30✨

854 43 2
                                    

.

.

.

Sebelum baca jangan lupa Vote yang ada di ujung kiri bawah ya sayang-sayang aku><

Happy Reading!!

Naven menatap Veline yang masih tertidur. "Sayang sekali kulit cantikmu terluka," gumam Naven yang masih betah memandang wajah tenang istrinya. Saat Naven hendak menyentuh wajah Veline, tiba-tiba saja ponsel Naven berdering.

Drrrrt!

Naven berdecak, tak urung ia mengangkat panggilan tersebut.

"Siapa?"

"Ini ayah."

"Kalau tidak penting saya tutup."

"Bantu Ayah menemukan Jessica, dia menghilang."

"Kenapa saya?"

"Karena kamu yang mengetahui seluruh dunia bawah, Naven. Bahkan kamu memiliki teman seorang mafia."

"Kenapa dunia bawah? Yakin jika ini ulah dunia bawah?"

"Jika tidak, ayah pasti sudah menemukan sinyal Jessica saat ini, kali ini saja Naven, ayah minta bantuanmu."

"Baiklah."

"Terima kasih, nak."

Setelah itu Naven mematikan sambungan telepon nya. "Menemukannya," gumam Naven dengan seringainya. Ia menekan nomor Nando.

"Ya, tuan?"

"Blokir semua informan yang di kirim ayah saya."

"Baik tuan."

Naven kembali menatap Veline sebentar, kemudian ia pergi menuju suatu tempat. 

Naven berdiri di depan seorang perempuan yang di kurung di dalam sel. 

"Naven! Naven kamu mau selamatin aku kan?" Ucapnya dengan mata berbinar mengharapkan sebuah penyelamatan.

"Kamu yang sudah membuat istri saya luka." Ucap Naven dengan nada yang datar.

Jessica menggeleng. "Ngga, bukan aku. Aku ngga tau apa-apa, Naven. Aku mohon selamatin aku, kamu liat." Jessica menunjukkan lengannya. "Tangan aku merah karena di seret tadi," adunya pada Naven.

Naven hanya memandang datar Jessica yang terus mengeluh, istrinya juga terluka bahkan lebih banyak dari perempuan di depannya ini, tetapi ia tak mendengar keluhan dari istrinya, lalu kenapa Naven harus peduli dengan orang asing bukan?

"Yo! Dude, kau sudah datang rupanya. Aku tidak salah kan?" Tanya Jack.

Naven menggeleng samar. "Benar yang ini, lakukan pekerjaan dengan baik saya ada urusan."

Jessica yang mendengar ucapan Naven pun menatapnya tak percaya, bagaimana bisa Naven memiliki teman seorang kriminal?

"Naven! aku mohon selamatkan aku dari sini, NAVEN!!"

"Suut, jangan berisik, simpan suaramu untuk pelangganku nanti." Ucap Jack yang tersenyum dengan lebar. Senyuman yang jika di perhatikan lebih dalam terlihat menyeramkan walaupun menawan.

Naven masuk ke dalam kamarnya, tetapi ia tak melihat keberadaan Veline di sana. "Veline." Panggil Naven, ia segera berkeliling apartemennya untuk menemukan istrinya itu. "Veline!" Kali ini suara Naven meninggi, ia takut jika istrinya kenapa-kenapa. "Astaga, di mana gadis itu," gumam Naven. "Veline!"

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang