PART 36 - BAYANGAN KELAM DI BALIK TAKDIR

35 10 20
                                    

❝Kehidupan tak pernah memberi jawaban yang mudah. Setiap langkah yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, selalu penuh dengan tantangan. Tapi ingat, tak ada jalan yang tak bisa ditempuh jika kita terus berjuang. Terkadang, jawabannya bukan tentang mengapa kita jatuh, tapi bagaimana kita bangkit kembali dan melanjutkan perjalanan❞

~ Flysky Taufan Rawlinson

Pemakaman Ravella Whitaker, Napoli, Italia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakaman Ravella Whitaker, Napoli, Italia

2 Januari 2018, CET, 10:30 AM

Langit Napoli berwarna abu-abu pekat, mencerminkan duka yang mengiringi Thorn sejak masa kecilnya. Kota kelahirannya yang memadukan keindahan Teluk Napoli dengan jejak kelam sejarah kini menjadi saksi pertemuan Thorn dengan kenangan yang menyakitkan. Mobil keluarga Whitaker berhenti di depan pemakaman di atas bukit, di mana pohon-pohon pinus berdiri kokoh seolah menjaga keabadian mereka yang telah pergi.

Awal tahun yang baru di Napoli, Italia, membawa angin dingin yang menusuk kulit dan langit mendung yang mencerminkan duka yang mendalam. Kota kelahirannya, dengan pesona Teluk Napoli yang megah dan sejarah yang berlapis, seolah menjadi panggung sempurna untuk Thorn menghadapi salah satu luka terdalam dalam hidupnya. Hanya tujuh hari setelah insiden pesta berdarah di INeXIS, Aeron Thorn Veyron, kini berusia 19 tahun, kembali ke tanah kelahirannya. Perjalanan dari New York City menuju Napoli bukan sekadar perjalanan lintas benua, melainkan perjalanan menuju kenangan yang tak pernah benar-benar pergi.

Thorn keluar dari mobil, langkahnya tenang namun berat. Dia mengenakan mantel panjang emerald-black, kontras dengan kacamata hitam yang menyembunyikan matanya yang sembab. Di tangannya ada buket bunga freesia—bunga khas Italia yang melambangkan kebahagiaan. Thorn memanggilnya "bunga Mama" karena ini adalah bunga favorit ibunya, ironisnya kini menjadi penghormatan terakhir bagi ibunya, Ravella Alessandra Whitaker.

Di belakang Thorn, Solar, sahabat yang telah menemani Thorn melewati malam-malam terburuknya, turun dengan tenang. Meski Napoli adalah tanah kelahiran Thorn, baginya, kota ini tidak hanya membawa kebahagiaan masa kecil tetapi juga trauma kehilangan yang mendalam.

Thorn melangkah perlahan melewati deretan nisan marmar putih yang tertata rapi. Bau tanah basah bercampur dengan aroma khas bunga liar yang tumbuh liar di sekitar pemakaman. Sepanjang jalan, pandangannya terpaku pada satu tempat: nisan ibunya.

Sejak lahir pada 15 Oktober 1999, Thorn telah hidup dalam paradoks yang menyesakkan—kemewahan yang melimpah sekaligus kekerasan yang mengintai di setiap sudut. Ia dibesarkan di jantung keluarga mafia ternama di Napoli, sebuah dunia di mana cinta dan kekuasaan saling bertarung tanpa henti. Kehidupan Thorn adalah campuran memabukkan dari gemerlapnya pesta-pesta mewah dan gelapnya bayang-bayang pengkhianatan yang selalu mengintai.

Kehidupan ini memberikan segala sesuatu yang tampak sempurna di permukaan: rumah megah dengan pilar-pilar marmer, taman luas dengan air mancur yang selalu memancar indah, dan pendidikan terbaik yang bisa dibeli dengan uang. Namun, di balik itu semua, Thorn menyaksikan sisi kelam yang tak dapat disangkal—bisikan ancaman, transaksi gelap, dan ketegangan yang selalu menggantung di udara seperti badai yang siap meledak kapan saja.

KILLED FOR TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang