006. Gibahin orang ganteng
Baekjin baru saja bangun ketika Sieun sudah bersiap berangkat dan tinggal mengenakan sepatu. Dia duduk di lantai sementara Baekjin yang masih mengantuk, berdiri di belakangnya.
"Aku jaga malam.." Kata Baekjin sambil menahan kuap. Dia mengerjapkan mata menahan sinar matahari yang menerobos pintu.
"Mintalah supaya ditukar jaga pagi. Kan bisa bergiliran." Timpal Sieun setelah selesai memakai sepatu dan siap berangkat.
"Pagi, ya? Aku night person."
"Yah, bisa dilihat." Ucap Sieun tersenyum. "Aku sudah masak sarapan. Dimakan, ya! Cucikan wajan dan piringnya juga."
"Ck." Baekjin berdecak malas. "Jaga pagi kenapa repot-repot?"
"Kau tahu kan aku suka masakan rumah. Oh ya, nanti ada tukang datang mau memperbaiki pintu. Jangan kemana-mana, ya?!!"
"Ya.."
"Baiklah, aku berangkat." Sieun berdiri dan berjalan keluar sebelum kemudian berbalik. "Kau yang bayar tukangnya!" Tambahnya. Baekjin mendesis kesal.
"Ya.. akan ku ingat."
"Bagus." Katanya. Sieun pun berangkat.
Setelah Sieun pergi, Baekjin menutup pintu dan melangkah malas menghampiri meja makan.
Inilah alasan Baekjin selalu merasa heran di pagi hari: Sieun terlalu berenergi, sedangkan dia selalu mengantuk. Meskipun pekerjaan mereka sebagai dokter menuntut untuk siaga kapan saja, tapi Baekjin memang lebih menyukai malam dari pada pagi hari.
"Memangnya masak apa sih pagi-pagi begini?" Gerutu Baekjin sambil mengangkat tudung nasi. "Perkedel? Rajin benar pagi-pagi buat perkedel." Ucap Baekjin masih menggerutu, tapi agak terharu juga. Sieun memang memperlakukannya dengan baik. Hanya Baekjin saja yang selalu membantah apa yang dikatakannya.
Yah, mungkin karena Baekjin sudah jadi anak yatim sejak kecil, rasanya membantah sudah jadi kebiasaan. Kalau bukan karena bantuan ayah dan ibunya Sieun, Baekjin mungkin akan terus jadi pembangkang yang setiap hari menyakiti ibunya. Semua berkat mereka yang selalu menganggapnya seperti anak mereka sendiri.
Baekjin tanpa sadar tersenyum pada sarapannya pagi itu, hingga tiba-tiba, bulu di tengkuknya terasa meremang. Dia merasa seperti ada seseorang yang mengawasinya.
Baekjin mengumpat dalam hati.
"Lebih baik mandi. Mungkin aku terlalu mengantuk." Ucapnya sambil menutup kembali makanannya. Lalu, masih dengan malas, berjalan masuk ke kamar mandi.
***
Di rumah sakit.
Sieun sedang memeriksa catatan pasien tadi malam sambil mendengarkan berita online lewat headsetnya. Dia ditemani seorang perawat perempuan yang beberapa tahun lebih muda darinya. Perawat itu bercerita kalau beberapa waktu lalu dia menggantikan temannya membantu dokter Baekjin untuk memasang infus di pasien. Dia bercerita kalau pasien itu adalah seorang bayi yang mengalami diare dan dehidrasi berat, jadi harus diinfus dan lain sebagainya.
Sieun melepas headsetnya sebelum melanjutkan mendengarkan cerita perawat itu.
"Waktu baru datang, si ibu kelihatan banget sedihnya lihat si bayi sakit. Pas cerita pun pelan-pelan. Tapi begitu dokter Baekjin datang, hiih, langsung ceria, semangat."
"Langsung segerrr, gitu?" Timpal Sieun disambut anggukan antusias si perawat. Teman-temannya yang lain hanya melirik sambil cekikikan. Yang lain sibuk dengan kegiatan masing-masing, tidak peduli.
"Iya! Dokter Sieun tahu, kan? Dokter Baekjin kan cuek, ngomong yang perlu perlu aja, eh si ibu malah playing victim gitu."
"Hmm, terus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasib Dokter Ganteng
FanfictionGimana kalo Baekjin Na lahir di keluarga normal, hidup normal, dan berakhir jadi dokter? Apalagi ternyata dia satu rumah sakit sama Sieun Yeon. Dan orang-orang nyaris salah paham sama hubungan mereka.. Nggak ada baku hantam. Cuma kisah random yang d...