"Ayo pulang Nola~" bujuk Mona pada putrinya yang betah bermain di rumah Wijayanto.
"Nda mau! Mau bobo sini!" jawab Pitaloka bersembunyi dibalik tubuh Wijayanto.
"Awas aja ya kalo tengah malem minta pulang, gangguin mang Yanto sama teh Roro." peringat Koko pada putrinya yang belum pernah sama sekali menginap di rumah orang sendirian.
"Nda kok." jawab Pitaloka.
"Udah gapapa biarin tidur sini," kata Wijayanto.
Koko memggelengkan kepalanya tidak. "Masalahnya itu bocah kaga pernah nginep malem, terus tengah malem aja mesti kebangun nyariin emaknya."
"Janji dulu nanti malem nggak boleh minta pulang, kalo pulang sekarang ya sekarang kalo nginep harus anteng." sambungnya.
"Siap Niko!" seru Pitaloka.
"Yah malem ini cuma Gaga yang tidur sama baba dan ibu," sedih Mona merayu putrinya itu untuk pulang.
"Babai~, Pelgi saja sana!" Pitaloka melambaikan tangannya pada orangtuanya.
Koko berdecak malas karena putrinya ini tidak tergoda oleh bujukannya maupun istrinya. "Kalo nangis minta pulang jangan anterin pulang Yan, buang aja ke sumur." katanya.
"Stres," kata Roro.
"Nitip ya teh mang." kata Mona lalu diajak suaminya itu untuk pulang meninggalkan Pitaloka.
Waktu menunjukkan sebelas malam, area kampung sudah agak sepi membuat Wijayanto menutup warungnya lalu menutup rumahnya. Terdapat Pitaloka yang sedang memakan lontong dan kuah bakso di depan televisi.
Ia mematikan lampu ruang tamunya, menghampiri istrinya yang tengah menunggui Pitaloka makan. "Koko pasti diomelin mertuanya sekarang."
"Mau gimana a, Tatanya juga nggak mau pulang." jawab Roro sambil mengelus pucuk kepala Pitaloka.
"Emm sedapnya~" senang Pitaloka menghabiskan makanannya. Kemudian ia menoleh kearah ruang tamu yang sudah gelap dan pintu rumah tersebut tertutup. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya, "Fyuh...."
"Hm, sepeltinya Tata mau jalan-jalan." katanya bangkit dari duduknya lalu ia jalan mondar-mandir di ruang tamu.
"Semoga anak Una yang ketiga cewe biar bisa aku adopsi," kata Roro tiba-tiba.
"Emang Una setuju?" tanya Wijayanto.
"Nggak setuju sih, tapi udah di acc sama Mursid." jawab Roro.
"Aa ngikut aja seenak kamu gimana." ucap Wijayanto sambil memeluk istrinya itu.
"Mang Yanto...." panggil Pitaloka memotong keromantisannya.
"Iya?" jawab Wijayanto menoleh kearah Pitaloka yang ada dihadapan pintu utama.
"Sepeltinya Nola lindu ibu deh..." kata Pitaloka menunjuk pintu utamanya.
"Loh tadi kan perjanjiannya kalo nginep-nginep, kalo pulang-pulang. Jadi tiket pulang udah habis neng," jawab Wijayanto menghampiri Pitaloka.
"Tapi Nola mau peluk ibu sebelum tidul." kata Pitaloka.
"Kan ada teh Roro..." balas Wijayanto membuka pintu kamarnya, "Lagian Tata kan udah biasa bobo siang disini."
Roro menghampirinya lalu menuntun Pitaloka masuk kamar. "Sebelum tidur main tebak-tebakan yuk."
"Emmm, ibu?" jawab Pitaloka mengingat pelukkan hangat ibunya sebelum tidur.
"Ibu udah tidur paling, ayo tidur daripada sama baba Tata dicemplungin ke sumur." kata Wijayanto menaikkan Pitaloka keatas kasur.
Pitaloka hanya mengerjap-erjapkan matanya menatap langit atap kamar, sungguh ia tidak dapat tidur jika tidak ada pelukan sekilas atau elusan hangat dari sang ibu. "Bagaimana jika ibu dipanggil saja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
Fanfiction[ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ]Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di tengah kesederhanaan pasar, cinta hadir tanpa disadari, mengikat hati mereka satu sama lain. akseraaaa...