilette menggunakan setiap kekuatannya untuk melindungi kerajaannya. Namun, jauh di dalam pikirannya, ia tahu bahwa ini hanya permulaan. Arlechino tidak akan berhenti sampai ia mendapatkan apa yang diinginkannya. 

--- 

Di kejauhan, di kuil tua, Furina tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Ia merasa ada sesuatu yang memanggilnya, suara lembut namun penuh kekuatan. Mata kecilnya bersinar terang, dan di sekelilingnya, aliran air mulai berputar dengan indah. 

Kekuatan yang selama ini tersembunyi dalam dirinya akhirnya bangkit.

Si Pangeran di Dunia NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang